[caption caption="Kolam di kebun bibit Comdev PTNNT yang berlokasi di Maluk, Sumbawa Barat, NTB."][/caption]
Ketika membaca jadwal kegiatan pada 19 Februari 2016 dan menemukan kunjungan ke Community Development (Comdev), yang ada di bayangan saya adalah sebuah kantor yang mengurusi program pengembangan masyarakat yang dijalankan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dengan yayasan mitra. Akan tetapi yang dijumpai ternyata sebuah kebun cantik dengan barisan tanaman dan bibit yang terpelihara dengan baik. Itulah kebun bibit di Maluk, bagian dari Comdev PTNNT yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat dan petani di lingkar tambang.
Kebun bibit Comdev menempati lahan seluas 2 hektar yang dikelilingi perbukitan hijau. Namun saat ini baru 1 hektar yang digunakan sebagai fasilitas pembibitan. Sebagian jalan menuju kebun maih berupa tanah berbatu di antara pemukiman warga. Pemandangan di tempat ini cukup indah berkat adanya ladang, serta petak sawah yang terhampar di sepanjang sisi jalan. Jika beruntung kita juga dapat menjumpai kuda Sumbawa sedang mencari makan di sekitar sawah dan ladang itu.
[caption caption="Area kebun bibit yang tertata rapi dan cantik menunjukkan tempat ini dibangun dengan sungguh-sungguh."]
Setiap tahun kebun ini memproduksi sekitar 1000 bibit dari berbagai jenis yang ditanam secara organik, antara lain sengon, jati, dan mahoni. Selain itu ada tanaman buah seperti nangka, sawo, kelengkeng, belimbing, rambutan, srikaya, dan buah naga. Bibit-bibit tersebut dibagikan secara cuma-cuma ke masyarakat lingkar tambang. Salah seorang pengelola bernama Tohir menjelaskan bahwa kebun Comdev memiliki misi mengedukasi masyarakat untuk bercocok tanam dengan pilihan tanaman selain padi. Dengan melihat berbagai jenis tanaman yang berhasil dikembangkan di Comdev, masyarakat dapat mengetahui bahwa tanah di Sumbawa Barat dapat ditanami aneka jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan air, kebun ini memanfaatkan sumur bor dengan kedalaman 70 meter. Air dari sumur dialirkan ke permukaan dengan menggunakan listrik tenaga surya. Selain itu, terdapat kolam penampungan air di tengah-tengah kebun yang dikelilingi tanaman bunga Tapak Dara.
[caption caption="Tempat pemeliharaan bibit."]
[caption caption="Buah naga juga ditanam di kebun bibit Comdev."]
[caption caption="Fasilitas percontohan biogas di kebun bibit Comdev."]
Di kebun bibit Comdev juga terdapat fasilitas percontohan pengolahan kompos dan biogas dari kotoran ternak yang dibangun 2013. Namun pengembangan biogas belum bisa dilakukan secara luas dan maksimal. Masyarakat pemilik ternak enggan mengkandangkan hewan peliharaannya karena tidak memiliki persediaan pakan ternak yang cukup. Sementara upaya pembangunan fasilitas pakan ternak mengalami kendala penyediaan lahan. Oleh karena itu pemerintah daerah sudah semestinya turun tangan mengatasi kesulitan di atas.
Kebun bibit di Maluk bukan satu-satunya yang dirintis oleh PTNNT. Di Lawar, PTNNT juga mengembangkan hutan wisata dan pendidikan. Hutan Lawar sebenarnya telah dikelola sejak 2008. Namun, baru pada awal 2015 konsep wisata dan pendidikan mulai coba diterapkan. Untuk sementara tempat ini hanya dibuka pada Sabtu dan Minggu.
[caption caption="Selamat datang di rintisan Hutan Wisata dan Pendidikan Lawar."]
Luas area yang dikembangkan pada tahap pertama adalah 5 hektar dari total seluas 13 hektar. Menurut sang penanggung jawab, Taufik, area hutan Lawar sebelumnya diperuntukkan sebagai kebun buah. Namun lokasinya yang berdekatan dengan habitat monyet membuat tanaman buah rusak akibat serangan satwa tersebut.
Selain tanaman yang sudah tumbuh sejak lama, hutan Lawar juga ditanami mahoni, binong, jabon, dan mindi. Sebagian bibit tanaman diperoleh dari kebun Comdev di Maluk. Rencananya di tempat ini juga akan dibangun kebun botani mini dan apotek hidup sehingga masyarakat bisa menjadikan hutan ini sebagai tujuan study tour.
Sebagai orang yang mempelajari ilmu botani, saya cukup terkejut dengan upaya yang dilakukan PTNNT di Hutan Lawar dan kebun bibit di Maluk. Area yang tertata dengan baik menunjukkan kedua tempat ini dibangun dengan sungguh-sungguh. Apalagi, keduanya akan difungsikan lebih dari sekedar taman atau kebun pembibitan, tetapi juga sebagai kebun botani, serta hutan wisata dan pendidikan. Upaya ini belum tentu terpikirkan oleh pemerintah daerah yang sedang mengejar pembangunan infrastruktur fisik secara mendasar.
[caption caption="Label nama tumbuhan di Hutan Lawar. Namun pemberian nama botani ini masih salah."]
[caption caption="Wahana outbond dibangun di Hutan Lawar."]
[caption caption="Bangunan di Hutan Lawar menggunakan listrik tenaga surya."]
[caption caption="Mencoba wahana flying fox di Hutan Lawar."]
Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebun bibit dan hutan Lawar ke depan. Peran perguruan tinggi dengan disipilin ilmu pertanian, agrobisnis, biologi dan kehutanan perlu dilibatkan secara lebih aktif karena memiliki pengetahuan dan kepentingan terhadap pemanfaatan tumbuhan. Tidak semua perguruan tinggi memiliki kebun pendidikan yang baik sehingga kerja sama tersebut bisa saling menguntungkan. Hutan Lawar dan kebun bibit Comdev bisa menjadi laboratorium yang bagus bagi pelajar dan mahasiswa untuk menambah wawasan. Keduanya juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat kerja praktik maupun penelitian. Pengamatan saya masih ditemukan label nama botani yang salah di Hutan Lawar.
Untuk menarik minat kunjungan dan meningkatkan nilai tambah, sejumlah wahana outbond sudah dibangun di hutan Lawar. Aspek hiburan ini memang diperlukan, tetapi harus dibatasi agar fungsi alami hutan Lawar sebagai habitat keanekaragaman hayati tetap terjaga. Hutan Lawar dan kebun bibit Comdev juga bisa dikembangkan sebagai area konservasi terpadu. Dengan demikian potensi sumber daya hayati, terutama tumbuhan lokal Sumbawa Barat tidak tersisih karena masyarakat tidak mengenal dan menanamnya lagi.
[caption caption="Sawah dan perbukitan di Maluk."]
Satu langkah maju untuk mengembangkan potensi masyarakat melalui pemanfaatan lahan dan tanaman telah dilakukan. Upaya PTNNT membangun kebun bibit, serta merintis hutan wisata dan pendidikan patut didukung. Semoga “semangat hijau” ini semakin dapat dirasakan manfaatnya, terutama oleh masyarakat lingkar tambang.
*semua foto adalah dokumentasi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H