Salah satu kebahagiaan hidup di Indonesia adalah bisa menikmati aneka macam buah sepanjang tahun. Sebagai negeri tropis, Indonesia tak pernah mengalami jeda musim buah-buahan. Mulai dari musim Mangga, Salak, Rambutan, Durian dan lain-lain bergantian sepanjang tahun. Ada juga beberapa buah yang tak kenal musim seperti Pisang, Pepaya dan masih banyak lagi. Dan saat ini giliran musim Duku yang sedang dirasakan masyarakat Indonesia.
[caption id="attachment_359482" align="aligncenter" width="600" caption="Buah Duku (Lansium dookoo) dari Purbalingga. Kabupaten Purbalingga adalah salah satu daerah utama penghasil Duku berkualitas di Indonesia (dok. pribadi)."][/caption]
Duku adalah buah khas daerah tropis yang bernama latin Lansium dookoo. Salah satu kerabat dekatnya bernama Lansium domesticum yang biasa disebut Langsep, Langsat atau Kokosan. Meskipun demikian secara taksonomi antara Duku, Langsep, Langsat dan Kokosan tidaklah sama. Selain itu
Ada beberapa daerah utama penghasil buah Duku di Indonesia. Seperti disebutkan pada jurnal ilmiah Biodiversitas (2011), salah satu daerah penghasil Duku adalah Kabupaten Purbalingga di Jawa Tengah. Daerah lainnya adalah Palembang, Condet, Rembang Kudus dan Bengkulu.
[caption id="attachment_359486" align="aligncenter" width="551" caption="Salah seorang penjual Duku di Jalan AW. Sumarmo Purbalingga pada Sabtu, 4 April 2015 (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_359488" align="aligncenter" width="405" caption="Saat sedang musim seperti saat ini, Duku di Purbalingga dijual dengan harga Rp. 7.500-10.000 per kilogram (dok. pribadi)."]
Duku asal Purbalingga sudah terkenal sejak lama dan dipasarkan hingga ke luar daerah termasuk ke Jakarta. Bahkan menurut cerita, Duku Palembang dan Bengkulu dahulunya berasal dari bibit Duku yang dibawa oleh transmigran asal Purbalingga.
Sebagai daerah penghasil, musim Duku di Purbalingga datang sedikit lebih awal. Jika di daerah lain buah Duku mulai membanjiri pasaran pada bulan April, maka di Purbalingga para penjual Duku sudah bermunculan sejak pertengahan Maret bersamaan dengan musim Rambutan.
Para penjual Duku di Purbalingga bisa ditemui di berbagai sudut kota, mulai dari Alun-alun, trotoar jalan-jalan utama, pasar tradisional hingga ke desa-desa para pemilik kebun Duku. Mereka menjual duku dari pagi hingga malam hari. Sebagian dari mereka adalah penjual dadakan yang memanfaatkan musim Duku untuk meraup rezeki. Sementara lainnya adalah para penjual buah-buahan yang memilih hanya menjual Duku saat sedang musim. Oleh karena itu di Purbalingga jarang dijumpai buah Duku dijual bersama-sama buah lainnya di kios buah. Sebaliknya ada banyak penjual yang hanya menjual Duku di sejumlah tempat.
Duku Purbalingga dikenal unggul karena rasanya yang dominan manis dengan sedikit semburat rasa masam. Kulit buahnya berwarna kuning gading yang meski tebal namun tak banyak menghasilkan getah. Daging buahnya berwarna putih susu bersih. Bijinya tak terlalu besar sehingga setiap bagian buahnya bisa ditelan tanpa khawatir tersedak bijinya.
[caption id="attachment_359711" align="aligncenter" width="551" caption="Penjual duku berjejer di trotoar kota Purbalingga (dok. pribadi)."]
[caption id="attachment_359714" align="aligncenter" width="541" caption="Buah Duku dari Purbalingga terkenal manis rasanya (dok. pribadi)."]
Saat sedang musim seperti sekarang, Duku di Purbalingga dijual dengan harga Rp. 7.500-10.000 per kilogram tergantung ukuran buah dan kualitas. Harga tersebut cukup murah untuk buah lokal dengan kualitas dan rasa yang tak pernah mengecewakan.
Tak hanya manis rasanya, Duku juga mengandung banyak manfaat. Dalam 100 gram buah Buku mengandung kalori sebesar 7 kkal,zat besi 0.9 mg, protein 1 gram, karbohidrat 13 gram, lemak 0.2 gram dan mineral 0.7 gram. Buah Duku juga mengandung aneka vitamin seperti riboflavin, thiamin dan asam askorbat atau Vitamin C. Oleh karena itu mengkonsumsi buah Duku menjadi salah satu cara untuk memperoleh antioksidan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Ekstrak buah Duku juga terbukti bermanfaat untuk menjaga kelembaban dan mencerahkan kulit.
Secara tradisional buah Duku juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit. Biji duku yang ditumbuk dan dicampur dengan air secara tradisional digunakkan untuk obat diare dan penurun panas.
Membeli dan menikmati Duku tak hanya menghargai buah lokal, namun juga merasakan manfaatnya bagi kesehatan. Buah lokal seperti Duku juga lebih cocok bagi masyarakat Indonesia.
[caption id="attachment_359710" align="aligncenter" width="551" caption="Duku, buah khas daerah tropis yang tumbuh di Indonesia (dok. pribadi)."]
Tips membeli buah Duku adalah sebaiknya jangan membeli dalam jumlah banyak sekaligus jika tidak akan dihabiskan segera. Hal ini karena buah Duku yang disimpan lebih dari 3 hari setelah dipanen akan lebih cepat mengalami oksidasi sehingga kulit buahnya akan coklat dan layu. Lebih baik membeli buah Duku segera setiap kali ingin menikmatinya.
Saatnya berburu buah Duku sekarang!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H