Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Cara “Kos Syariah" di Jogja “Memaksa” Anak Kosnya Sholat

14 September 2014   16:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:44 4483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14106604471037255860

[caption id="attachment_323921" align="aligncenter" width="600" caption="Indahnya Jogja dengan siluet senja barisan rumah kos."][/caption]

Menghuni rumah kos atau kontrakan dan tinggal jauh dari rumah sendiri memang penuh cerita. Selalu ada pengalaman dan kisah-kisah unik seputar warga kos yang bisa menjadi pelajaran atau hanya sekedar cerita kehidupan. Mulai dari curi-curi pandang penghuni kos seberang, naksir anak pemilik kos, serunya kerja bakti membersihkan rumah kos hingga hal-hal kurang mengenakkan seperti air ledeng mampet, telat membayar iuran listrik atau sepatu di depan rumah yang mendadak raib.

Cerita unik seputar kehidupan kos seringkali juga melibatkan cerita tentang “kebijakan” sang pemilik kos. Ada yang beruntung mendapat induk semang baik hati, namun ada juga yang mendapat pengawas kos seperti penjaga kamp militer yang kalau kita pulang lewat jam 9 malam maka satu-satunya cara untuk masuk adalah lompat pagar atau tidak pulang sekalian.

Pengalaman saya dan kawan-kawan penghuni satu rumah kos ini mungkin salah satu yang paling menarik sekaligus unik. Menghuni sebuah rumah kos di kawasan ring 1 yang artinya kamar-kamarnya tak sampai berjarak 1 km dari kampus memang membuat penghuninya harus membayar lebih mahal. Apalagi setiap tahunnya rumah-rumah kos di kawasan ring 1 ini memang menjadi buruan calon penghuni. Selain dekat dengan kampus dan fasilitas umum, rumah-rumah kos di sini juga cukup nyaman. Kamar-kamarnya bersih dan hampir semua rumah kos memiliki pengawas bahkan ada yang satu atap dengan sang pemiliknya sehingga terasa aman.

Meski harus membayar sedikit lebih mahal, namun fasilitas yang diterima oleh penghuni kos juga setimpal. Salah satunya layanan wifi gratis yang bisa diakses penuh seharian dari dalam kamar sekalipun. Wifi yang diterima pun memiliki kecepatan yang bisa diandalkan. Paket data 2 GB pada tablet saya sampai nganggur dan baru habis setelah 3-4 bulan karena lebih sering memanfaatkan akses wifi.

Wifi ini bahkan sering bisa ditangkap sampai jarak tertentu sampai ke kos tetangga. Asalkan bisa mendapatkan passwordnya, wifi gratis siap menemani hari-hari di kos atau kontrakkan.

Namun ada yang unik dari layanan wifi ini. Sadar bahwa kemudahan mengakses internet menggunakan wifi sering membuat penghuni kosnya lupa waktu, sang pemilik kos pun cerdik melakukan sedikit pengaturan pada akses wifi.

Mengingat seluruh penghuni kos di tempat kami beragama Islam, maka setiap waktu sholat akses wifi secara otomatis akan dipotong. Setiap adzan berkumandang hingga beberapa menit setelahnya wifi akan menjadi no connection atau limited hingga untuk membuka google pun seperti mengamati siput yang berjalan.

Memotong akses wifi di waktu sholat adalah cara pemilik kos untuk mengingatkan atau “memaksa” penghuninya menjalankan ibadah lebih dulu. Penghuniyang sudah hafal dengan “siklus wifi” ini biasanya baru akan kembali ke laptop 15-30 menit setelah waktu sholat, saat di mana wifi kembali dinormalkan.

Lalu kapan waktu menikmati atau mengakses wifi kos paling ideal?. Di luar 15 menit waktu sholat kami bisa menikmati wifi secara normal. Lagipula tidak semua waktu sholat disertai dengan penurunan otomatis kecepatan wifi. Hanya di waktu dzuhur, ashar dan maghrib layanan wifi kami dipotong. Pada pukul 12 siang dan 3 sore wifi akan diturunkan selama 15 menit. Lalu di waktu maghrib wifi akan diturunkan lebih lama sampai 30 menit.

Sementara waktu Isya dan Subuh tidak ada pemotongan kecepatan wifi. Mungkin karena waktu antara Isya dan Subuh yang panjang sehingga ada lebih banyak waktu longgar untuk menjalankan sholat. Pemilik kos mungkin juga memahami bahwa malam hari adalah saat banyak penghuni mengerjakan tugas atau bersantai sehingga wifi bisa diakses tanpa pemotongan kecepatan agar penghuni kos bisa menggunakannya untuk mengerjakan tugas atau live streaming.

Selain itu di malam minggu kecepatan wifi biasanya akan menjadi lebih kencang seiring dengan banyaknya penghuni kos yang keluar untuk merenda kasih. Inilah saatnya para “penunggu rumah kos” menikmati surga wifi.

Itulah secuil cerita penghuni “kos syariah” yang menikmati wifi gratis 24 jam dengan ketentuan wifi turun secara otomatis saat adzan berkumandang.

Selamat hari Minggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun