Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Meski Manusia Biasa, Blogger Juga Punya Daya

27 Oktober 2016   11:32 Diperbarui: 27 Oktober 2016   14:36 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya agak bingung menentukan judul untuk tulisan ini. Tapi ini sangat kebetulan bertepatan dengan Hari Blogger Nasional yang jatuh pada 27 Oktober. Saya bahkan sempat tersenyum saat mengalami kejadian ini pagi tadi.

Saat Kompasianival kemarin, saya dan Mas Isjet, asisten manajer Kompasiana sempat menyinggung penggunaan konten tanpa izin. Obrolan singkat itu berlangsung di mushola SMESCO. Intinya tentang bagaimana kita merespons jika ada karya blog kita digunakan oleh pihak lain tanpa izin, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Kebetulan saya beberapa kali mengalaminya dan yang paling hangat adalah pengambilan konten oleh NET TV dari tulisan saya di Kompasiana beberapa waktu lalu. Masalah ini telah selesai secara baik dan detailnya sudah pernah saya uraikan di Kompasiana. Cerita ini pun bukan tentang NET TV meski saya baru saja mengalami lagi kejadian kurang mengenakan terkait konten. 

Hari ini, 27 Oktober 2016, sehabis sholat Subuh saya membuka Twitter melalui HP. Tanpa sengaja menemukan sebuah artikel di timeline yang dibagikan oleh Good News From Indonesia @GNFI. Alangkah terkejutnya karena tulisan itu identik dengan artikel saya di Kompasiana yang bisa dibaca di sini.

Saya lalu memutuskan membuka dan membaca isinya lebih lanjut melalui laptop untuk menelaah secara teliti tulisan di GNFI tersebut. Tak ada pencantuman sumber asli karya tersebut. Bahkan, seolah-olah dihasilkan sendiri oleh Editor in Chief GNFI karena namanya ada di bawah tulisan sebagai nama penulis.

Artikel dari GNFI yang saya baca subuh tadi dan ternyata plagiasi atas tulisan saya di Kompasiana. Keberatan saya telah ditanggapi dan artikel ini telah dikoreksi tanpa ada unsur plagiasi lagi (dok. pri).
Artikel dari GNFI yang saya baca subuh tadi dan ternyata plagiasi atas tulisan saya di Kompasiana. Keberatan saya telah ditanggapi dan artikel ini telah dikoreksi tanpa ada unsur plagiasi lagi (dok. pri).
Singkat cerita saya langsung merespons cuitan GNFI dengan mengajukan keberatan atas plagiasi yang dilakukan. Sembari menunggu tanggapan dari GNFI di Twitter, saya juga melayangkan email kepada redaksi GNFI. 

Tak berapa lama teguran dan keberatan saya direspons. Melalui Twitter-nya, Editor in Chief GNFI menyampaikan maaf. Email saya juga dibalas dan secara resmi mereka mengakui kesalahan serta melakukan koreksi atas materi keberatan saya, yaitu sumber tulisan. Disusul pernyataan maaf akun Twitter resmi GNFI kepada saya menjelang siang tadi. Kini di akhir tulisan tersebut GNFI telah mencantumkan Kompasiana.com sebagai sumbernya. Saya menghargai dan senang atas respon positif GNFI. Masalah pun selesai.

Lalu apa maksud “blogger punya daya” pada judul tulisan ini? Begini, berdasarkan sedikit pengalaman saya dengan masalah plagiasi atas tulisan saya yang melibatkan TV, website lembaga pemerintah daerah, dan lain sebagainya, saya merasa menemukan daya. Memang di dunia blog ini saya masih ingusan dan tergolong blogger by accident yang nggak sengaja punya blog. Akan tetapi, di luar sana sepertinya blogger tidak lagi dianggap remeh, termasuk oleh institusi atau media yang lebih besar. Sudah banyak kok yang membuktikan daya melawan pelanggaran karya seperti ini.

Jadi, jika ada karyanya yang dilanggar, entah diplagiasi, disalin sebagian, dicuri, dan merasa perlu menyampaikan keberatan, blogger sebenarnya cukup mampu membela haknya. Jangan segan mengajukan protes. 

Kini pada artikel tersebut telah dicantumkan sumber dari Kompasiana.com (dok. pri).
Kini pada artikel tersebut telah dicantumkan sumber dari Kompasiana.com (dok. pri).
Namun, saat melayangkan keberatan alangkah baiknya blogger tidak langsung bertindak konfrontatif. Apalagi mengumbar serapah dan kejelekan di media sosial. Itu bisa dilakukan dalam batas minimum sebagai teguran awal. Selanjutnya perlu diikuti dengan “diplomasi baik-baik” melalui email atau saluran lain yang memungkinkan penyelesaian masalah dengan pihak-pihak terkait secara langsung. Jika harus melakukan diskusi, bisa dipertimbangkan juga untuk melibatkan pendamping. Kompasiana, menurut Mas Isjet beberapa waktu lalu bersedia mendampingi jika ada kompasianernya yang mengalami kemalangan karena karyanya diambil paksa. Oh ya, dulu saat terkait konten di Kompasiana dengan NET TV, di awal saya juga sempat diperantarai oleh Arbain Rambey. Jadi, NET TV mendapatkan nomor HP saya melalui Arbain.

Email pernyataan maaf yang saya terima dari GNFI disertai respon melalui akun twitter GNFI dan akun Chief in Editor GNFI (dok. pri).
Email pernyataan maaf yang saya terima dari GNFI disertai respon melalui akun twitter GNFI dan akun Chief in Editor GNFI (dok. pri).
Nah, kalau cara baik-baik tidak direspons, mungkin media sosial bisa digunakan lebih lanjut lagi. Tapi, intinya prioritaskan cara elegan terlebih dahulu. Happy ending lebih diharapkan daripada menyita waktu. Lagi pula saya bingung dan malah agak terganggu kalau tab mention Twitter tiba-tiba ramai. 

Itulah kejadian yang saya alami hari ini bertepatan dengan Hari Blogger Nasional. Semoga ceritanya bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun