Sambil menunggu pesanan datang, saya melempar pandangan ke beberapa sudut ruang. Selain deretan toples serta meja dan kursi yang bergaya kuno, kesan vintage juga dihadirkan melalui beberapa pajangan berupa lukisan dan foto di dinding. Bahkan, belakangan saya menyadari hampir semua pelayan dan pegawai toko ini mengenakan kemeja putih dan celana panjang atau rok hitam. Â Secara keseluruhan suasana Toko Oen mudah membuat orang betah berada di dalamnya.
Tak berapa lama pelayan sudah datang membawa dua gelas untuk saya. Ternyata Oen’s Syimphony cukup cepat disajikan. Satu gelas berukuran kecil berisi air putih. Sementara gelas lainnya bentuknya unik dengan bagian atas mengembang seperti perhiasan bunga yang mekar. Empat skop es krim berwarna hijau, kuning, pink dan coklat disusun bertumpuk di gelas tersebut.
Di atasnya ditambahkan krim berwarna putih dan siraman sirup berwarna merah. Lalu ada dua buah kue lidah kucing berwarna keemasan diletakkan di pinggir es krim.
Sensasi dinginnya terasa segar saat melewati kerongkongan. Saya juga suka dengan tekstur es krimnya yang agak kasar sehingga setiap cecapannya sangat mengena di lidah. Saat meleleh es krim ini tak kehilangan cita rasanya.
Tak salah memang racikan ini diberi nama Oen’s Symphony.  Seperti halnya simfoni musik yang menggabungkan berbagai instrument serta genre berbeda, namun hasilnya tercipta repertoir yang istimewa dalam komposisi yang manis. Oleh karena itu, jika ke Semarang, jangan pulang dulu sebelum mencecap Oen’s Symphony di Toko Oen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H