Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berbuka dengan Mendoan "Meong" Digoreng Dadakan di Kampus UGM

15 Juni 2016   13:11 Diperbarui: 15 Juni 2016   13:41 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin sore (13/6/2016) kawasan timur kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ramai oleh pedagang dan pembeli. Kawasan yang sehari-hari bebas PKL tersebut mendadak menjadi etalase berbagai jenis makanan dan minuman.

Memang sudah menjadi kebiasaan setiap bulan Ramadan pasar dadakan berlangsung di kawasan tersebut. Ratusan penjual berjejer di sepanjang jalan mulai dari depan kampus D3 ekonomi, mengular ke area lembah UGM, hingga ke sisi utara kampus Peternakan UGM yang berbatasan dengan kampus Teknik UNY. Para pedagang yang sebagian adalah kaum muda dan mahasiswa menjajakan aneka hidangan untuk berbuka puasa. Mulai dari makanan ringan, jajanan tradisional, hingga makanan berat seperti nasi dan pilihan lauknya. Berbagai macam minuman, es, sop buah, jus, bubur dan kolak juga tersedia.

Namun, mendoan yang menjadi pilihan jajanan berbuka saya sore kemarin. Sebagai penggemar berat tempe setiap hari saya berusaha bersantap dengan tempe. Gerobak berwarna kuning terang di utara kampus peternakan UGM membuat saya penasaran. Nama “Meong” di badan gerobak semakin membuat saya tertarik untuk mendekat. Rupanya “Meong” adalah singkatan dari Mendoan Nyong. Nama yang kental dengan bahasa ngapak khas Banyumas karena sang penjualnya, Basirun, berasal dari Cilacap.

Gerobak bercat kuning tempat Basirun menjajakan Mendoan Meong selama Ramadan di utara kampus UGM (dok. pri).
Gerobak bercat kuning tempat Basirun menjajakan Mendoan Meong selama Ramadan di utara kampus UGM (dok. pri).
Basirun belum lama lulus dari Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa (UST) Yogyakarta. Ia sempat mencoba melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 namun gagal.Tak ingin membiarkan waktunya terbuang percuma, ia kemudian memilih bekerja sambil berjualan mendoan.

Satu hal yang luar biasa, Basirun adalah seorang penyandang difabilitas. Kedua pergelangan tangan dan telapak tangannya tidak normal sehingga membuatnya agak sulit untuk menggenggam. Meskipun demikian, ia terlihat terampil meracik dan menggoreng mendoan. Pesanan saya dibuat dalam waktu yang tidak lama.

Mula-mula ia mengaduk adonan mendoan di atas wadah berukuran besar. Adonan itu terbuat dari campuran tepung beras dan terigu yang ditambah bumbu halus berupa garam, bawang putih dan ketumbar. Potongan daun bawang juga ditambahkan. Selanjutnya ia memasukkan 4 lembar tempe tipis ke dalam adonan. Ia lalu menggorengnya di dalam wajan berisi minyak panas.

Basirun (menghadap penggorengan) sedang membuat mendoan pesanan pembeli pada Senin sore (13/6/2016) (dok. pri).
Basirun (menghadap penggorengan) sedang membuat mendoan pesanan pembeli pada Senin sore (13/6/2016) (dok. pri).
Mendoan Meong ala Basirun seperti mendoan khas Banyumas pada umumnya yang terlihat menggoda. Tempe yang digunakan benar-benar bahan untuk membuat mendoan, yaitu tempe yang dicetak atau dibuat tipis, bukan tempe tebal yang disayat menjadi beberapa bagian. Basirun mengaku mendatangkan langsung tempe tersebut dari Cilacap. Selain itu, karena digoreng dalam waktu yang tidak lama, adonan tepungnya matang tanpa menjadi kering dan kecoklatan. Potongan daun bawang di antara adonan juga terlihat masih segar. Inilah yang membedakan mendoan asli dengan “mendoan-mendoan palsu” yang dibuat oleh kebanyakan penjual gorengan.

Dengan pergelangan dan telapak tangan yang tidak normal, Basirun mengaduk adonan mendoan (dok. pri).
Dengan pergelangan dan telapak tangan yang tidak normal, Basirun mengaduk adonan mendoan (dok. pri).
Mendoan Meong sedang digoreng (dok. pri).
Mendoan Meong sedang digoreng (dok. pri).
Tempe tipis yang digunakan Basirun untuk membuat Mendoan Meong (dok. pri).
Tempe tipis yang digunakan Basirun untuk membuat Mendoan Meong (dok. pri).
Sepotong mendoan buatan Basirun dihargai Rp2500. Harga tersebut sebanding dengan ukurannya yang lebar serta rasanya yang nikmat dan gurih. Adonan yang tidak terlalu tebal menyatu dengan tempe di dalamnya. Pertama mencicipinya saat berbuka, saya langsung menghabiskan 3 potong. Satu potong yang tersisa baru saya santap sejam kemudian.

Basirun memberikan saus sambal dan cabe rawit sebagai pelengkap.  Selain itu, mendoan meong dibungkus dengan daun pisang. Aroma khas daun pisang yang menguap saat bersentuhan dengan mendoan panas semakin mengundang selera.

Mendoan Meong yang nikmat dan gurih menjadi pelengkap hidangan berbuka (dok. pri).
Mendoan Meong yang nikmat dan gurih menjadi pelengkap hidangan berbuka (dok. pri).
Empat potong Mendoan Meong buatan Basirun dihargai Rp10.000 sudah termasuk cabe rawit dan saus sambal (dok. pri).
Empat potong Mendoan Meong buatan Basirun dihargai Rp10.000 sudah termasuk cabe rawit dan saus sambal (dok. pri).
Basirun baru sekitar 2 bulan berjualan mendoan. Selama bulan Ramadan mendoan Meong bisa ditemui di utara kampus peternakan UGM, tepat di samping pintu masuk plaza agromart. Dibantu oleh rekannya bernama Kukuh, seorang mahasiswa UNY, Basirun mulai menjajakan mendoan menjelang berbuka pada pukul 16.00. Mendoan  Meong buatan Basirun digoreng dadakan. Ia baru akan menggoreng saat ada pembeli yang memesan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun