Turki merupakan sebuah Negara yang memiliki hubungan baik dengan berbagai Negara. Masyarakatnya juga memiliki sifat ramah dan suka membantu. Tak salah jika banyak orang yang mengagumi penduduk negeri ini.
Turki juga Negara yang memiliki strata ekonomi sangat baik dan sangat memprioritaskan pendidikan dan menawarkan banyak beasiswa kepada orang-orang asing. Karena itu, mereka juga menyebar sejumlah sekolah di sejumlah negara.
Indonesia contohnya, memiliki 3 sekolah Turki yang tersebar di tiga kota yang bereda. Begitu besarnya hubungan Turki dengan berbagai negara lainnya, hingga berbagai acara bergengsi antar negara diselengarakan disini.
Musim panas pertama yang saya lewati di Turki ini disambut oleh sebuah perhelatan kesenian besar. Türkçe Olimpiyatları namanya. Ini adalah ajang di mana ratusan siswa berlomba menampilkan beragam kesenian Turki.
Olimpiade Kesenian Bahasa Turki ini digelar tiap tahun. 1.500 anak dari 135 negara ikut berbagai lomba, seperti pementasan lagu, musikalisasi puisi, dan drama dalam bahasa turki. Yang berlangsung sejak 30 Mei-14 Juni 2012, Olimpiade Kesenian Turki ini mengusung tema “insan el ele-10 yil” (seribu tangan), sebagai simbol persatuan dan kebersamaan antarsesama peserta. Pembukaannya digelar di Stadion Olimpid Elazig City, Attatürk, Turki, 30 Mei 2012 lalu.
Ini kali pertama saya saksikan dan berada langsung di even bergengsi sebesar ini, walaupun tak menontonnya secara penuh. Saya agak menyesal, karena tak bisa menyaksikan acara pembukaannya. Namun saya bersyukur atas kebijaksanaan pihak asrama, tempat kami menetap bersama teman-teman dari Aceh serta 22 negara lainnya yang mengizinkan kami ke luar untuk melihat Culture Festival Opening Ceremony di Istanbul Taksim.
Selain melihat beragam pertunjukan hingga penampilan energik dan fantastik dari Munir Sabit, musisi asal Tanzania yang menyanyikan lagu “dudu” milik Tarkan, artis papan atas di Turki. Kami juga berkeliling melihat stand pameran dari berbagai negara. Tak lupa pula berpose bersama di stand dari berbagai negara berbeda.
Yang tak boleh ketinggalan, mengunjungi stand negara tempat kami berasal, Endonezya. Stand ini dijaga oleh anak-anak dari beberapa sekolah bertaraf internasional dari Turki di Indonesia, termasuk dari Aceh. Salah satunnya adalah Rahmi Amalia. Dara Aceh asal Lampulo, Banda Aceh yang namanya melejit setelah menjadi finalis Idola Cilik, ajang pencarian bakat yang ditayangkan salah satu televisi swasta.
Sayangnya, saat kami berkunjung, Rahmi sedang berada di Kota Ankara, mempersiapkan diri untuk tampil dalam acara penutupan malam olimpiade nantinya. Hadirnya Rahmi tentu membuat saya bertambah penasaran dan ingin menyaksikan perhelatan ini sampai tuntas. Saya membulatkan tekad untuk hadir pada malam penutupan yang tentunya akan sangat meriah.
Alhasil, pada 14 Juni 2012, akhirnya saya dan teman-teman bisa hadir di acara penutupan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, demi mendapat tempat paling trategis, kami sudah berhadir disana pukul 11:00 waktu Turki, dimana pemandangan yang terlihat adalah lapangan hijau yang masih beralaskan rumput atom dan para pekerja yang sibuk mendekorasi lapangan. Demi melihat langsung penampilan Rahmi, saya rela menunggu sekitar Sembilan jam, karena acara akan dimulai tepat pukul 21:00 waktu setempat.
Mengenakan pakaian adat khas Aceh, Rahmi tampak anggun berdiri dan bernyanyi mengisi Closing Ceremony yang digelar di Istanbul Turky Telekom Area. Malam itu, lengkingan suara Rahmi mampu membius ribuan penonton yang memadati lapangan itu. Gemuruh sorak-sorai membahana. Semua penonton terpesona menyaksikan kemampuan Rahmi olah suara.
Gadis hitam manis ini membawakan lagu “Ikimiz Bir Fidaniz”, lagu yang sedang hits di Turki. Mengisahkan tentang kebersamaan dan persahabatan. Lagu ini mewakili suasana kebersamaan seluruh peserta dari berbagai belahanan dunia yang ikut ajang adu bakat seni dari Turki itu.
Tidak hanya itu, sorak meriah kembali menggema ketika Paton, salah satu pemenag Idola Cilik yang sama dengan Rahmi dan diidolakan oleh anak-anak Indonesia itu memakai pakaian khas Papua pun keluar untuk menyanyikan lagu “ Ac aca bildi.”
Sungguh sebuah ajang speaktakuler. Sejumlah orang dari negara berbeda menyatu unjuk kebolehannya berseni di sebuah negeri yang bernama Turki. Malam itu mereka menanggalkan semua perbedaan untuk kesetaraan dan kebahagiaan. Begitu indahnya kebersamaan antarbangsa yang terjalin. Türkçe Olimpiyatları memukau dunia.
Begitu berkesannya acara ini, sehinga saya tidak sabar untuk bisa melihatnya dikesempatan lain. Harapan terbesar adalah bisa menyaksikannya lagi dalam perayaan yang lebih meriah di tahun berikutnya.
Indonesia sebenarnya bisa juga menggelar olimpiade semacam itu yang tentunya dapat menyedot devisa negara. Dengan keanekaragaman budaya yang ada, negeri khatulistiwa kita punya warisan budaya yang pastinya lebih berwarna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H