Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sungguh, Buntil Itu Sangat Nikmat!

20 Februari 2017   11:13 Diperbarui: 20 Februari 2017   12:04 4122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buntil adalah nama makanan. Jika ada yang tidak tahu dan baru pertama kali mendengar, kemungkinan karena selama ini lahir, besar, dan hidup di kota atau jarang mencecap resep tradisional. 

Buntil memang hidangan tradisional yang tercipta dari dapur masyarakat desa, terutama yang tinggal di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat. Waktu kecil saya sering menjumpainya tersaji di meja makan. Menyantapnya bersama nasi menjadi kebiasaan pada saat itu hingga akhirnya buntil menjadi salah satu makanan kesukaan saya.

Dulu Buntil menjadi lauk yang digemari karena harganya terjangkau. Saya ingat waktu kecil sering disuruh Ibu membeli buntil seharga Rp500. Buntil dijual dan disajikan bersama kuah yang bercita rasa sedap. Beberapa penjual ada yang menjajakan Buntil dan kuahnya yang dipisah. Namun, lebih banyak yang mencampurnya sekaligus dalam panci-panci besar. Sebagai pelengkapnya ada cabe rawit atau irisan kecil jengkol yang direbus bersama kuahnya. Saya lebih suka buntil dengan jengkol di dalam kuahnya.

Kebiasaan menikmati atau memasak buntil juga tak terlepas dari bahan pembuatnya yang banyak dijumpai di desa. Buntil adalah sayur olahan yang bisa dibuat dari daun tumbuhan singkong, pepaya, atau keladi. 

Dulu ada tetangga di dekat rumah saya yang berjualan buntil sehingga saya sering melihat proses pembuatannya di pawon. Pawon adalah dapur atau tempat memasak tradisional khas orang desa.

Gulungan Buntil yang dijajakan terpisah dengan kuahnya (dok. pribadi).
Gulungan Buntil yang dijajakan terpisah dengan kuahnya (dok. pribadi).
Buntil dengan kuahnya yang gurih pedas (dok. pribadi).
Buntil dengan kuahnya yang gurih pedas (dok. pribadi).
Saat dihidangkan buntil terlihat sangat sederhana. Namun, dalam pembuatannya ada banyak bumbu yang digunakan sehingga makanan ini sangat nikmat dan kaya rasa. Mula-mula beberapa daun singkong, pepaya, atau keladi dicuci bersih. Selanjutnya direbus hingga setengah matang. 

Setelah ditiriskan beberapa lembaran daun ditumpuk dan diberi isian yang biasanya berupa kelapa parut atau teri. Isian tersebut terlebih dahulu dimasak dengan bumbu bawang merah, bawah putih, kencur, terasi dan cabe merah. Lembaran daun kemudian dibulatkan atau digulung rapat hingga isiannya benar-benar terbungkus. Agar tidak tercerai berai saat dimasak, gulungan daun biasa diikat dengan sayatan tipis batang bambu.

Menyantap Buntil dengan nasi putih hangat adalah sebuah kenikmatan sekaligus kemewahan (dok. pribadi).
Menyantap Buntil dengan nasi putih hangat adalah sebuah kenikmatan sekaligus kemewahan (dok. pribadi).
Gulungan daun yang telah diisi lalu direbus kembali dalam santan kelapa. Ke dalam rebusan dimasukkan bumbu yang diracik dari bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, lengkuas, ketumbar, kemiri, sereh, dan daun salam. Cabe rawit utuh juga sering ditambahkan untuk menambah rasa pedas. Beragamnya bumbu yang digunakan inilah yang membuat Buntil memiliki rasa yang cukup membekas di lidah. Buntil dimasak hingga gulungan daunnya menjadi layu dan kuah santannya mendidih serta berubah warna.

Buntil yang siap disantap memiliki tampilan yang memikat. Daun yang warnanya memudar justru terlihat menggugah selera dalam rendaman kuahnya yang berwarna kuning atau coklat keemasan. Saat dibelah, terlihat lapisan-lapisan daun bersama isiannya yang telah matang. Tekstur sayur buntil sangat lunak dan lembut di lidah. Terutama jika daun yang digunakan adalah daun keladi. Sementara itu, kuahnya merangkum rasa gurih dan pedas.

Buntil sangat cocok disantap bersama nasi putih yang hangat. Tanpa lauk tambahan lainnya  pun rasanya sudah sangat nikmat. Saya ingat buntil adalah “pembuka” kegemaran saya menyantap sayuran. Waktu kecil saya tergolong anak yang tidak suka banyak jenis sayuran kecuali jika diracik menjadi sop. Namun, setelah mencecap kenikmatan buntil perlahan saya gemar makan sayur.

Buntil dari daun keladi. Hidangan sederhana, tapi sangat nikmat (dok. pribadi).
Buntil dari daun keladi. Hidangan sederhana, tapi sangat nikmat (dok. pribadi).
Saat ini bagi saya buntil adalah sebuah kemewahan. Selain karena kenikmatannya, juga karena tak banyak lagi penjual buntil yang bisa saya temukan. Di Malioboro, Yogyakarta, ada satu penjual buntil yang berada tak jauh dari dari kompleks Pasar Beringharjo. Lumayan untuk mengobati rindu pada resep tradisional ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun