Â
Traveling memang menyenangkan dan menyegarkan pikiran. Mulai perjalanan santai, senang-senang bareng orang tersayang, hingga perjalanan bisnis sekali pun, semuanya bikin hati senang. Tak heran kalau kemudian semakin banyak orang yang mengagendakan jalan-jalan. Bukan lagi setahun sekali tapi bisa sebulan sekali bahkan mungkin setiap akhir pekan.
Perubahan gaya hidup kemudian menciptakan tren baru, traveling di akhir pekan bahkan traveling last minute. Saat tubuh dan pikiran merasa perlu diliburkan, sebagian orang tak pikir panjang untuk merebah di hotel mencari relaksasi sarat privasi di sana, atau mencari destinasi terdekat sekadar untuk mengendorkan saraf yang menegang akibat tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi setiap harinya. Nah, kalau sudah merencanakan liburan singkat di akhir pekan, hotel pun kemudian menjadi incaran.
Gaya hidup seperti ini bukan tak mungkin muncul di perkotaan terutama kota metropolitan dengan banyak profesional muda di dalamnya. Kalangan menengah juga menengah atas yang haus dengan petualangan juga hiburan. Imbas dari gaya hidup ini, salah satunya adalah lahirnya layanan jasa berbasis teknologi aplikasi yang semakin memudahkan memesan hotel untuk liburan singkat besok bahkan hari ini.
"Satu orang bisa pakai lima aplikasi," kata Founder Hotel Quickly, Faustine Tan saat gathering dengan komunitas di Jakarta dalam perayaan HUT Kedua HQ, beberapa waktu lalu.
Â
Aplikasi hotel booking ini dipilih para traveler dengan alasan mencari pengalaman unik dan yang paling "menguntungkan", dan tentunya menghemat waktu serta uang. Sebenarnya bisa saja traveler booking hotel misalnya dengan menelepon langsung ke hotel, namun biasanya, dan ini saya alami sendiri untuk pemesanan mendadak, harganya lebih mahal dari yang ditawarkan di penyedia jasa online hotel booking.
Salah satu aplikasi yang sengaja mengincar pasar kalangan last minutes traveler adalah Hotel Quickly. Aplikasi HQ sengaja memberikan pengalaman berbeda di Indonesia, meski sudah bukan hal baru di Amerika karena di sana aplikasi semacam ini sudah menjadi tren sejak lima tahun belakangan.
Kalau traveler booking hotel dengan aplikasi HQ, hanya akan tersedia pilihan hotel untuk pemesanan hari ini dan besok. Karena memang konsep aplikasi ini lebih untuk last minute hotel booking.
Siapa pengguna jasa ini? Faustin menyebutkan ada lima kategori pelanggannya. Mulai business traveler, flashpacker, weekend gateway traveler, deal hunter dan staycation. Yang terakhir, Staycation, memang tren terkini di kota besar terutama Jakarta. Ada kalangan di perkotaan yang merasa jenuh di rumah, sepulang bekerja mereka memilih menginap di hotel, hangout bareng teman-teman. Karena "liburan" singkatnya memang tak direncanakan jauh hari, para penggemar Staycation ini terbantu mencari tempat menginap dengan aplikasi last minutes hotel booking dengan harga kompetitif dan praktis menggunakannya.
Jadi kebutuhan
Traveling singkat kemudian menjadi kebutuhan sebagian orang. Dari cerita Faustine menggagas aplikasi HQ ini, setidaknya menunjukkan bagaimana liburan singkat makin jadi kebutuhan. Sejak merintis HQ pada 2013, diawali dari 10 hotel yang bersedia bergabung, lalu bertambah menjadi 56 hotel dalam waktu empat minggu saja, ini menunjukkan pihak hotel pun membutuhkan "bantuan" aplikasi ini dan memang permintaannya pun ada.