"Buka-Bukaan Dunia Tambang", buku berisi cerita pengalaman blogger dan kompasianer yang mengikuti kegiatan Sustainable Mining Bootcamp Newmont. Dok. pri.
Seberapa kenal kita dengan pertambangan?. Beberapa isu dan berita tentang pertambangan sudah sering didengar. Tapi belum banyak orang yang benar-benar tahu tentang dunia tambang. Rantai produksi yang melibatkan teknologi canggih hanya diketahui oleh para insinyur yang menjalankannya. Demikian pula dengan kehidupan yang berlangsung di area pertambangan serta roda penghidupan masyarakat yang bergerak karenanya belum banyak diangkat.
Di sisi lain dunia tambang dianggap sebagai ekosistem tertutup yang masih setengah hati membuka diri. Citra pertambangan pun didominasi oleh berita negatif, seperti memakmurkan bangsa asing, merusak hutan, mencemari laut dan sungai. Wajar jika akhirnya banyak orang yang sibuk melempar pertanyaan dan tuduhan ke muka pertambangan.
“Buka-Bukaan DuniaTambang” mendobrak pintu yang tertutup tersebut. Buku dari Pastel Books (Mizan) ini berisi cerita para peserta Sustainable Mining Bootcamp (SMB) yang blusukan ke jantung pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara(PTNNT) di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi NTB dilanjutkan dengan perjalanan ke bekas pertambangan emas PT. Newmont Minahasa Raya (PTNMR) di Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara.
Ada 31 cerita yang ditulis oleh para peserta newmont bootcamp batch I-IV yang mengikuti kegiatan pada 2011 hingga 2015. Kumpulan cerita setebal 190 halaman ini mendokumentasikan pengalaman dan pengamatan peserta pada tiga aspek kegiatan yakni proses produksi pertambangan, pengelolaan lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitar area pertambangan Newmont.
Membaca satu demi satu cerita yang ada, terasa buku ini cukup berwarna. Para peserta yang sebagian besar adalah blogger dan kompasianer menghadirkan cerita dengan berbagai sudut pandang sesuai latar belakang mereka. Gaya bertutur khas blogger yang tidakkaku membuat cerita menjadi menarik layaknya catatan perjalanan. Beberapacerita bahkan tampildengan judul yang menggelitik. Seperti “Wisata Tambang (Ndas’mu Mlocot)” (hal.22) dan “Menilik Dalaman Newmont Nusa Tenggara” (hal. 50). Kedua cerita tersebut meringkas proses pertambangan hingga fasilitas yang dimiliki PTNNT. Meski tidak terlalu detail namun cukup informatif bagi pembaca yang awam tentang dunia tambang.
Beberapa tulisan juga memiliki isi yang saling melengkapi. Informasi yang bersifat umum di satu tulisan dapat diketahui lebih jelas di tulisan yang lain. Pembaca pun bisa menemukan lebih banyak informasi. Seperti tentang wujud produk pertambangan tembaga yang berupa lumpur konsentrat, kandungan tembaga dalam setiap ton batuan di Batu Hijau,profesi sopir truk pertambangan dilakoni oleh para wanita muda, hingga tempat makan dan menu harian karyawan tambang yang setara suguhan restoran di hotel berbintang.
Tak ketinggalan uraian mengenai penanganan limbah pertambangan atau tailing yang sering memicu kekhawatiran timbulnya pencemaran mematikan. Secara gamblang cerita dalam buku ini menjelaskan teknik penempatan limbah yang dilakukan Newmont di perairan Teluk Senunu. Selain menggunakan peralatan dan prosedur yang telah dinyatakan aman, pemantauan dampak tailing juga dilakukan secara ketat dengan melibatkan banyak lembaga penelitian dan laboratorium independen (hal. 149).