Jalan setapak juga dibangun di pinggir danau untuk memudahkan pengunjung yang ini berjalan-jalan santai menikmati keindahan Danau Linow dari dekat. Rumput dan sejumlah tanaman bunga yang sedang bermekaran mengiringi di sepanjang jalan setapak tersebut.
Tapi bukan itu saja yang memikat dari Danau Linow. Pada beberapa bagian di bibir danau, bongkahan batu serta tanah berwarna kuning dan coklat terang terlihat mengeluarkan uap. Di kejauhan uap yang berwarna putih itu bahkan menyembur lumayan tinggi. Pada sisi perairan danau yang dangkal gelembung udara berukuran kecil terlihat meletup-letup. Bau belerang pun tercium meski tidak terlalu kuat. Fenomena alam yang istimewa tersebut terbentuk karena Danau Linow menempati cekungan vulkanik.
Adanya kandungan belerang juga menciptakan keunikan pada citra warna air Danau Linow. Menurut informai air danau ini memiliki tiga warna. Tapi saat itu mata saya hanya mampu menangkap dua warna saja yaitu biru tosca dan hijau. Kombinasi keduanya terlihat indah di atas air. Selain karena belerang, warna air danau tampaknya juga dipengaruhi oleh pembiasan cahaya yang mencapai dasar danau dan adanya pantulan tumbuh-tumbuhan yang lumayan rimbun di pinggir danau.
Semua keindahan serta keunikan bentang alam Danau Linow disempurnakan oleh hawa sejuk dan segar yang menyelimuti danau. Suhu rata-rata di tempat ini mungkin sekitar 20 derajat celsius atau sedikit lebih rendah di waktu-waktu tertentu seperti saat hujan dan sore hari.
Rasanya nyaman dan syahdu duduk menatap kemegahan ciptaan Tuhan di Danau Linow. Apalagi saat suasana tidak terlalu ramai sambil mendengarkan lagu-lagu Kahitna yang diputar pelan-pelan. “Mau dikatakan apalagi, kita tak akan pernah satu…engkau di sana, aku di sini”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H