Pada 2012 ia telah lebih dulu menyelesaikan penelitian lamanya tentang lebah dan mawar yang telah dirintis sejak SMP. Hasil penelitian yang berjudul “Megachile unbripennis Smith Leaf Cutting Behaviour upon Rose Leaf (Rosa sp.)” tersebut ia publikasikan di International Congress of Entomology (ICE) XXIV di Korea Selatan. Ini kedua kalinya Dita mengikuti ICE setelah pada 2008 di Durban, Afrika Selatan. Saat itu ia bahkan tercatat sebagai presenter termuda di antara para peserta dari berbagai negara. Prestasinya terus berlanjut hingga pada 2015 Dita menjadi finalis Indonesia-Canada Youth Exchange Program. Pada tahun yang sama ia pun sempat menjadi mahasiswa pembantu (asisten) mata kuliah Ekologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Berbagai pencapaian tersebut melengkapi sejumlah prestasi yang telah diraihnya sejak masih di bangku sekolah. Pada 2007 saat duduk di SMP Dita menjadi runner up pertama dalam Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Ia mengulangi prestasinya di ajang tersebut pada 2009 dan 2010 dengan meraih medali perunggu. Di bangku SMA Dita meraih medali emas dan mendapat predikat paper terbaik dalam Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia.
Bukan itu saja, Dita yang juga tertarik dengan isu lingkungan hidup pernah memenangi sayembara menulis masalah lingkungan yang diadakan oleh The Jakarta Post pada 2009. Ia kemudian dikirim mengikuti acara United Nation Framework Convention of Climate Change (UNFCCC) yang berlangsung di Copenhagen, Denmark. Awalnya ia hanya ditugaskan sebagai jurnalis warga untuk meliput forum tersebut. Namun, di sana ia ternyata juga ditunjuk menjadi panelis muda. Dita pun berbicara di hadapan para peserta dari berbagai dunia. Dita semakin gembira karena saat itu dirinya tampil bersama aktor dunia Jet Li. Liputannya tentang UNFCCC kemudian dimuat dalam 2 tulisan di The Jakarta Post pada Januari 2010.
[caption caption="Dita (tengah, menghadap mikroskop) saat masih kuliah di Universitas Gadjah Mada (dok. Hendra Wardhana)."]
Disiplin menjadi kunci Dita dalam melakukan semua hal, termasuk dalam meraih prestasi yang didapatkannya selama ini. Ia sudah terbiasa mengerjakan segala hal secara terencana. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, setiap tujuannya selalu diikuti dengan upaya-upaya kecil secara bertahap. Nilai-nilai itu Dita akui didapatkannya dari kedua orang tua. Ia pun terbiasa hidup mandiri. Bahkan, saat kedua orang tuanya kini tinggal sementara di Amerika Serikat, ia memilih bekerja paruh waktu di sebuah café di Yogyakarta sambil mempersiapkan studi lanjutnya. Baginya tak ada rasa gengsi melakukan hal itu. “Saya ingin tahu rasa kerja cari uang sendiri”, tegasnya.
Bangkit dan Mengejar Cita-cita
Banyak prestasi diraih, bukan berarti Dita tak pernah mengalami kegagalan. Bahkan, menjelang akhir studi S-1 ia harus menerima kenyataan pahit.karena rancangan penelitian untuk skripsinya tak bisa dilaksanakan. Wanita yang menguasai Bahasa Inggris dan Belanda ini merasa terpukul. Ia mengaku sempat menangis dan sangat kecewa karena sudah mempersiapkannya selama hampir 1 tahun. Dirinya juga merasa galau karena hal itu membuat masa studinya bertambah. Sementara itu, teman-temannya yang lain hampir meraih gelar sarjana.
Akan tetapi, ia merasa lega karena mendapatkan kepercayaan penuh dari kedua orang tua. Dukungan dosen pembimbingnya di kampus turut membesarkan hatinya. Tak ingin larut dalam kesedihan, Dita bertekad bangkit. Ia menyusun kembali rancangan penelitiannya dari nol.
Berkat keuletan dan kerja keras, Dita berhasil menyelesaikan skripsinya. Penelitian pada bidang forensik dan entomo-toksikologi yang berjudul “Efek Malathion Terhadap Metamorfosis dan Fekunditas Pada Telur, Larva, Pupa, dan Imago Fleshfly (Sarcophaga sp.) mengantarkannya meraih gelar Sarjana Sains (S.Si). Ia kemudian diwisuda dari Universitas Gadjah Mada pada bulan Agustus 2015.
Meski tak meraih predikat cumlaude, ia bangga dengan pencapaian tersebut. “Untuk apa cumlaude jika tidak tahu apa yang akan kita lakukan dengan semua ilmu ini”, katanya. Ia juga bersyukur karena telah memetik pelajaran berharga. Menurutnya semua hambatan telah mengingatkannya agar selalu fokus pada tujuan yang telah ditetapkannya. Ia juga merasa lebih kuat setelah mampu melaluinya.
***