Mangkuk ukuran sedang di hadapan saya terlihat penuh dengan berbagai macam isian yang membangkitkan selera. Ada tape singkong, agar-agar hitam, bubur mutiara merah jambu, dan bubur sumsum hijau. Semuanya digenangi santan encer dan es batu. Kemudian disiram gula merah cair yang kental. Sempurna!
Rabu (24/5/2017) siang saya menikmati es jaipong di Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Kota Yogyakarta. Dwi Yana, peracik dan penjualnya, adalah seorang warga Yogyakarta keturunan Sunda.
Keluarga Dwi Yana sudah sejak tahun 1980-an pindah ke Yogyakarta. Saat itu sang ayah memutuskan berjualan es jaipong. Dwi juga menuturkan bahwa popularitas es jaipong di Yogyakarta sempat melambung pada tahun 1990-an. Saat itu cukup banyak penjual es jaipong yang bisa dijumpai di beberapa tempat di Kota Yogyakarta. Nama “jaipong” juga merujuk kepada penjualnya yang umumnya merupakan orang-orang dari Jawa Barat.
Tapi memasuki era 2000-an, saat kuliner dari daerah lain mulai banyak bermunculan di Yogyakarta, “populasi” penjual es jaipong justru berkurang. Es jaipong semakin sulit dijumpai.
Baru beberapa tahun kemudian kembali bermunculan para penjual es jaipong di Yogyakarta. Salah satunya adalah Dwi Yana yang meneruskan usaha ayahnya. Di keluarganya bukan hanya ia yang menjadi penjual es jaipong karena sang adik juga melakukan hal yang sama.
Dwi Yana kadang bertukar lokasi dengan sang adik. “Kalau saya sedang di sini, adik saya yang di depan BRI Syariah. Besok mungkin tukeran,” ungkapnya. Karena dua lokasi tersebut tak terlalu jauh, ia dan adiknya pun saling membantu dalam berjualan. Jika es jaipong yang dijualnya lebih dulu habis, ia akan mengambil sebagian bahan es jaipong milik sang adik dan membantu menjual dengan gerobaknya sendiri. Demikian pula sebaliknya.
Dengan harga Rp5.000,00 per porsi, es jaipong ini tentu sangat murah. Tapi kesegarannya tak mengecewakan. Terbukti pada siang hari yang panas itu banyak pembeli mendatangi gerobak Dwi Yana. Ada yang memesan untuk dibungkus, ada yang dinikmati di tempat sambil duduk lesehan di bawah pohon, ada juga yang memilih membawanya ke dalam mobil.
Soal rasa es jaipong Dwi Yana juga unik. Rasanya dominan manis, tapi ada jejak masam yang segar dari tape singkongnya. Bubur sumsumnya cukup lembut. Sementara bubur mutiara dan agar-agarnya agak kenyal. Santan kelapanya lumayan gurih meski tidak terlalu pekat. Semua rasa tersebut muncul dan menyatu dalam dinginnya es batu.