"Lihat ke kiri!". Suara Pak Arie membangunkan kembali kesadaran kami yang kebanyakan sudah hampir tertidur di dalam bis. Rasa lelah menyergap karena sejak pagi-pagi buta kami sudah bergerak mengunjungi beberapa tempat dan mengikuti sejumlah kegiatan. Siang itu pun kami sedang dalam perjalanan dari Jereweh menuju Kertasari di Kabupaten Sumbawa Barat.Â
Ucapan Pak Arie dituruti oleh beberapa di antara kami yang segera mengarahkan pandangan menembus kaca jendela bis. Entah siapa yang memulai meminta bis untuk berhenti, tapi sekejap kemudian kami semua sudah turun dan mendapati diri berada di sebuah pantai yang indah. Poto Batu namanya.
Mendekati Poto Batu beberapa ruas jalan menyempit dan aspalnya kurang rata. Oleh karenanya kendaraan perlu berjalan lebih pelan. Apalagi, jika berpapasan dengan kendaraan besar seperti bis atau truk.Â
Perkampungan nelayan dapat dijumpai di sepanjang perjalanan menuju Pantai Poto Batu. Rumah-rumah sederhana dan kapal-kapal nelayan menggerombol di sekitar muara sungai yang mengarah ke laut. Melihat perkampungan nelayan di pesisir Sumbawa Barat merupakan pengalaman tersendiri.
Untuk benar-benar menjejak Pantai Poto Batu kami harus melangkah menuruni jalan tanah di antara kebun kelapa. Hal ini karena permukaan jalan raya terdekat dengan Poto Batu lokasinya lebih tinggi empat hingga lima meter dibandingkan permukaan pantai.Â
Poto Batu sungguh memesona. Garis pantainya panjang dan bersih. Siang itu hampir tidak ada pengunjung lain selain rombongan kami. Sejauh mata memandang ke arah laut yang terlihat adalah bentang samudera luas dengan payung langit biru begitu cerah. Ke arah sebaliknya hijau pepohonan menampilkan kontras yang menyejukkan.
Berada di tepi Pantai Poto Batu seperti menyaksikan tarian gelombang air laut yang bergerak ritmis dan berulang menghampiri pasir pantai. Setiap kali mencapai tepi, gelombang itu membentuk gulungan-gulungan kecil yang menghamburkan pasir. Sesaat buih tertinggal, lalu lenyap, tapi kemudian gelombang kembali menyapa. Â