Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Foodie

SATARI, Angkringan "All You Can Eat" di Batas Kota Jogja

10 Oktober 2012   15:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:58 3729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang malam tadi, saat tiba di tempat itu, barisan meja dan kursi di luar sudah dipenuhi oleh orang-orang yang sedang asyik berbincang sambil menghadap beberapa bungkus nasi dan lauknya. Beruntung ruangan di sebelah dalam masih luang, kami pun masuk. Dan lihatlah, ini adalah angkringan terbesar dan terlengkap yang pernah saya jumpai selama di Yogyakarta.

Kemajuan zaman memang telah menggerus sebagian tradisi dan karya manusia zaman dulu. Juga telah meninggalkan di belakang apa-apa yang dianggap tak lagi modern, walau sebagian kini coba dibangkitkan lagi dalam bentuk yang lebih kekinian. Tapi tak semua benar-benar ditinggalkan. Tak semuanya kehilangan peminat. Angkringan, bagian dari karya kehidupan masyarakat tempo dulu yang hingga kini masih sanggup mencuri tempat.

Angkringan, sebuah bentuk dan cara menjajakan makanan dengan gerobak yang didorong, dipikul atau warung tenda sederhana yang banyak ditemui di wilayah Surakarta, Klaten dan Yogyakarta. Ketika berada di Surakarta dan Klaten, kampung halaman orang tua, beberapa penjual angkringan bercerita kalau angkringan sesungguhnya berasal dari wilayah mereka sebelum akhirnya lebih populer di Yogyakarta. Di Surakarta dan Klaten sendiri nama “hik” lebih populer dibanding di Yogyakarta yang masyarakatnya lebih familiar dengan sebutan angkringan. Beberapa penjual pun menjelaskan bahwa cikal bakal angkringan sesungguhnya berasal dari wilayah Cawas di Kabupaten Klaten. Sebuah sejarah yang unik karena ternyata hingga kini pun banyak penjual angkringan di Yogyakarta merupakan pendatang dari Cawas atau wilayah Klaten lainnya.

Sego kucing atau nasi kucing yang menjadi trade mark angkringan dahulu dijajakan dengan cara dipikul berkeliling kampung. Seiring perkembangannya, cara berjualan dengan dipikul mulai ditinggalkan. Penjual mulai beralih menggunakan gerobak dorong dan berhenti di tempat tertentu yang kemudian menjadi cara berjualan angkringan yang populer saat ini yakni warung tenda semi permanen dengan tetap mempertahankan gerobak dorong. Jika masih ada penjual yang mempertahankan keranjang pikulnya, mereka tidak lagi berkeliling melainkan menetap dan menanti pembelinya di sudut jalanan. Contoh angkringan yang masih mempertahankan konsep asalnya dengan menggunakan keranjang pikul adalah para penjual angkringan di kawasan stasiun Tugu Yogyakarta atau yang dikenal dengan Angkringan Tugu.

13498781731054635337
13498781731054635337

13498784651552530243
13498784651552530243

1349878690128628837
1349878690128628837
berbagai macam angkringan mulai dari gerobak, warung tenda sederhana hingga pikulan yang merupakan bentuk asal angkringan

Meski konsep dan cara menjajakannya telah mengalami pergeseran namun penyajian makanan dalam porsi serba sedikit dengan menu sederhana dan variatif masih diusung oleh angkringan hingga saat ini. Selain sego kucing dengan berbagai varian lauk yang minimalis seperti sambal teri,  tahu dan tempe bacem, satu telur, sate usus, kerupuk intip dan berbagai jenis minuman hangat yang secara umum disebut wedangan adalah menu wajib di setiap angkringan.

Dan “Angkringan SATARI” di ujung Jalan Magelang km. 16, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, adalah salah satu angkringan dengan bentuk yang sudah berevolusi. Nasi kucing angkringan Satari tak dijual dalam pikulan, gerobak atau warung tenda sederhana, melainkan di sebuah rumah toko dengan halaman yang dipasang tenda dengan beberapa baris meja dan kursi berjejer persis di pinggir jalan raya.

13498774741276732844
13498774741276732844
Suasana malam di Angkringan Satari tampak dari luar

Satari adalah sebuah angkringan atau tempat orang berkumpul sambil menikmati hidangan khas angkringan di dalam sebuah rumah toko sederhana yang diperluas sampai halamannya. Di halamannya sendiri beberapa baris meja dan kursi ditata dibawah tenda dengan penerangan lampu temaram. Sementara nasi kucing dan lauk khas lainnya ditempatkan di dalam rumah toko dan ditata dalam puluhan wadah. Semua dihamparkan dan pembeli tinggal menentukan jenis nasi kucing serta lauk yang diingini. Modelnya pun jadi mirip warung makan prasmanan.

13498773611936318438
13498773611936318438

Boleh jadi inilah angkringan yang menyediakan menu nasi kucing dan lauk paling lengkap di Yogyakarta. Setidaknya suasana dan sajian angkringan Satari ini belum saya jumpai di beberapa angkringan lain di Yogyakarta, termasuk di angkringan tugu yang terkenal dan mahal.

Berbagai macam nasi kucing yang disediakan di sini sempat membuat saya bingung untuk menentukan nasi apa yang ingin saya coba. Ada nasi tempe, nasi teri, nasi rica-rica ayam, nasi telur bumbu bali, nasi kuning hingga nasi brongkos. Pun demikian dengan lauk dan makanan kecil pendampingnya yang jumlahnya lebih banyak lagi, sekitar 20 jenis. Sate telur, sate usus, sate jamur, sate ati-ampela, ayam bacem mulai dari sayap hingga kepala, martabak, tempe goreng, tahu bacem, bakwan jagung, tahu bakso dan masih banyak lagi. Makanan kecil dan jajanan tradisional pun ada seperti loenpia, getuk, martabak, pisang rebus, nagasari hingga arem-arem. Begitupun minuman, mulai dari kopi jos, teh hangat, susu jahe hingga es jeruk bisa dipesan. Pemilik dan pegawai angkringan yang menggunakan seragam merah marun pun cukup ramah dan tak segan mengantarkan pembeli untuk memilih makanannya sambil menyebutkan harga-harganya.

Makan di angkringan ini pembeli bisa memilih menikmati nasi kucing di tenda luar sambil memandangi suasana malam Jalan Magelang dan ini bagi saya mengasyikkan. Jika tidak ruangan di sebelah dalam tempat makanan disajikan pun dapat digunakan. Namun bila menghendaki makan dengan cara lesehan, tempat ini juga menyediakan tikar.

1349877142584235572
1349877142584235572

13498761921837461593
13498761921837461593

1349876432132589428
1349876432132589428

1349876693245955998
1349876693245955998
berbagai macam nasi kucing dengan puluhan menu yang bisa dipilih di Angkringan Satari

Meski mungkin tidak seterkenal angkringan tugu atau angkringan KR di kawasan Malioboro, namun angkringan ini juga punya banyak pelanggan. Maka untuk datang ke angkringan Satari sebaiknya selepas antara pukul 4 sore hingga jam 9 malam. Setelah jam 9 malam jangan berharap masih akan menjumpai banyak menu nasi kucing dan penganan di tempat ini.

Jika angkringan tugu banyak dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mencicipi sensaai makan nasi kucing, maka angkringan Satari menjadi langganan banyak orang yang melalui Jalan Magelang, baik dari arah Magelang maupun arah Yogyakarta.

Selain tempatnya yang nyaman dan bersih, tempat parkirnya pun luas dan gratis. Bapak petugas parkir bahkan menolak dengan halus ketika saya menyodori uang parkir.

Yang lebih istimewa, harga di angkringan Satari lebih murah dibanding beberapa angkringan besar lain di Yogyakarta seperti angkringan tugu, angkringan KR dan beberapa angkringan lain di pusat kota. Saya terkejut ketika membayar untuk sejumlah makanan yang saya coba malam ini. Di angkringan Satari saya seperti makan di warung sederhana dengan konsep “all you can eat”. Dua bungkus nasi tempe dan teri, 1 tahu bacem, 2 bakwan jagung, 3 sate jamur, 2 arem-arem, 4 pisang goreng, 4 tahu bakso, 1 gelas es teh, 1 gelas es jeruk, semua cukup ditebus Rp. 14.000 saja.

Namun seperti halnya kuliner pada umumnya, memilih angkringan pun tergantung selera. Jika ingin mencicipi angkringan dalam suasana keramaian pusat kota sembari melihat bentuk asli angkringan, maka angkringan tugu dan sejenisnya boleh dicoba. Jika ingin sekedar duduk-duduk menikmati segelas teh atau kopi panas, maka angkringan gerobak yang banyak hadir di pinggir jalan bisa menjadi pilihan. Namun jika ingin menghabiskan waktu untuk bercengkerama sembari mencicipi berbagai menu nasi kucing dan jajanan tradisional dengan harga yang ramah, angkringan serba ada seperti Satari sangat tepat untuk didatangi.

13498769431488467537
13498769431488467537

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun