Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memotret Keramaian, Pelarian Saat Bingung Memotret

22 Juni 2014   17:27 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:49 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memotret adalah sesuatu yang menggembirakan. Bagi saya kegiatan ini sama menyenangkannya dengan membaca buku, keduanya sering jadi pelarian saya di kala malas atau lelah mengerjakan yang lain.

[caption id="attachment_312236" align="aligncenter" width="600" caption="Seperti penonton festival."][/caption]

Ada alasan mengapa memotret selalu menggembirakan bagi saya. Pertama, meski memotret perlu teknik dan pengetahuan yang cukup, tapi bagi saya pribadi memotret adalah saat di mana kita bebas menekan tombol shutter tanpa harus banyak berfikir. Saya mungkin penganut aliran “memotret yang penting jepret dulu baru pikir belakangan”.

Kedua, tak perlu ide yang njlimet untuk memotret. Selalu ada tujuan untuk memotret, tapi tak harus punya ide yang sempurna tentang bagaimana dan seperti apa cerita yang ingin kita rekam di dalam bingkai foto. Saya selalu membiarkan diri sendiri untuk terkejut dengan hasil foto-foto yang saya ambil. Boleh jadi karena bagi saya memotret hanya sekadar hobi sehingga tak ada tuntutan untuk menghasilkan foto yang bagus. Sama halnya tak ada kewajiban untuk saya memahami banyak seluk beluk memotret. Itulah yang membuat memotret menyenangkan bagi saya.

[caption id="attachment_312237" align="aligncenter" width="480" caption="Berebut "]

1403406433506291434
1403406433506291434
[/caption]

Namun meski selalu menyenangkan dan tak pernah membosankan, memotret bisa jadi membingungkan dan melelahkan jika dilakukan di keramaian. Memotret di keramaian atau suasana yang riuh di mana ada banyak orang berkumpul di satu tempat yang sama seringkali membuat saya kebingungan.

[caption id="attachment_312238" align="aligncenter" width="414" caption="Ada yang sadar kamera."]

1403406536665404695
1403406536665404695
[/caption]

Ibarat sebuah pesta, keramaian adalah tempat para pemburu foto bersenang-senang. Apalagi jika pesta itu menghidangkan sajian prasmanan berupa imaji tak terbatas yang bisa dipilih sesuka hati. Oleh karena itu di keramaian pula biasanya para fotografer profesional berkumpul untuk menikmati hidangan imaji itu.

Keramaian, entah itu sebuah acara festival, pertunjukkan budaya, konser atau lalu lintas kota besar memang menyimpan banyak obyek menarik untuk dipotret seperti human interest dan candid. Mereka yang jeli dan teliti mengidentifikasi obyek, lalu mengisolasinya ke dalam bingkai kamera, akan sangat menikmati memotret di keramaian. Sama halnya dengan mereka yang memiliki kesabaran tinggi untuk menanti moment fotogenik yang biasanya berlangsung cepat dan tak terulang. Saya sering kagum dengan hasil jepretan orang-orang yang secara jenius bisa menemukan obyek menarik di tengah keramaian dan membuatnya jadi menonjol dalam bingkai foto.

14034066441901101390
14034066441901101390

"Melawan Arus".

[caption id="attachment_312241" align="aligncenter" width="400" caption="Ini Malioboro!"]

140340686078147852
140340686078147852
[/caption]

Sementara bagi saya yang hobiis, memotret di keramaian justru kerap mendatangkan kebingungan. Untuk beberapa saat mengisolasi obyek dari keramaian memang menantang dan hasinya sering menyenangkan. Namun saya sering kelelahan dengan banyaknya orang dan riuhnya suasana keramaian. Apalagi jika saat sambil mencari obyek-obyek terselip, saya juga harus menunggu terjadinya momen dramatis.

Beruntung memotret adalah kegiatan yang tak pernah mengenal mati gaya. Di saat kebingungan dan kelelahan memotret di keramaian, saya sering mengalihkannya dengan memotret keramaian itu sendiri. Bagi saya suasana keramaian sama manisnya dengan obyek-obyek di dalam keramaian itu.

[caption id="attachment_312242" align="aligncenter" width="600" caption="Berdesakan."]

1403406971873332854
1403406971873332854
[/caption]

[caption id="attachment_312243" align="aligncenter" width="600" caption="Ada yang motret di sana!"]

14034070691458334305
14034070691458334305
[/caption]

Sangat menyenangkan melihat kumpulan manusia berdiri dengan beragam raut muka dan ekspresi. Apalagi jika di antara kerumunan itu ada yang sadar kamera sehingga dalam satu bingkai kita akan menemukan serangkaian wajah dengan berbagai bentuk tatapan mata. Sama asyiknya saat memotret ribuan orang yang bergerak bersama ke satu arah di sebuah jalan yang biasanya diisi kendaraan tapi tiba-tiba jadi lautan manusia. Daripada bingung mencari obyek menarik di dalamnya dan menunggu momoen dramatik yang mungkin terjadi, lebih baik potret semuanya sekaligus.

[caption id="attachment_312245" align="aligncenter" width="540" caption="Magnet ajaib  Malioboro!"]

1403407159334373864
1403407159334373864
[/caption]

[caption id="attachment_312246" align="aligncenter" width="540" caption="Terus berdesakkan!."]

14034072391994426810
14034072391994426810
[/caption]

Foto-foto dalam artikel ini sebagian besar saya dapatkan ketika kebingungan dan kelelahan menentukan obyek foto di keramaian. Sebagian diambil acak dan asal sambil mengangkat kamera. Jika hasilnya jelek saya tinggal menghapusnya. Tapi jika hasilnya menurut saya catchy, saya akan menyimpannya di dalam laptop.

14034067541265423219
14034067541265423219
"Semrawut Tapi Manis" (nama lain Malioboro).

Mengisolasi obyek di tengah keramaian memang bisa menghasilkan foto yang langka dengan orisinalitas yang sering tak tertandingi. Tapi memotret keramaian itu sendiri juga sering menghasilkan efek kolosal yang dramatis. Memang semua kembali kepada selera saat memotret, tapi setidaknya bagi saya memotret keramaian lebih menyenangkan dan tidak lebih membingungkan dibanding harus memotret apa yang ada di dalam keramaian itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun