Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saat Malioboro Mulai Bisa Memberi Kebahagiaan

7 Agustus 2017   10:59 Diperbarui: 7 Agustus 2017   22:04 3286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa fasilitas pendukung kini dapat dijumpai di Malioboro (dok. pri).

Kemajuan sebuah kota bisa diukur dan dinilai dari sejumlah indikator atau paramater. Salah satunya, menurut saya adalah melalui performa kota dalam menyediakan ruang publik yang berkualitas yang bagi warganya maupun bagi masyarakat secara umum. Ruang publik tersebut bisa berupa taman kota, hutan kota, trotoar, jalur pejalan kaki (pedestrian) dan fasilitas-fasilitas lainnya yang dapat diakses dengan mudah, gratis, serta bisa menjadi ruang untuk menggelar aktivitas atau interaksi.

Dalam aspek ruang publik seperti taman, hutan, dan trotoar inilah Kota Yogyakarta dapat dianggap sebagai kota yang masih kesulitan dalam membangun kemajuan. Performa Yogyakarta dalam menghadirkan ruang publik berkualitas boleh dikatakan tertinggal. Boleh setuju atau tidak. Setidaknya saya membandingkannya dengan kota-kota besar lain yang beberapa kali saya kunjungi dalam satu hingga dua tahun terakhir, seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang.

Alih-alih memperbanyak ruang publik berkualitas, dalam beberapa tahun terakhir Kota Yogyakarta justru seperti sedang meniru dosa kota-kota besar lainnya yang mendefinisikan kemajuan dengan mengganti rupa dan ruang kotanya dengan bangunan-bangunan tinggi serta ruang-ruang privat. Pada saat bersama kota ini sulit melepaskan diri dari jerat permasalahan seperti kemacetan dan perparkiran.

Trotoar di Malioboro kini bebas dari parkir sepeda motor dan lebih cantik (dok. pri).
Trotoar di Malioboro kini bebas dari parkir sepeda motor dan lebih cantik (dok. pri).
Kawasan pejalan kaki di Malioboro kini lebih manusiawi (dok. pri).
Kawasan pejalan kaki di Malioboro kini lebih manusiawi (dok. pri).
Mari kita tengok Malioboro. Kawasan yang menjadi landmark utama Kota Yogyakarta dan DIY ini barangkali bisa dianggap sebagai etalase permasalahan-permasalahan yang menyangkut ruang publik.

Kawasan Malioboro memang bukan sepenuhnya ruang publik. Tapi tempat tersebut memperlihatkan betapa sulitnya menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi, pariwisata dengan ruang publik yang diharapkan bisa dipenuhi dari beberapa bagian Malioboro seperti trotoar dan area pejalan kaki.

Sekian lama trotoar di Malioboro kehilangan fungsi dasar dan utamanya. Trotoar di sana menjadi semacam ruang parkir bersama tempat ratusan sepeda motor dan mobil. Praktik perparkiran di Malioboro dan sekitarnya juga seringkali disertai pungutan liar karena tarif yang tidak sesuai ketentuan.

Bersantai di Malioboro sambil membaca buku (dok. pri).
Bersantai di Malioboro sambil membaca buku (dok. pri).
Internet publik di Malioboro kini dapat diakses lebih mudah (dok. pri).
Internet publik di Malioboro kini dapat diakses lebih mudah (dok. pri).
Kawasan Malioboro pun didekap masalah lain seputar okupansi pedagang, kemacetan, kebersihan, serta pemanfaatan ruang. Kondisi seperti ini terjadi selama bertahun-tahun hingga disadari atau tidak masyarakat mulai memakluminya.

Oleh karena itu, revitalisasi kawasan Malioboro yang gencar dilakukan dalam dua hingga tiga tahun terakhir cukup memberi harapan. Melalui sejumlah pembenahan, penataan dan penertiban fungsi kawasan, sedikit demi sedikit rupa Malioboro mulai berubah. 

Perbaikan trotoar di sisi timur Malioboro yang diikuti dengan pemindahan dan penataan kantung parkir kendaraan membuat area pejalan kaki menjadi jauh lebih nyaman. Lantai trotoar diganti dengan ubin-ubin berkualitas baik. Pilar-pilar dipasang di beberapa sisi untuk membatasi trotoar dengan jalan raya sekaligus mencegah kendaraan memasuki trotoar.

Beberapa fasilitas pendukung kini dapat dijumpai di Malioboro (dok. pri).
Beberapa fasilitas pendukung kini dapat dijumpai di Malioboro (dok. pri).
Trotoar di sisi timur Malioboro tak hanya semakin lega, tapi juga lebih membahagiakan untuk disinggahi. Berjalan kaki di Malioboro kini bukan lagi sesuatu perjuangan yang bernestapa. Ada banyak kursi dan tempat duduk yang dipasang di sepanjang trotoar. Wisatawan dan pengunjung yang duduk santai menjadi pemandangan yang semakin sering dijumpai di Malioboro.

Beberapa aktivitas kini bisa dilakukan secara lebih nyaman di Malioboro. Membaca buku sambil duduk di kursi Malioboro menjadi kebahagiaan dan kenikmatan yang dapat dirasakan. Fasilitas internet melalui wifi bisa diakses tanpa password. Pada 15 Juli 2017, saya mencoba mengakses fasilitas internet ini di trotoar di depan Gedung DPRD. Meski tidak terlalu kencang, tapi bisa untuk membuka dan membaca sejumlah portal berita dengan lancar. Saat berpindah ke depan Malioboro Mall hingga Ramayana, internet itu pun masih bisa diakses.

Bersantai duduk di kursi di Malioboro (dok. pri).
Bersantai duduk di kursi di Malioboro (dok. pri).
Di sejumlah titik ada beberapa sepeda publik yang bisa dimanfaatkan untuk mengitari kawasan Malioboro. Tempat sandar sepedanya juga disediakan. Fasilitas lainnya seperti kanopi peneduh dan tempat sampah bisa dijumpai di beberapa ruas trotoar. Sementara itu, beberapa rumpun tanaman berhabitus rendah disemai di tepi area pejalan kaki. Harapannya ke depan kawasan Malioboro akan lebih asri.

Tidak ada Malioboro baru karena selamanya hanya akan ada satu Malioboro. Hal yang saat ini sedang terjadi adalah proses menghadirkan keseimbangan baru bagi Malioboro. Keseimbangan lama yang pernah berlaku tidak bisa lagi diterapkan. Mengembalikan Malioboro ke kondisi semula juga hampir tak mungkin dilakukan.

Malioboro yang sudah lebih membahagiakan (dok. pri).
Malioboro yang sudah lebih membahagiakan (dok. pri).
Perubahan-perubahan yang mulai tampak di Malioboro saat ini patut disambut gembira. Akan tetapi, harus terus ditingkatkan agar siapapun yang berkunjung ke sana menjadi semakin betah dan nyaman. Selanjutnya dibutuhkan komitmen dan konsistensi pemangku kebijakan sangat dibutuhkan agar Malioboro tidak kembali terperangkap dalam penyakit-penyakit kemajuan. Peran dan kesadaran masyarakat untuk menjaga Malioboro juga sangat penting jika ingin Malioboro langgeng. Satu mimpi bersama harus dimiliki, yaitu bahagia di Malioboro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun