Pada 29 Juli 2015 Singapura melalui Singapore Botanic Garden memberi nama salah satu bunga Anggrek hasil pengembangan mereka dengan nama Dendrobium “Iriana Jokowi”. Bunga Anggrek tersebut diserahkan bersamaan dengan kunjungan Presiden Jokowi beserta Ibu Negara ke negeri jiran itu. Saat ini Dendrobium “Iriana Jokowi” dipelihara di Kebun Raya LIPI.
[caption caption="Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi menerima bunga Anggrek Dendrobium Iriana Jokowi di Singapura pada 27 Juli 2015 (setkab.go.id)"][/caption]
Dendrobium “Iriana Jokowi” adalah anggrek hibrida hasil persilangan antara Dendrobium “Christabella” dan Dendrobium “Haldis Morterud”. Seperti umumya hibrida Dendrobium, bunga ini berbatang tegak dengan ibu tangkai bunga agak melengkung. Dendrobium “Iriana Jokowi” memiliki kelopak berwarna putih dan kuning kecoklatan. Sedangkan mahkotanya berbentuk berwarna kuning kecoklatan hingga kemerahan. Pada beberapa bagian bunga juga tampak warna merah dan ungu.
Singapura memang memiliki kebiasaan memberi nama hibrida Anggrek mereka dengan nama-nama tokoh penting termasuk pemimpin negara atau ibu negara. Selain Iriana Jokowi, nama Ani Yudhoyono dan Angela Merkel juga diabadikan sebagai nama hibrida Anggrek yang dihasilkan Singapura. Singapura pun menetapkan hibrida Anggrek bernama Vanda “Miss Joaquin” sebagai bunga nasional sekaligus identitas negara sejak tahun 1980-an.
[caption caption="Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi menerima bunga Anggrek Dendrobium Iriana Jokowi di Singapura pada 27 Juli 2015 (setkab.go.id)"]
[caption caption="Bunga Dendrobium Iriana Jokowi (setkab.go.id)"]
Dalam konteks hubungan kenegaraan, Dendrobium “Iriana Jokowi” maupun Dendrobium “Ani Yudhoyono” tentu bermakna positif bagi Indonesia. Presiden dan Ibu Negara pantas senang karena hal itu merupakan bentuk penghargaan baik kepada pribadi maupun pemerintah. Pemberian nama anggrek tersebut menjadi buktihubungan baik dan spesial kedua negara.
Akan tetapi jika dikaitkan dengan predikat Indonesia sebagai negara megabiodiversitas dan negeri Anggrek dunia, diplomasi Anggrek yang dilakukan Singapura adalah sindiran yang semestinya memunculkan rasa malu.
Meski Indonesia sendiri pernah melakukan hal serupa ketika Soekarno menghadiahkan Dendrobium “Kimilsungia” kepada pemimpin Korea Utara Kim Il Sung di tahun 1965, namun selama ini Indonesia belum mampu mengembangkan potensi anggreknya dengan baik. Pengembangan potensi anggrek di Indonesia, terutama yang terkait dengan agrobisnis dan pemuliaan anggrek hibrida, masih jauh tertinggal dibanding negara lain, bahkan di Asia Tenggara sekalipun.
Ada dua alasan mengapa sebagai bangsa pewaris hampir seperlima total spesies Anggrek dunia, Indonesia perlu merasa malu dengan hadiah bunga Anggrek yang diberikan oleh Singapura.
[caption caption="Sepotong kecantikan Anggrek Indonesia (dok. hendra wardhana)."]