Mohon tunggu...
Kazebara
Kazebara Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hidup Seperti Semilir Angin, Menyejukkan Meski Hanya Sesaat. IG @wardhaayu Twitter @WAndriyuni kazebara.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perjuangan Konservasi Penyu Pantai Pelangi

27 Maret 2022   05:41 Diperbarui: 27 Maret 2022   06:35 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deretan pantai selatan telah lama menjadi destinasi wisata yang popular di Yogyakarta. Terutama setelah dibukanya wisata di area Gumuk Pasir. Sand boarding menjadi pengalaman wisata yang tidak bisa ditemui di wilayah lain di Indonesia. Karena hanya pantai Selatan Yogyakarta yang memiliki Gumuk Pasir. Yogyakarta memang lekat dengan potensi wisata yang sangat lengkap. 

Tapi tidak hanya untuk bersenang-senang saja, pantai Selatan juga merupakan rumah bagi penyu. Hewan yang kini masuk dalam daftar dilindungi oleh negara. Semua penyu laut di Indonesia tergolong satwa yang dilindungi UU, berdasarkan:

* Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999

* Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutan RI No. 106 Tahun 2018

* Undang-Undan No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Berdasarkan ketentuan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), semua jenis penyu laut dimasukan dalam appendix I. 

Perdagangan penyu untuk kepentingan komersil dilarang.  Ironisnya, penyu yang sudah langka ini menjadi sasaran kepentingan komersil di rumahnya sendiri. 

Salah satunya adalah kawasan Pantai Pelangi yang dibuka sejak tahun 2019. Letaknya ada di sebelah Barat pantai Depok dan berdekatan dengan kawasan Gumuk Pasir. Kabarnya pantai Pelangi dulu sempat terkenal dengan sajian telur penyu atau daging penyu. Masyarakat sekitar memburu penyu secara bebas.

Butuh perjuangan bertahun-tahun hingga akhirnya ada tempat konservasi penyu di pantai Pelangi. Aku sendiri juga baru tahu ada konservasi penyu di pantai ini ketika mengikuti kegiatan menanam pandan dan bersih pantai bersama teman-teman Kompasiana Jogja. 

Acara menanam pandan ini dibuat oleh komunitas 4K.Yogyakarta. Komunitas yang lahir 6 September 2020 ini benar-benar berjuang untuk menyelamatkan penyu, menjaga agar mereka tetap lestari. Meskipun dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Daru, ketua komunitas 4K.Yogyakarta menceritakan bahwa selama ini mereka berjuang untuk menyelamatkan telur penyu dan membuat penangkaran bahkan dengan biaya sendiri. Cukup sulit untuk mendapatkan bantuan bahkan dari Dinas terkait. 

Salah satu upaya untuk mendapatkan dana agar bisa digunakan untuk melakukan kegiatan konservasi adalah dengan mengadakan kegiatan menanam di pantai atau melepas tukik ke laut. 

Kegiatan ini sekaligus untuk mengedukasi kepada masyarakat agar mengerti betapa pentingnya upaya konservasi dan berhenti menjadikan penyu sebagai komoditas komersil.

Dokpri
Dokpri

Di Yogyakarta sendiri Terdapat empat jenis penyu yang kerap mendarat di Pantai Selatan Yogyakarta : Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea). Terdapat enam titik pendaratan penyu yaitu di Pantai Pelangi, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, Pantai Pandansimo, Pantai Trisik, dan Pantai Congot.

Tanaman pandan laut (Pandanus tectorius) adalah  tanaman penting yang berperan dalam kelangsungan siklus hidup penyu. Sebelum memulai menanam, daru menjelaskan jika tanaman pandan laut digunakan penyu sebagai pelindung sarang. Penyu yang dating ke pantai akan bertelur di bawah tanaman pandan laut. 

Tanaman ini bisa menjaga telur penyu dengan memberikan perlindungan dan menjaga kelembaban tanah. Tanaman pandan laut juga penting bagi ekosistem pantai sebagai penahan erosi dan pemecah ombak. Untuk itu, kegiatan pertama yang kami lakukan adalah menanam pandan laut di area pantai. 

Setelah menanam, kami juga membersihkan pantai dari sampah yang terbawa air laut. Teman-teman dari 4K.Yogyakarta mengajari kami cara untuk memilah sampah sesuai jenisnya. Juga bagaimana cara memanfaatkan sampah plastik menjadi ecobrick.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun