Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Masyarakat Mulai Peduli Proteksi Diri, Tanda Melek Asuransi?

29 Oktober 2014   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:17 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414557741490897554

[caption id="attachment_331836" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi Asuransi/Shutterstock (Kompas.com)"][/caption]

Sudahkah masyarakat melek asuransi? Apakah berbagai aspek kehidupannya kini sudah mulai diproteksi, mulai jiwa, kesehatan, pendidikan anak? Untuk menjawabnya diperlukan data paling valid yang menunjukkan berapa banyak warga negara Indonesia yang memiliki polis asuransi. Selain data yang menyebutkan berapa persen penetrasi industri asuransi di wilayah tanah air. Juga pertumbuhan premi setiap tahunnya.

Saya bukan pengamat atau praktisi apalagi ahli yang bisa memberikan angka-angka itu. Saya bisa saja mencarinya, tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya. Lewat tulisan ini saya hanya ingin berbagi pengalaman pribadi, dan orang-orang di sekitar saya yang ternyata belum semuanya melek asuransi. Setidaknya, itu yang saya amati sebelum akhirnya muncul Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Keberadaan JKN dengan premi terjangkau membuat masyarakat mulai melirik asuransi. Ini terjadi dalam lingkungan terdekat saya.

Namun di sini, saya juga bukan ingin bicara JKN. Saya justru bertanya-tanya, lantas dengan adanya JKN yang lebih seksi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang memang kebanyakan kalangan menengah bawah, apa kabarnya dengan asuransi swasta atau istilahnya non-BPJS? Apa bedanya asuransi non-BPJS dengan JKN? Kalau sudah ada JKN lalu bagaimana nasib asuransi non-BPJS?

Pertanyaan inilah yang kemudian saya tanyakan langsung kepada Adrian DW, Head of Corporate Communications Allianz Indonesia. Saya berkesempatan menemuinya di sela kegiatan peluncuran microsite Jurnal Allianz bertema "Insurance Made Fun & Easy" beberapa waktu lalu di kawasan Sarinah, Jakarta.

Sedikit mengulas kegiatan tersebut. Jurnal Allianz merupakan salah satu cara mengedukasi masyarakat mengenai asuransi. Tujuannya supaya masyarakat mengenal asuransi melalui pendekatan yang lebih menarik. Di dalamnya terdapat pengetahuan praktis mengenai asuransi dalam bentuk artikel, tips, infografis, dan berbagai sarana multinedia. Harapannya, asuransi pun menjadi lebih mudah dimengerti oleh masyarakat. Melalui permainan dan penulisan, masyarakat diharapkan lebih mudah mengkorelasikan berbagai risiko kehidupan yang dapat terjadi dengan berbagai manfaat perlindungan yang bisa diperoleh dari asuransi.

Wah, rasanya kalau dengan cara ini, pertanyaan saya bisa terjawab. Pertanyaan yang ini: Apakah berbagai aspek kehidupannya kini sudah mulai diproteksi, mulai jiwa, kesehatan, pendidikan anak? Pasalnya, masyarakat bisa makin paham mengapa asuransi penting.

Saya jadi ingin berbagi pengalaman pribadi.

Melek Asuransi dan Pengalaman Pribadi

Mendengar kata asuransi, belum banyak orang dari berbagai lapisan yang paham apalagi tertarik memiliki polis asuransi kesehatan, pendidikan anak, apalagi jiwa. Setidaknya itulah juga yang terjadi pada saya. Meski asuransi bukan hal asing sejak mengenalnya tahun 2006, niat untuk mencari tahu lebih jauh dan memiliki salah satu polis asuransi belum kuat hingga akhirnya pada 2012 saya memutuskan memilih unit link sebuah perusahaan asuransi ternama.

Saat itu yang terpikir sebelum akhirnya resmi menandatangani polis dan membayar premi Rp 500.000 adalah semata ingin memproteksi jiwa sekaligus berinvestasi. Saya merasa penting mengasuransikan jiwa saya. Sederhana saja motivasinya. Saya ingin, ketika saya tiada, apa yang sudah saya kerjakan dengan sepenuh tenaga, mencurahkan perhatian sepenuhnya, waktu dan momen yang banyak terpakai untuk bekerja menjadi pribadi mandiri yang berdaya, takkan sia-sia. Saya pun merasa lebih tenang berkarya di usia produktif karena sudah memproteksi diri dari kemungkinan terjadinya berbagai risiko dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun