Bersahabat dengan buku takkan ada ruginya justru mendapatkan manfaat berkali lipat. Persahabatan saya dengan buku semakin lekat sejak saya berdaya secara ekonomi, berpenghasilan sehingga bisa menyisihkan pendapatan untuk belanja buku. Ya, belanja buku menjadi hobi yang tak tertahankan, impulsif, karena bukan hanya sedang ada diskon, kapan pun saya merasa kepincut dengan buku yang sekilas terlihat atau yang direkomendasikan seseorang, maka saya bertekad memilikinya. Alhasil, buku menumpuk bahkan ada yang masih tersegel rapi tak sempat dibuka apalagi dibaca.
Lemari buku kemudian menjadi "beban" saya berikutnya setelah berjibaku dengan tumpukan buku di rumah. Setelah menikah dan beberapa kali pindah rumah, ibu saya selalu heran kenapa barang bawaan saya begitu banyak. Ada banyak boks plastik yang selalu saya bawa setiap kali pindah rumah. Apa isinya? Buku. Hingga akhirnya saya punya lemari buku sederhana berwarna hitam yang dibeli dari toko kesayangan, IKEA, dengan harga murah, saya merasa tersempurnakan. Buku-buku yang tak terurus di boks plastik akhirnya punya tempat yang semestinya. Saya pun berbangga dengan koleksi buku yang saya beli sendiri, beberapa ada yang dibagi teman-teman baik para penulis buku. Sebagian kecil, sangat kecil, dari koleksi buku itu adalah buku yang pernah saya tulis sebagai "ghost writer" atau buku teman yang saya bantu pengeditan. Nanti, mudah-mudahan akan ada buku yang saya tulis sendiri di lemari, ini janji saya ke diri sendiri.
Satu buku yang berhasil saya tuntaskan hari ini adalah buku yang turut membantu saya membuat keputusan untuk menjadi pekerja mandiri menjadi "mompreneur", judulnya "Road to Independent Worker" karya E Widjo Hari Murdoko terbitan Elex Media Komputindo. Sebuah buku lama yang saya dapatkan dari bazar buku di Kompas Gramedia (KG) Palmerah Barat. Mendapatkan buku murah yang isinya masih sangat relevan dan bermanfaat, adalah salah satu kelebihan pernah bekerja di KG. Saya tak pernah ketinggalan bazar buku murah selama bekerja di sana. Setiap kali ada bazar pasti ada buku yang saya beli. Sungguh saya tak bisa menahan keinginan membawa pulang buku meski tak tahu harus di mana lagi menyimpannya.
Kembali soal mengoleksi buku dan manfaatnya, bagi saya buku bisa jadi teman untuk bersenang-senang karena banyak bacaan ringan yang bisa menghibur mengisi waktu santai sambil membaca. Buku juga bisa menjadi teman saat sulit karena banyak buku memberikan solusi kehidupan. Buku juga menjadi penyemangat seperti yang saya rasakan usai membaca buku "Road to Independent Worker". Ada satu bagian akhir di buku yang membuka wawasan mengenai pentingnya pekerja mandiri menggali potensi dirinya. Salah satu caranya adalah membaca buku selain mengikuti pelatihan atau kursus.
Tak salah sudah saya mengoleksi buku dan memutuskan menjadi pekerja mandiri. Rupanya, kebiasaan saya mengumpulkan buku terasa manfaatnya kini. Semua buku yang saya punya dapat menambah wawasan untuk menambah bekal saya mengembangkan potensi sebagai seorang pekerja mandiri. Semua memang indah pada waktunya. Buku yang tak pernah saya sentuh itu kini menjadi teman bahkan sahabat yang bisa membesarkan hati dan diri.Â
Koleksi buku tak hanya akan menambah pengetahuan yang pada akhirnya meningkatkan kualitas diri. Di antara deretan buku koleksi saya bahkan ada buku yang bisa menambah erat pertemanan. Saya pernah berjanji akan menuliskan ulasan buku dua teman baik saya yang sudah banyak membagi ilmunya dan pernah saya tuliskan juga di berbagai media (medsos dan media online). Buku menjadi sumber inspirasi tulisan yang saya yakini ketika bacaan diuraikan dalam tulisan maka manfaatnya akan lebih menyebar luas. Selain membuat teman senang karena bukunya diulas dalam tulisan, kali ini janji saya menulis review buku harus segera dipenuhi karena memang isinya sangat bermanfaat dan mencerahkan.
Happy Reading Happy Writing
Tangerang