Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Istimewa, Jogja Punya "Mesin Waktu" di Kolong Tangga!

6 Februari 2014   08:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07 3056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya termangu melewati pintu ruangan di bawah tangga ini. Belum banyak langkah di dalamnya memori saya langsung diserbu.  Ribuan ingatan lama mendadak datang seperti nyata di depan mata. Melihat sebuah papan dengan beberapa cekungan saya seperti melihat bayangan diri sewaktu kecil duduk di halaman rumah nenek bersama saudara memainkannya. Melangkah melihat potongan-potongan kertas bergambar saya tersenyum mengingat masa-masa memainkannya di halaman sekolah dan halaman rumah. Lalu saat melihat sederet meinan lainnya saya mendadak rindu semuanya, rindu orang tua, rindu kakak dan adik, rindu teman-teman masa kecil  dan rindu kehidupan polos yang sederhana namun berlimpah bahagia. Di ruangan itu saya kembali menemukannya.

Di dalam kolong di bawah tangga inilah dunia anak dengan banyak kehidupan masa lalulnya tersimpan pada Museum Anak Kolong Tangga.

Lupakan untuk mengunjungi Museum of Toys di Singapura yang mengkoleksi ribuan mainan anak. Tak perlu jauh dan mahal ke negeri jiran itu karena Indonesia juga memiliki tempat serupa yang tak kalah istimewa. Museum Anak Kolong Tangga, itulah namanya. Inilah museum mainan anak pertama di Indonesia dengan koleksi sekitar 10.000 mainan anak, alat permainan dan dokumentasi terkait.

Museum Anak Kolong Tangga disebut juga Museum Kolong Tangga karena menempati ruangan yang tak terlalu luas di kolong tepat di bawah dua tangga ulir menuju concert hall Taman Budaya Yogyakarta. Posisinya yang unik dengan banyak sekali koleksi mainan anak di dalamnya sempurna membuatnya seperti mesin waktu.

13916462741448482418
13916462741448482418

Interior Museum Kolong Tangga menempati ruangan tepat di bawah tangga ulir Taman Budaya Yogyakarta

1391646372882848668
1391646372882848668

13916464062005678826
13916464062005678826

10.000 koleksi mainan dari sejumlah negara termasuk Indonesia dipamerkan secara bergantian dan disimpan dalam kota dan lemari kaca.

Perjalanan Museum Kolong Tangga belum terlalu panjang. Diresmikan Februari 2008, museum ini didirikan oleh Rudi Corens, seorang seniman asal Belgia yang menetap di Yogyakarta. Pada awalnya museum ini hanya memiliki koleksi 3000 mainan anak. Dalam perjalanannya Museum Kolong Tangga terus menambah koleksinya. Museum ini juga mendapatkan sumbangan sejumlah koleksi dari beberapa pihak termasuk perorangan yang memiliki perhatian terhadap dunia mainan anak.

Museum Kolong Tangga memiliki perhatian khusus kepada dunia anak masa lalu. Semua orang dewasa yang masuk ke museum ini dan melihat koleksinya dipastikan tersenyum sembari didekap rindu masa kecilnya. Museum inipun menyuguhkan kembali kehidupan anak dari berbagai negara. Tak hanya dari Indonesia, koleksi mainan di tempat ini berasal dari sejumlah negara di Afrika, Eropa, Asia hingga Amerika. Oleh karena itu kita akan menjumpai berbagai mainan yang tak pernah ada di Indonesia seperti telur Paskah dari Polandia hingga Batu Setan dari Afganistan.

139164650236583892
139164650236583892
Marrionette, boneka kayu dan boneka tangan dari cerita rakyat Persia.

13916466871008587772
13916466871008587772

Satu set miniatur permainan dongeng Alice dari Walt Disneytahun 1999. Miniatur berbahag plastik dan diwarnai dengan tangan.

13916490371601685577
13916490371601685577

Mainan menyerupai jangkrik dari kaleng bekas buatan Mali, Afrika tahun 2010.

Koleksi-koleksi mainan di Museum Kolong Tangga dibuat pada rentang waktu tahun 1910 hingga 2000-an sehingga sudah cukup langka untuk disaksikan di masa kini. Namuntidak semua dari 10.000 koleksi tersebut dipamerkan sekaligus. Museum Kolong Tangga menampilkan sejumlah koleksinya secara bergilir dan bergantian sehingga jika datang lebih dari sekali ada kemungkinan mendapati koleksi yang berbeda-beda.

Buka setiap hari kecuali Senin, museum ini tidak memungut biaya masuk kepada anak-anak di bawah 14 tahun. Sementara pengunjung dewasa dikenai tiket masuk Rp.4.000 per orang. Jika ingin mendapatkan katalog berisi nomor dan deskripsi pendek setiap koleksi kita bisa membeliya seharga Rp. 3.000. Izin memotret menggunakan kamera dikenai sumbangan sebesar Rp. 5.000.

Koleksi museum diletakkan dalam sejumlah rak dan lemari kaca serta beberapa display gantung. Ada juga yang diletakkan di tengah ruangan. Setiap rak dan display menampilkan beberapa koleksi tematik. Di dalam rak setiap koleksi diberi nomor dan ditata dengan baik. Mainan-mainan yang dipameran memiliki ukuran beragam, mulai dari yang berukuran kecil hingga besar.

1391646868237939428
1391646868237939428

Kaca mata renang dari kayu dibuat oleh anak-anak Papua.

Salah satu koleksi yang paling menarik dan mencolok karena ukurannya yang besar adalah sebuah sepeda kayu yang diperkirakan sudah berusia tua. Seluruh bagian sepeda terbuat dari kayu termasuk roda. Sepeda tersebut ditemukan di sebuah desa di Magelang pada tahun 1992. Lalu sebuah kereta kuda untuk anak-anak yang diperkirakan berusia lebih dari 20 tahun.

Ada juga sebuah kuda kayu yang digunakan untuk membawa anak laki-laki yang disunat. Kuda kayu tersebut sangat menarik karena diberi warna dan dihias dengan ukiran yang cantik meski sudah terlihat kusam. Menurut perkiraan kuda kayu tersebut dibuat tahun 1930. Koleksi ini didapatkan dengan bantuan istri Kedutaan Besar Belgia di Jakarta.

1391647042851689849
1391647042851689849

Sepeda kayu yang ditemukan di sebuah desa di Magelang pada tahun 1992.

13916471351001383591
13916471351001383591
Mainan anak berbentuk kereta kuda yang sudah berumur lebih dari 20 tahun.

1391647208718580883
1391647208718580883

Kuda kayu untuk membawa anak yang disunat, diperkirakan dibuat tahun 1930.

Satu set boneka “Tau-tau” mengundang penasaran. Tak banyak orang tahu boneka mainan anak Toraja ini. Terbuat dari kayu dlengkapi pakaian dan kain khas Toraja, boneka ini seperti boneka tangan namun lebih besar. Koleksi boneka Tau-tau di museum ini sudah berusia lebih dari 23 tahun.

1391647360163107601
1391647360163107601

Boneka "Tau-tau" khas Toraja.

1391649579727211223
1391649579727211223

Peluit dan mainan flute berbentuk burung dan binatang lainnya.

Beberapa koleksi mainan yang mencerminkan kehidupan maritim anak Papua juga dimiliki Museum Kolong Tangga, antara lain sebuah kacamata renang dari kayu dan sebuah perahu primitif dengan layar. Selain itu ada juga koleksi berupa perahu tuk-tuk yang sering dimainkan anak-anak dahulu di sebuah baskom berisi air dan digerakkan dengan membakar kapas atau sumbu minyak yang diletakkan di dalam kapal. Mainan ini masih bisa dijumpai saat ini terutama pada perayaan Sekaten.

Beragam koleksi lainnya di dalam museum benar-benar membuat penikmatnya terbang ke masa lalu. Ada beberapa jenis bola bekel dan keciknya yang menjadi mainan favorit anak perempuan di masa lalu. Lalu anek macam boneka angkrek yakni mainan menyerupai boneka yang dibuat dengan merangkai potongan kertas dengan benang dan beberapa bilah bambu sebagai penyangga. Sekilas mirip wayang. Lalu ada banyak mainan miniatur tentara yang dahulu sering dijumpai sebagai hadiah di dalam snack jajanan sekolah. Permen berbentuk rokok dibalut kertas tipis dan dibungkus kotak layaknya kotak rokok juga ada. Termasuk hadiah sticker di dalamnya yang dulu sering ditempelkan di lengan.

1391647447710149634
1391647447710149634

Boneka atau wayang angkrek.

1391647508692566750
1391647508692566750
Bungkus permen stick yang dikemas menyerupai rokok, salah satu jajanan  saya di masa kecil.

Melangkah lebih dalam kita akan menemukan sejumlah robot-robotan buatan China dan miniatur jadul Power Ranger yang terlihat. Koleksi boneka mainan dari Eropa juga disimpan di tempat ini. Sementara mainan masak-masakan berupa miniatur perabot rumah tangga dan alat masak cukup menarik untuk memancing kenangan masa lalu bagi mereka yang dulu kerap memainkannya.

13916476511117868491
13916476511117868491
Aneka mainan robot buatan China dan Jepang dari tahun pembuatan 1955 sampai 1999.

1391648079108106514
1391648079108106514

Kotak permainan menyerupai pin ball di masa lalu yang terbuat dari kayu.

1391649210493841789
1391649210493841789

Buku cerita bergambar yang menjadi bacaan anak di masa lalu.

Sebuah rak berisi lembaran-lembaran kertas bergambar juga tak boleh dilewatkan. Siapapun yang melihatnya pasti akan  tersenyum mengingat kebiasaan masa lalu sepulang sekolah. Ada setumpuk kartu kuartet dari tahun 1940 hingga 1967. Ada juga seperangkat permainan monopoli buatan Indonesia tahun 1975. Kertasnya yang sudah kusam menunjukkan keabadiannya dalam merekam kenangan banyak orang di masa lampau. Sementara sebuah papan kayu serupa permainan pinball mengingatkan banyak orang yang pernah memainkannya menggunakan kelereng yang digulirkan melewati rute dengan nilai tertentu.

Kemudian ada beberapa cetakan kue terbuat dari kayu yang berisi lubang berbentuk bunga atau boneka. Dahulu saya banyak menjumpainya di rumah nenek sebagai cetakan membuat kue jahe dan kue kacang hijau. Kue itu menjadi jajanan yang selalu saya buru ketika berkunjung menjenguk nenek. Dan melihatnya kembali di museum ini seketika saya teringat sudah belasan tahun tak lagi menjumpai cetakan dan kue itu. Saya rindu. Ada juga sepasang sepatu terbuat dari kayu yang dicat. Sayapun ingat sewaktu kecil saya menandai langkah kaki nenek dengan bunyi langkahnya yang keras karena menggunakan sandal kayu itu

1391648301177592332
1391648301177592332

Satu set cetakan kua terbuat dari kayu yang banyak digunakan ibu dan nenek di masa lalu.

1391646944402765479
1391646944402765479

Sepasang sepatu kayu dibuat di Yogyakarta tahun 1994.

Di sudut lainnya ada rak berisi kumpulan mainan pistol dan pedang beragam bentuk. Semuanya dari masa lalu. Bentuk dan bahan pembuatannya tentu sangat berbeda dengan pistol-pistolan atau pedang-pedangan masa kini. Sejumlah peluit dan flute berbentuk burung juga tersimpan rapi di dalam museum. Sama halnya becak-becakan dan “othok-othok” yang terbuat dari kaleng susu dan kayu yang didorong dengan bilah bambu. Semuanya berhasil memanggil kembali ingatan masa lalu.

1391648448372638361
1391648448372638361

Pistol-pistolan, salah satu mainan mahal di masa lalu.

13916485141990977457
13916485141990977457
"Othok-othok" dan "becak-becakan", sedikit dari mainan murah di masa lalu yang masih bertahan hingga kini.

Tak semuanya koleksi museum ini berupa mainan, ada juga sejumlah benda yang cukup lekat dengan kehidupan anak SD dan TK di masa lalu. Misalnya papan kayu berisikan gambar dan tulisan untuk latihan membaca yang dulu banyak terpasang di dinding ruang kelas. Ada juga puluhan lembar kertas berisi coretan tangan hasil ulangan dan tugas menulis lengkap dengan nilainya.

13916486091940376201
13916486091940376201

Aneka kreasi kipas dari kertas penuh warna yang dahulu banyak dijual di depan sekolah.

Yang tak kalah mengundang rindu adalah beberapa mainan kipas dari kertas penuh warna yang dibuat dengan sangat detail dan unik. Ada yang berbentuk bunga, payung hingga bola. Dahulu mainan itu selalu ada di sepeda penjual mainan di gerbang sekolah saya. Sayapun kerap memainkankanya sambil bersepeda atau membawanya berlari agar berputar.

13916487091577777332
13916487091577777332

Lego tangga, mainan favorit yang selalu ada di saku saya ke manapun pergi sewaktu kecil hingga SD.

13916482001740248132
13916482001740248132

Kertas umbul atau wayangan, permainan favorit anak-anak jaman dahulu untuk mengisi waktu sepulang sekolah dan hari libur.

Sementara dua mainan yang berhasil dengan sangat kuat membawa saya kembali ke masa lalu adalah kertas umbul dan lego tangga. Kertas umbul adalah kertas berbentuk persegi panjang berukuran kecil dengan gambar-gambar menarik. Saat itu gambar power ranger, ksatria baja hitam hingga kartun pendekar paling banyak dijumpai. Kerta umbul juga disebut wayangan karena gambar wayang sempat identik dengannya. Kertas umbul dimainkan dengan cara “diumbul” yakni dilempar ke udara lalu menantinya jatuh. Kertas yang jatuh dengan posisi gambar menghadap atas adalah pemenangnya dan berhak mendapatka hadiah berupa sejumlah kertas umbul dari sang lawan. Saya menyimpan banyak senyum ketika melihat kertas umbul itu kembali. Dahulu setiap hari saya hampir memainkannya sepulang sekolah hingga sore hari. Begitu sering pula bapak dan ibu memarahi saya karena dibuat lupa waktu oleh kertas umbul.

Sementara lego tangga adalah mainan serupa lego tapi tersusun dari sejumlah kecil pin aneka warna dengan 2 mata dan 2 lubang. Lego disusun dengan menghubungkan mata dan lubang tersebut. Dahulu saya memiliki banyak sekali pin tersebut dan tak jarang menangis jika beberapa di antara hilang tersapu Ibu. Beragam bentuk mulai dari rumah-rumahan, pesawat terbang hingga robot saya buat dengan itu. Terlalu sayangnya hingga saya kerap membawanya mandi.

1391648842972466386
1391648842972466386

Satu set miniatur alat masak untuk permainan masak-masakan yang dulu sering saya mainkan dengan kakak perempuan saya.

1391648905973226656
1391648905973226656

Siapa yang tak ingat ini?. Miniatur tentara yang menjadi hadiah incaran dalam setiap bungkus chiki.

13916489791625598195
13916489791625598195
Sepatu roda jaman dulu.

Museum Anak Kolong Tangga ditujukan untuk semua anak tanpa mempermasalahkan siapa, kapan dan di mana ia berada. Meski mungkin lebih banyak orang dewasa dan orang tua yang memiliki kenangan itu, kolong tangga adalah himpunan kehidupan anak di masa lalu untuk anak-anak di masa kini. Di tempat ini anak-anak bisa mengenal sepenggal dunianya sekaligus mendekatkan mereka dengan sejarah dan warisan budaya.

Sayangnya keberadaan museum ini belum banyak dikenal. Meski Taman Budaya merupakan tempat yang populer di Yogyakarta  dan tak henti menggelar event yang dikunjungi banyak orang, tak banyak yang menyadari bahwa ada sebuah museum di bawah kolong tangganya. Seorang petugas di sekretariat museum pun mengamini hal ini. Ia termasuk yang terlambat mengetahui keberadaan museum ini karena baru mengenalnya ketika menjadi karyawan museum.

1391649131606386371
1391649131606386371

Kolong Tangga bukan sebuah gudang penyimpanan mainan kuno. Seperti mesin waktu, tempat ini “hidup” dan menyimpan jutaan kenangan tentang kehidupan dan keseharian anak-anak. Masuk dan lihatlah kembali potongan kehidupan masa kecil yang polos dan manis itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun