Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahan Bakar Nabati, Energi untuk Masa Depan Indonesia

4 November 2013   14:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:36 3049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi negara dengan kekayaan alam berlimpah membuat Indonesia memiliki banyak sumber daya energi, baik energi fosil maupun energi yang terbarukan. Sumber energi fosil adalah minyak bumi, batu bara dan gas alam. Sementara sumber energi terbarukan meliputi panas bumi, biomassa, nuklir, cahaya, air, angin hingga batu bara yang dicairkan.

Hingga saat ini sumber energi fosil masih menjadi sumber energi utama untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia terutama untuk bahan bakar minyak (BBM). Ketergantungan Indonesia terhadap BBM pun semakin tinggi seiring dengan tingkat konsumsi yang terus meningkat. Menurut data Pertamina kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri mencapai 1,3 juta barrel perhari. Sementara produksi dalam negeri baru menyentuh kisaran angka 950.000 barel setiap harinya.

Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat karena berbagai faktor seperti laju populasi penduduk serta pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan sebesar 6% per tahun sehingga membutuhkan ketersediaan energi yang tidak sedikit. Apalagi sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi yakni sektor industri dan transportasi menjadi pengguna energi terbesar dengan laju peningkatan konsumsi BBM sebesar 6-9% per tahun. Oleh karena itu ketersediaan energi perlu dijamin agar pembangunan nasional tidak terganggu.

Di sisi lain harga minyak dunia yang semakin tidak menentu membuat Indonesia mengalami dampak yang tidak ringan. Indonesia yang tak lagi menjadi negara utama pengekspor minyak bergantung kepada minyak luar negeri. Selain itu cadangan minyak Indonesia yang semakin menipis membuat ancaman krisis energi menghantui negeri ini.Ditambah isu pemanasan global yang terkait erat dengan penggunaan bahan bakar fosil yang berdampak pada ledakan emisi gas rumah kaca, hujan asam dan kerusakan ozon membuat negara-negara dengan angka konsumsi bahan bakar fosil sangat tinggi kerap menjadi sasaran kritik komunitas dunia.

13835512302036585937
13835512302036585937

Antrian pembelian BBM akibat kenaikan harga dan kelangkaan minyak menjadi lampu merah bagi ketahanan energi Indonesia. Penggunaan sumber energi alternatif  adalah sebuah keniscayaan yang sudah saatnya dilakukan oleh Indonesia, salah satunya dengan mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai energi masa depan.

Ketergantungan pada minyak dunia yang terus meningkat, produksi yang belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, cadangan sumber energi fosil yang semakin menipis dan tak terbarukan, dampak pemanasan global, ancaman krisis energi serta kebutuhan yang harus tetap dipenuhi untuk menjaga pembangunan nasional menegaskan bahwa pengembangan energi alternatif dari sumber energi yang terbarukan adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa lagi ditunda oleh Indonesia.

Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan (EBT)

Sesuai Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pada tahun 2025 konsumsi energi dari minyak bumi ditargetkan turun menjadi kurang dari 20%. Sementara optimalisasi pemanfaatan batu bara ditingkatkan menjadi lebih dari 33%, gas bumi lebih dari 30%, biofuel lebih dari 5%, panas bumi lebih dari 5%, batu bara cair lebih dari 2% dan energi baru terbarukan lainnya seperti biomassa, nuklir, angin, tenaga surya menjadi lebih dari 5%.

Angka-angka tersebut mungkin menjadi acuan bagi postur energi nasional beberapa tahun ke depan. Optimalisasi batu bara memang menjadi yang paling rasional saat ini mengingat cadangan batu bara nasional masih sekitar 5 miliar ton. Namun cadangan sebesar itu ternyata “hanya” cukup untuk 45-50 tahun. Sementara cadangan gas bumi diperkirakan akan habis lebih cepat yakni sampai 30 tahun ke depan. Eksplorasi kedua sumber energi tersebut juga berpotensimengancam lingkungan hidup karena aktivitas pertambangan batu bara dan gas bumi di Indonesia masih dianggap banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Maka postur sebesar 33% untuk batu bara dan 30% untuk gas bumi sebaiknya tidak dianggap sebagai prioritas utama untuk jangka panjang.

Lalu sumber energi apa yang pantas dikembangkan sebagai sumber energi masa depan di Indonesia?.

Indonesia memiliki potensi sumber energi baru terbarukan yang cukup besar dan beragam. Potensi microhydro Indonesia diperkirakan sebesar 450 MW. Sementara panas bumi menyimpan potensi sebesar 2300 MW dan baru dimanfaatkan sepertiganya. Energi Nuklir menyimpan potensi yang jauh lebih besar yakni menyentuh angka 3 GW.

Ketiga sumber EBT di atas dapat menjadi penyedia energi masa depan Indonesia. Namun pengembangan energi microhydro, panas bumi dan nuklir memiliki kendala yang besar dari aspek sosial yakni infrastruktur penunjang yang masih terbatas terutama listrik yang mutlak dibutuhkan untuk menunjang ketiganya. Krisis listrik masih kerap terjadi di berbagai wilayah Indonesia yang ironisnya justru memiliki potensi ketiga EBT tersebut. Dari aspek lingkungan pengembangan ketiga sumber energi tersebut, terutama nuklir juga menghadapi isu yang tak sepele yakni masalah keselamatan. Oleh karena itu pengembangan sumber energi microhydro, panas bumi dan nuklir di Indonesia sebenarnya tak sesederhana menghitung nilai potensinya yang besar.

Sumber Energi Masa Depan Itu Bernama BBN

Seperti disampaikan di atas bahwa banyaknya potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki oleh Indonesia tidak serta membuat sumber-sumber energi tersebut bisa dengan mudah dikembangkan. Dengan kata lain pengembangan EBT tetap harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan termasuk konservasi agar dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya.

Adalah “Bahan Bakar Nabati” yang paling berpotensi dikembangkan sebagai energi masa depan Indonesia. Bahan Bakar Nabati atau BBN adalah bagian dari sumber energi biomassa yang di Indonesia potensinya diperkirakan sebesar 50 GW.

Bahan Bakar Nabati bukanlah istilah baru karena di dalamnya termasuk bioetanol, biodiesel atau secara kolektif disebut dengan biofuel. Sesuai namanya BBN atau minyak nabati dikembangkan dari berbagai jenis tumbuhan lokal baik yang sudah dibudidayakan sebagai pangan maupun yang belum dibudidayakan.

Kelapa, jarak pagar dan sawit adalah jenis-jenis tumbuhan yang terbukti dapat menghasilkan biodiesel. Meskipun demikian pemilihan kelapa sawit sebagai sumber penyedia biodiesel membutuhkan pertimbangkan yang sangat teliti mengingat konstribusi perkebunan sawit terhadap kerusakan hutan Indonesia juga tak kalah besar. Oleh karena itu pengembangan BBN jenis bioetanol menjadi lebih menguntungkan bagi Indonesia.

Beberapa jenis tumbuhan penyedia bahan bioetanol adalah singkong, ubi jalar, tebu, ganyong dan rumput gajah. Jenis tumbuhan lainnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol karena pada dasarnya semua tumbuhan mengandung selulosa dan amilum/karbohidrat yang melalui proses hidrolisis baik dengan azam maupun enzim dapat menghasilkan etanol.

Tak hanya nilai potensinya yang sangat besar, BBN sangat layak dikembangkan oleh Indonesia mengingat keanekaragaman hayati yang tinggi dan kesuburan tanah yang baik dimiliki negeri ini.

Penggunaan BBN juga akan membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Pengembangan BBN dapat diintegrasikan dengan kegiatan ekonomi masyarakat karena beberapa tumbuhan yang menyimpan potensi sebagai penyedian BBN adalah tanaman pangan maupun pakan ternak. Selain memanfaatkan tanaman pangan, BBN juga dapat dihasilkan dari limbah pertanian. Dengan melibatkan petani dan masyarakat pengembangan BBN dapat menaikkan penghasilan petani dan mengurangi pengangguran.

Pengembangan BBN dapat diselaraskan dengan upaya mewujudkan ketahanan dan diversifikasi panganPengembangan BBN yang baik juga akan berkontribusi positif menunjang usaha konservasi lingkungan hidup dan penghijauan. Sementara  secara nyata pengembangaan BBN sebagai sumber energi baru dapat mengurangi kertegantungan terhadap BBM. Selain secara alamiah dapat terbarukan, BBN juga lebih ramah lingkungan dan teknologinya sudah dikuasai oleh anak-anak negeri.

1383550933619815598
1383550933619815598

Rumput Gajah menjadi bahan baku potensial penghasil Bahan Bakar Nabati bioetanol sebagai  energi masa depan Indonesia.

Pengembangan Bahan Bakar Nabati selaras dengan strategi Pertamina dalam mewujudkan misinya yakni melaksanakan eksplorasi dan produksi energi baru terbarukan salah satunya Biomassa dan Biofuel. Dengan memulai menggalakkan proyek percontohan kawasan khusus BBN, inventarisasi tumbuhan penyedia bahan baku, pembangunan pabrik berbagai skala, Pertamina dapat mengembangan BBN sebagai energi masa depan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun