Di belantara musik tanah air, nama KAHITNA sudah lama berkibar sebagai salah satu raksasa. Kiprah musikal KAHITNA telah melahirkan banyak hits yang hingga kini terus diingat dan dinyanyikan banyak orang, sebut saja Cerita Cinta, Cantik, Andai Dia Tahu, Setahun Kemarin, Tak Sebebas Merpati, Cinta Sudah Lewat hingga Mantan Terindah. Perjalanan musikal mereka yang panjang juga menjadi inspirasi. Berdiri 24 Juni 1986, KAHITNA kini tengah menjelang angka yang ke-28 tahun, sebuah usia panjang untuk sebuah grup musik di Indonesia.
Di jalur musik pop, eksistensi KAHITNA sebagai grup lama yang masih produktif menghasilkan lagu dan wara-wiri dari satu panggung konser ke panggung konser lainnya, sulit untuk disaingi oleh grup seusianya. Jika di pop rock ada Slank yang memimpin, maka di pop romantis KAHITNA adalah juaranya.
KAHITNA yang dipimpin oleh Yovie Widianto memang dikenal sebagai pemilik lagu-lagu cinta terbaik di Indonesia. Musik, syair hingga judul lagu-lagu mereka yang khas sangat mudah mengena. Kedalaman lirik dalam setiap lagu KAHITNA membuat orang susah lupa.
Tafsir Cinta yang Realistis
Banyak orang bilang KAHITNA adalah grup mellow yang gemar mengumbar lagu-lagu ballad nan cengeng. Syair dan frasa dalam lagu KAHITNA juga sering dianggap hiperbolis. Tapi anggapan itu segera terkoreksi jika menyimak utuh karya-karya yang telah mereka cetak sepanjang 28 tahun ini.
Takdir KAHITNA sebagai grup spesialis lagu cinta memang sudah dimulai semenjak bendera mereka dikibarkan 24 Juni 1986 silam. Tapi KAHITNA dengan citra mellow dan mendayu-dayu memang semakin nyata selepas tahun 2000. Semenjak saat itu mereka sangat intens mengolah lagu dengan ruang tema cinta perih. Hampir semua hits yang mereka cetak dalam satu dekade terakhir ini pun adalah lagu-lagu cinta sad ending.
Seperti yang lainnya, bagi KAHITNA cinta adalah ruang tema yang mudah mengena dan tak pernah kenal jeda. Setiap saat selalu lahir cerita cinta dan cinta perih selalu lebih mudah ditangkap dan ditampilkan ekspresinya. Namun KAHITNA sebenarnya tak hiperbolis untuk urusan mengolah lagu cinta.
Memang kita bisa menemukan“mentari terbit di utara”, “matamu yang indah bagai bulan sabit”, “walau bulan tak bercahaya” dan beberapa rangkaian kata sejenis lainnya. Akan tetapi KAHITNA tak pernah menyesaki lagu-lagu mereka dengan lirik-lirik hiperbolis dari awal hingga akhir. Yang ada justru sebaliknya. KAHITNA sangat gemar memasang judul lagu yang polos bahkan terkesan aneh di telinga seperti “Nggak Ngerti”. Mereka pun sering menempatkan frasa dan membentuk rangkaian kata yang tak basa-basi. Simak saja lagu Mantan Terindah. Meski judulnya terkesan hiperbolis, tapi lirik yang mengisinya sangat apa adanya: “Mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku?”.
KAHITNA sangat realistis dalam bercerita tentang cinta. Oleh karena itu mereka tak bernyanyi dengan lirik seperti “jangan tinggalkan aku karena aku tak bisa hidup tanpamu”. KAHITNA lebih jujur dengan menyenandungkan “kau tak akan terganti”. Jangan juga berharap menemukan syair “aku sangat merindukanmu setengah mati” karena KAHITNA lebih menyukai untuk berkata “sesungguhnya aku kangen kamu”.
Di balik kesan hiperbolis dan efek putis dari syair dan lagu-lagunya, KAHITNA justru menampilkan cerita cinta yang sangat apa adanya tanpa dibuat-buat.
Lalu apa yang membuat karya-karya KAHITNA bisa berefek sedemikian hebat?. Sudah jelas KAHITNA memiliki daya menafsir cinta yang sangat baik. Apapun ceritanya, lagu-lagu mereka diakui banyak orang dengan “gue banget”. Istilah “gue banget” menegaskan bahwa KAHITNA selalu berhasil menangkap trend kisah cinta dan menafsirkannya secara sempurna.
Bukan itu saja, KAHITNA juga memiliki trio vokalis dengan kemampuan tafsir lirik yang fantastis. Jika Yovie Widianto adalah otak dari cerita cinta KAHITNA, maka Hedi Yunus, Carlo Saba dan Mario Ginanjar adalah aktor yang selalu berhasil mengeksekusi setiap penggal syair KAHITNA dengan sempurna. Ketika bernyanyi ketiganya mampu menciptakan slide-slide visual dari setiap cerita cinta yang dibawakan. Nyawa dari setiap lagu dan jiwa tiga vokalis KAHITNA seolah menjadi satu suara.
Kemampuan menafsir cinta yang luar biasa dari KAHITNA berpadu dengan gaya dan naluri mereka dalam membentuk lirik serta judul yang istimewa. KAHITNA banyak menggunakan kata-kata biasa namun lirik yang dihasilkan selalu terdengar romantis dan mengiris. Di lain waktu mereka memilih kata-kata yang aneh namun secara ajaib berubah menjadi syair dengan rasa yang manis. Oleh karena itu frasa “Cinta Sudah Lewat”, “Cinta Sendiri” atau “Mantan Terindah” bisa menjadi sangat mengena. Dari tafsir cinta KAHITNA pulalah lahir frasa indah seperti “Tak Sebebas Merpati” atau “Merenda Kasih”.
Cinta dan Rasa, itu yang membuat lagu-lagu KAHITNA tak pernah kehilangan nyawa sekalipun musiknya telah selesai dimainkan. Cinta dan Rasa, itu “KAHITNA Banget”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H