Mohon tunggu...
Wardatul Maghfiroh
Wardatul Maghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Calon Guru Profesional

Mahasiswa PPG Prajabatan Tahun 2023 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hidupkan Kembali Pemikiran-Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Demi Wujudkan Pendidikan Anti Kekerasan

13 Oktober 2023   07:02 Diperbarui: 13 Oktober 2023   16:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/21/095545971/hentikan-kekerasan-di-sekolah-sekarang-juga?page=all

Baru-baru ini kekerasan dan perundungan di dunia pendidikan sedang banyak diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Kasus kekerasan dan perundungan ini marak terjadi di lingkungan sekolah dari jenjang SD hingga SMP. Contohnya siswa SMP di daerah Cilacap Jawa Tengah yang merundung salah satu temannya dengan brutal dan mencontoh selebrasi yang dilakukan oleh Mario Dandi, seorang siswa SD yang ditusuk matanya oleh teman sekelasnya di daerah Gresik Jawa Timur, dan masih banyak lagi peristiwa perundungan yang lainnya yang telah disorot maupun belum disorot. 

Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), menyatakan bahwa kekerasan pada anak ibarat fenomena 'gunung es', satu kasus nampak, yang lain masih belum terungkap, satu kasus tertangani, kasus lain masih banyak lagi yang terabaikan (KPAI, 2023). Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi kita semua. Hal apa yang menyebabkan peristiwa ini dapat terjadi di lingkungan sekolah. Bukankah sekolah menjadi tempat nyaman dan aman bagi para siswa untuk belajar. Hal apa yang menyebabkan siswa-siswa dapat melakukan hal-hal sadis seperti itu?

Melalui banyak peristiwa yang telah terjadi baru-baru ini, harusnya menjadikan refleksi bagi para stakeholder dalam dunia pendidikan, karena peristiwa-peristiwa tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Dalam dunia pendidikan, Ki Hadjar Dewantara merupakan sosok pejuang yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dalam bidang pendidikan. Permikiran-pemikiran beliau yang tajam dan visioner mengenai pendidikan mampu membuat bangsa Indonesia menjadi negara yang merdeka dibidang pendidikan.

Konsep Pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang memerdekakan. Merdeka yang artinya setiap orang dapat memilih menjadi apapun, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki oleh orang lain (Gitiyarko, 2021). Konsep ini yang sekarang dijadikan tujuan pendidikan nasional. Sehingga seharusnya dalam pendidikan yang dikembangkan bukan hanya pada kemampuan kognitifnya saja namun juga non kognitifnya atau segi sosial, spiritual, dan emosional siswa. Dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang ini dapat disebabkan karena kurang fokus dalam pengembangan di bidang non kognitif siswa. Maka dalam hal ini, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan kemampuan kognitif maupun kemampuan non kognitif siswa.   

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Pidato Sambutan Dewan Senat Universitas Universitas Gadjah Mada 7 November 1956, menyatakan bahwa siswa diibaratkan sebagai biji tumbuhan yang sedang disemai dan guru merupakan petaninya. Tumbuh kembang dari biji tumbuhan tersebut tergantung perhatian dan perawatan dari petani. Hal ini berarti, guru harus mampu menuntun terhadap tumbuh atau hidupnya kekuatan "kodrat" yang ada pada siswa. Guru juga harus mampu memberikan pendidikan yang relevan dengan kodrat. Kodrat terbagi menjadi dua macam yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam dapat diartikan sebagai konteks sosial budaya lingkungan siswa. Sedangkan kodrat zaman dapat diartikan pada perkembangan zaman abad 21. Sehingga guru perlu memberikan tuntunan pada siswa untuk mengembangkan segi sosialnya dengan tujuan agar siswa memiliki budi pekerti yang baik.

"Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tur Wuri Handayani" yang berarti di depan memberikan contoh, di tengah menjadi pembimbing, dibelakang memberikan dorongan. Pepatah yang dijadikan semboyan Pendidikan Indonesia ini memiliki makna yang mendalam bagi para guru. Guru memiliki peran sebagai orangtua pengganti ketika di sekolah. Dalam proses pembelajarannya, guru harus menjadi "pamong" yang artinya bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan penuh kasih sayang "momong". Dengan tujuan agar tidak hanya mampu dibidang akademiknya saja namun juga memiliki karakter/budi pekerti yang baik.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti merupakan perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karsa (psikomotor). Budi pekerti dapat melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh atau kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Hal ini berarti, dengan memiliki budi pekerti yang baik maka anak akan memiliki kesadaran akan kemerdekaannya sendiri dengan menghargai kemerdekaan orang lain. Guru dalam proses pembelajarannya mampu memberikan teladan pada siswa di lingkungan sekolah untuk membentuk karakter yang baik pada anak. 

Selain itu, tempat utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang siswa adalah keluarga. Maka, keluarga juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan Budi Pekerti ini. Oleh karena itu, guru seharusnya juga memberikan edukasi pada Orang tua siswa dalam ikut serta membangun karakter tersebut. Ketika terjadi kolaborasi yang baik antara guru dan orang tua dalam menuntun anak maka terbentuklah karakter yang baik pada anak.

Dari yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan di sekolah merupakan tanggung jawab dari semua masyarakat yang terlibat dalam pendidikan seperti guru, siswa, orang tua dan warga sekolah lainya. Guru memiliki peran penting dalam menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara agar dapat menciptakan kemerdekaan bagi siswa dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, kondusif dan anti kekerasan. Selain Guru, Orang tua juga berperan penting dalam memberi pendidikan karakter pada siswa di rumah. Guru, orang tua, siswa dan masyarakat harus mampu menghidupkan serta mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan mampu berkolaborasi dengan baik antara satu dengan lainya maka akan dapat memulihkan pendidikan di Indonesia dan menciptakan lingkungan sekolah yang bersih serta anti kekerasan.

Karya: Wardatul Maghfiroh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun