Seringkali kita coba mengabaikan berbagai emosi negatif yang muncul. Dengan harapan, perasaan tidak nyaman akan berlalu begitu saja.Â
Berbagai cara terus kita coba, sebut saja menyibukkan diri dengan aktivitas perkuliahan, bermain bersama teman-teman, menonton drakor sepanjang hari, makan sebanyak mungkin, tidur selama mungkin.
Apa bisa? Tentu, tapi hanya bersifat sementara. Sedangkan perasaan tidak nyaman itu akan muncul kembali tanpa bisa kita kendalikan.Â
Sebenarnya sama hal-nya dengan pagi dan malam, panas & hujan, gula dan garam, mau tidak mau kita harus melewati perasaan yang tidak nyaman. Â Bukan justru mengabaikan dan hanya ingin merasakan emosi positif saja.
Secara teori memang mudah, tapi realita justru sebaliknya. Salah satunya, kita mengenal Kubler-Ross Grief Cycle yang menjelaskan lima tahap mencapai penerimaan, yaitu: Denial, Anger, Bargaining, Depression, & Acceptance.Â
Menurut Kubler-Ross, masing-masing dari kita tidak harus melewati semua tahap untuk mencapai penerimaan.Â
Namun artinya, akan tetap ada tahap-tahap (yang tidak nyaman) yang harus kita lalui terlebih dulu sebelum mencapai titik nyaman.Â
Secara teori, hanya ada lima tahap yang jika dihitung dengan lima jari masih terlihat sedikit. Kenyataannya, satu tahap saja sudah membuat kita tidak karuan.
"Dinikmati prosesnya, pelan-pelan saja"
Kata yang sering saya sampaikan pada klien yang datang ke saya. Menikmati proses yang sebenarnya cukup membuat frustasi dan cenderung tidak ingin mendengar kalimat apapun dari orang lain. Saya ataupun kalian pasti pernah mengalaminya.Â
Saat sedang kalut, pikiran dan perasaan kita akan seperti benang kusut. Itulah kenapa kita butuh orang lain yang bisa membantu kita (secara objektif) untuk memetakan apa saja yang kita rasakan, pikirkan, dan memberi penguatan. Kondisi seperti ini pasti akan berlalu, asal kamu benar-benar siap mengunyah pil pahit.