Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini kita hidup di era yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup urban. Ini bisa diamati dari kecenderungan pola hidup, aktivitas, kebiasaan, serta minat masyarakat yang banyak berubah atau mengalami pergeseran.Â
Kita bisa mengambil contoh bagaimana masyarakat sekarang semakin gemar berbelanja melalui layanan e-commerce dan menggunakan transportasi online. Kemudian sikap masyarakat terhadap prioritas dan struktur kebutuhan hidup.Â
Dalam beberapa aspek  gaya hidup urban yang kekinian membuat batas antara kebutuhan sekunder dan tersier semakin lebur atau beberapa hal yang dulu dianggap kebutuhan sekunder dan tersier kini menjadi lebih diprioritaskan. Misalnya kendaraan pribadi, paket data internet, dan liburan.
Masyarakat Urban Sadar Menabung
Perilaku konsumsi dan belanja pendapatan untuk memenuhi kebutuhan menjadi salah satu ciri yang menonjol dari masyarakat urban. Apalagi, masyarakat urban dari kelas menengah yang daya belinya kuat.
Namun, bukan berarti masyarakat urban adalah makhluk "super boros" yang sangat konsumtif. Perilaku konsumsi dan belanja masyarakat urban bisa jadi dipicu oleh pola hidup yang semakin dinamis akibat kemajuan zaman, profesi, dan lain sebagainya yang menuntut penyesuaian gaya hidup.
Penelitian yang dilakukan Visa terhadap 5000 orang berusia 18-28 tahun di 11 negara termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa gaya hidup kekinian tidak sepenuhnya membuat masyarakat urban, terutama pada kelompok generasi milenial, menjadi boros. Mereka justru merasa perlu untuk menabung dengan menyisihkan 32% pendapatannya agar bisa memenuhi kebutuhan masa depan.
Dengan kata lain, masyarakat urban sudah lebih bijaksana dalam mengelola keuangan. Memang ada peningkatan gaya hidup dan budaya konsumerisme, tapi masyarakat urban juga semakin sadar pentingnya memperkuat keuangan dengan cara menabung.
Bank Syariah Semakin Disukai
Bicara tentang menabung, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah masyarakat yang menabung di bank syariah terus meningkat. Hingga 2017 total nasabah bank syariah di Indonesia mencapai 22 juta jiwa.Â