Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau GERMAS merupakan gerakan nasional yang mengajak seluruh stakeholder kesehatan Indonesia untuk berpartisipasi aktif saling menularkan hidup sehat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) boleh saja menjadi penggeraknya, namun tanggungjawab keberlangsungan gerakan ini milik semua orang Indonesia.
Mengutip dari paparan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan Kemenkes RI bersama warganet di Semarang (28/8/2017), pengertian Germas adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Germas menjadi penting melihat banyak fakta dan data kesehatan yang makin memprihatinkan. Semakin banyak data terkumpul dari masyarakat terkait penyakit. Faktanya, semakin banyak usia muda yang menderita penyakit jantung, juga Penyakit Tidak Menular (PTM)lainnya, utamanya yang dipicu faktor pola hidup tidak sehat seperti pola makan, pola aktivitas fisik, dan pengelolaan stres. Â
Tolak ukur lainnya adalah laporan BPJS Kesehatan. Klaim BPJS Kesehatan menunjukkan total biaya pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan tahun 2014 mencapai 41,6 triliun. Biaya klaim pelayanan dibandingkan premi, mencapai 104 persen. Satu sisi, masyarakat sudah mendapatkan haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan dengan fasilitas JKN, namun di sisi lain, jumlah warga yang sakit dan berobat juga tinggi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah, pada 2017 proporsi kasus terbaru PTM 55,76 persen didominasi penyakit hipertensi. PTM kedua terbanyak adalah diabetes melitus 20,57 sisanya penyakit tidak menular lainnya seperti Asma, Obesitas, Jantung, Osteoporosis dan lainnya.
Penyakit Tidak Menular ini terjadi karena beberapa faktor. Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2013 Kemenkes RI mencatat bahwa PTM terjadi karena perilaku tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik (26,1 persen), merokok di atas 15 tahun (36,3 persen), kurang makan sayur dan buah di atas usia 10 tahun (93,5 persen), dan minum beralkohol untuk penduduk di atas 10 tahun (4,6 persen).
Data dan fakta bisa jadi terus bertambah atau bisa jadi berkurang jika sudah ada tindakan preventif dan promotif kesehatan. Pengobatan dengan JKN juga klaimnya tinggi, seiring dengan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri dan mengobati dirinya ke fasilitas kesehatan, mulai Puskesmas hingga rumah sakit. Â Lantas, apakah pengaruhnya fakta dan data ini untuk kita sebagai warga negara? Angka penyakit, angka kematian ibu dan anak, bukan untuk menjadi momok yang ditakutkan, namun untuk menjadi pengingat kita selagi sehat.
Germas harapannya bukan hanya sebagai slogan kesehatan. Jika sebelumnya, pemerintah melalui Kemenkes mempromosikan tiada henti Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) salah satunya dengan gencar mengajak warga CTPS (cuci tangan pakai sabun), maka Germas menjadi langkah pendukung bahkan sebagai penggeraknya.