Rabu siang (10/12/2014) Mata Najwa menggelar panggung spesial peringatan Hari Antikorupsi dengan tajuk “Revolusi Bersih” di kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Di hadapan sekitar 2000 penonton yang sebagian besar adalah warga kampus UGM, seperti biasa Najwa Shibab sang tuan rumah Mata Najwa mengupas banyak cerita dari para tokoh. Kali ini 4 tamu spesial dihadirkan untuk memperbincangkan seputar pemberantasan korupsi dari berbagai aspek, yaitu Ketua KPK Abraham Samad, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Walikota Bogor Bima Arya dan Putri Mantan Presiden Gusdur Yenny Wahid.
Menyaksikan Mata Najwa
Dari keempat tokoh tersebut, kehadiran Pratikno paling banyak menjadi perhatian. Seperti diketahui, dua bulan yang lalu ketika ditunjuk sebagai Mensesneg, Praktino adalah Rektor Universitas Gadjah Mada. Oleh karena itu kehadirannya di Mata Najwa kali ini tak ubahnya seperti pulang ke rumah meski kini jabatannya sebagai Rektor telah digantikan oleh Prof. Dwikorita. Selain itu kedatangannya sebagai Mensesneg di Mata Najwa juga membawa cerita-cerita menarik dari dalam Istana. Pada kesempatan itu pula Pratikno menuturkan beberapa kesannya terhadap Istana dan kepemimpinan Presiden Jokowi yang menarik.
Mensegneg mengatakan di awal Kabinet Kerja terbentuk, Presiden Jokowi masih sering lupa kalau dirinya sudah menjadi bawahan sang presiden. Pada minggu- minggu awal, Jokowi bahkan masih sering memanggil dirinya dengan penuh hormat menggunakan sapaan “Pak Rektor”.
Menurut Mensesneg, Presiden Jokowi tidak memposisikan dirinya di posisi tertinggi dan tidak menjaga jarak dengan bawahannya. Pada sebuah acara di Istana, sesuai protokoler, Mensesneg harus duduk di belakang Presiden dengan jarak sekitar 1 meter. Namun pada saat itu Presiden Jokowi justru menyuruhnya untuk pindah duduk di sebelahnya.
Presiden Jokowi juga memiliki gaya komunikasi yang tidak bertele-tele dan kurang menyukai seremonial.Jokowi tak segan memberikan masukan lisan dan pesan kepada menteri-menterinya dalam pertemuan bebas sekalipun. Baru-baru ini Presiden Jokowi bahkan memberikan masukan kepada Menteri Pemberdayaan Wanita melalui Mensesneg agar dana peringatan Hari Ibu tidak usah dihambur-hamburkan untuk menggelar upacara berlebihan. “Pak, tolong nanti kasih tahu Ibu Menteri Pemberdayaan Wanita nggak usah buat acara-acara besar Hari Ibu. Dananya lebih baik dibelikan jarik (kain/selendang batik) untuk ibu-ibu yang rumahnya di pinggiran sungai”. Itulah bocoran pesan Presiden jelang Hari Ibu yang jatuh 22 Desember mendatang.
Pratikno pun menuturkan betapa Istana saat ini tidak kaku. “Malah kalau lagi di Istana, kami para menteri bisa leluasa gojek (bercanda)”. Begitulah gambaran suasana Istana dan hubungan Presiden Jokowi dengan menteri-menterinya terungkap di Mata Najwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H