Beruntung, saya mendapatkan kesempatan hadir di Pameran Pembangunan Kesehatan 2015 (Hari Kesehatan Nasional ke-51) atas undangan Komunitas Bendi dengan teman baik Yos Mo dan Nelly sebagai fasilitatornya. Hadir di pameran ini membuat wawasan semakin terbuka akibat penasaran dan aktif bertanya. Hasilnya, banyak manfaat didapat dan alih-alih menyimpannya untuk diri sendirisaya ingin berbagi lewat tulisan ini.
Komunitas Bendi (Bekasi Trendi) punya andil besar di satu sesi pameran ini, yakni talkshow “Cerdas Mengenal Obat” yang berlangsung di area panggung pameran di JIEXPO Hall C-1 dan C2 Kemayoran, Sabtu, 14 November 2015 (hari kedua pameran). Penyelanggara talkshow ini adalah anggota Komunitas Bendi, termasuk moderator talkshow Mira Sahid dan tim kreatif lainnya. Kehormatan bagi saya bisa diundang di acara yang melibatkan lintas komunitas sebagai audiensnya, tak terkecuali komunitas blogger tentunya.
Tiga booth menarik perhatian, dan berhasil disinggahi mencari tahu seputar kesehatan dikaitkan dengan kebutuhan personal dan kebiasaan keseharian. Booth lain bukannya tidak menarik, apalagi hampir sebagian besar booth memberikan kenangan menggiurkan. Bagaimana tidak, setiap pengunjung booth hanya dengan mengisi daftar hadir, mendapatkan semacam goodiebags yang isinya beraneka rupa, namun yang pasti materi sosialisasi kesehatan sesuai lembaga/instansi yang menjadi peserta pameran (membuka booth). Entah apa yang membuat banyak pengunjung rela antri mengisi daftar hadir. Coba berpikir positif, mungkin memang materi edukasi yang dibagikan sangat penting dan tidak mudah didapatkan, atau ada pemikat lain, entahlah.
Di ketiga booth inilah fakta kesehatan didapatkan, dan saya diingatkan lagi betapa mahalnya sehat. Kuncinya, jika datang mengunjungi pameran kesehatan, jangan pasif. Jangan sungkan bertanya, karena tenaga kesehatan yang menjaga booth bukan sekadar penjaga booth biasa, sebagian dari mereka adalah tenaga kesehatan dari level mahasiswa hingga dokter spesialis. Karenanya, saya pilih booth yang bisa memberikan informasi kesehatan bermutu dari tenaga kesehatan yang bertugas.
“Tes ini hanya gambaran umum saja, harus cek lab jika ingin mendapatkan diagnosis lebih tepat dan tindakan apa yang perlu dilakukan termasuk konsumsi obat,” kata apoteker sambil menyiapkan tiga alat tes darah.
Booth ini terbilang sepi pengunjung, karena saya tak perlu lama antre untuk tes darah, bahkan bisa bertanya-tanya soal akurasi tes sampai obat-obatan. Mungkin karena booth ini tidak menyediakan semacam goodiebags tak banyak yang datang. Padahal, dengan tes darah tiga hal tadi, sudah sangat bermanfaat untuk diri sendiri. Sekadar mengetahui kondisi kesehatan tubuh secara umum, lalu kita bisa melanjutkan pemeriksaan lanjutan. Bukankah dengan mengetahui seberapa sehat tubuh kita bisa mengetahui apa yang perlu diwaspadai dan penyakit apa yang barangkali mulai mengintai kita?
Tak perlu heran sebenarnya, karena saya pun baru benar-benar sadar memeriksakan diri ketika penyakit sudah mulai berdatangan. Dua minggu sebelumnya tubuh saya drop, izin kantor karena sakit, lantaran tensi darah sangat rendah dan leher belakang terasa berat, kepala pusing, dan badan lemas. Tidur dan istirahat jadi obat mujarab hingga akhirnya memeriksakan diri ke dokter dekat tempat tinggal. Hasilnya, kolesterol tinggi 227, di atas normal, yang seharusnya dijaga di bawah 200. Makan tak sehat, kurang bergerak, gaya hidup sedentary menjadi sebab utamanya, analisis saya setelah dokter memberikan obat dan menyarankan kontrol makanan.
Ya, ketika sakit mulai datang, kita pun jadi tiba-tiba lebih rajin periksa diri, menjaga diri, termasuk menjaga makanan dan mulai berolahraga. Terlambat sebenarnya, tapi lebih baik daripada tidak melakukan apa pun.