Mohon tunggu...
Wardah Fajri
Wardah Fajri Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Pengembara Penggerak Komunitas

Community Development -Founder/Creator- Social Media Strategist @wawaraji I www.wawaraji.com Bismillah. Menulis, berjejaring, mengharap berkah menjemput rejeki. Blogger yang menjajaki impian menulis buku sendiri, setelah sejak 2003 menjadi pewarta (media cetak&online), menulis apa saja tertarik dengan dunia perempuan, keluarga, pendidikan, kesehatan, film, musik, modest fashion/fashion muslim, lifestyle, kuliner dan wisata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mau Relaksasi di Spa? Siapkan Dana Ekstra

24 September 2014   21:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:40 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_325354" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)"][/caption]

Aktivitas harian bikin badan tak karuan. Kalau ini yang Anda rasakan, segera cari salon yang menyediakan layanan pijat atau lulur, atau spa dengan beragam pilihan tipenya mulai city spa yang biasanya juga jadi incaran pria, atau spa yang kental dengan tradisi perawatan tubuh khas Indonesia, selain spa yang mulai marak belakangan yakni menyediakan model pijatan ala Indonesia, Swedia, bahkan paduan keduanya.

Saya tidak sedang mereview aneka jenis spa apalagi salon atau spa merek tertentu. Saya hanya mau berbagi pengalaman merasakan berbagai jenis spa yang ternyata, suka tak suka, kualitasnya sangat dipengaruhi jumlah dana yang harus kita keluarkan. Saya tidak bilang spa berkualitas harus mahal. Namun saya juga tidak bisa bilang spa berkualitas itu murah.

Mahal atau terjangkau juga kembali kepada kondisi keuangan Anda. Bukannya saya mau mengeluhkan kehidupan berkeluarga, tapi tak bisa dipungkiri, sejak berumahtangga dengan anak, dana relaksasi tak lagi tersedia. Semua perhatian dan anggaran terserap untuk anak dan kebutuhan rumah tangga yang sangat besar, sehingga walaupun suami istri bekerja, tetap saja ngos-ngosan penuhi semua keperluan itu.

Kembali ke spa. Dulu, sewaktu masih berduaan dengan suami dan menumpang tinggal di rumah orangtua, saya masih bisa spa sebulan sekali. Saat itu City Spa di Radio Dalam jadi andalan saya kalau badan mulai tak karuan akibat lelah bekerja. Mulai Rp 90.000 saya sudah bisa mendapatkan relaksasi di bagian tubuh yang butuh sentuhan terapis andal. Biasanya saya pilih perawatan spa yang fokus pada punggung, leher, kepala dan kaki, bagian yang paling sering "dipakai' untuk bekerja mengetik dan mencari berita. Kalau dana cukup saya pilih perawatan seluruh tubuh. Segaaaaaar. Bukan hanya tubuh, pikiran pun rileks. Perawatan tubuh di spa benar-benar membayar semua rasa lelah bekerja. Saat itu budget 100-150 ribu masih terjangkau dan spa yang saya datangi pun memberikan kenyamanan memuaskan, mulai terapis, pelayanan berkualitas, dan suasana yang nyama, bersih, higienis, tak terlalu berkelas tapi standarnya cukup tinggi.

Kini, setelah kebutuhan makin banyak, uang 150 ribu pun sangat berharga. Rasanya sayang kalau uang itu dipakai pijat badan meski seluruh tubuh terasa remuk menjalani peran ganda ibu bekerja. Untungnya di rumah ada langganan si ibu pijat yang tak kalah deh pijatannya. Pijat pun lebih santai karena bisa dilakukan di rumah sendiri. Namun ya itu tadi, tempat spa biasanya juga "menjual" suasana yang menghadirkan kenyamanan dan berefek pada pikiran rileks. Bukannya di rumah tak bisa rileks, tapi ada yang beda rasanya kalau pijat di spa.

Nah, berhubung sudah lama, berbulan-bulan tak bisa ke spa, saya mulai kangen ke spa. Pijat di spa selalu muncuul timbul tenggelam di pikiran. Tanpa sengaja, saat bekerja mantengin layar monitor ada penawaran kupon diskon yang saya klik. Alhasil, saya menemukan informasi yang bikin kegirangan bak mendapatkan segenggam berlian. Ah mulai lebay. Tapi bener loh, saya senang sekali. Siapa tak senang saat pikiran sedang mengembara membayangkan spa, tahu-tahu ada kupon diskon spa hanya Rp 19.000 untuk perawatan tubuh senilai Rp100.000. Waaaaah, indahnya dunia. Tak pikir panjang saya beli satu kupon diskon, klik, transfer online, done!

Saya membayangkan tubuh dipijat dan pegal-pegal pun sirna pikiran pun lebih rileks. Ah, senangnya. Bangga sumpah bangga bisa spa hanya Rp 19.000.

Saya pun mengikuti instruksi kupon diskon ini dengan menelepon spa. Ternyata eh ternyata, untuk harga yang saya bayarkan tersebut tidak bisa mendapatkan pijat tubuh. Kalau mau pijat tubuh seharga Rp170.000 saya harus menambah Rp70.000 saat datang ke spa. Waduh, kok begitu. Lalu saya tanya-tanya minta penjelasan. Kemudian si petugas spa bilang, "kalau ibu beli dua kupon, enggak perlu nambah uang lagi,". Okeh! Berhubung badan dan pikiran sudah meminta jatah rileksasi, saya klik satu kupon, beli, transfer, done! Saya print out kupon untuk saya bawa sabtu siang setelah membuat janji pijat seluruh tubuh tepat pukul satu.

Sepulang kerja setengah hari, saya berkejaran dengan waktu. Sampai di lokasi terlambat 30 menit, jatah kasur pijat saya sudah terambil orang lain. "Mbak enggak telepon soalnya, kalau telat 15 menit masih bisa." Akh! Saya mau marah tapi saya juga salah, sudahlah, atur waktu lagi, dijadwalkanlah selasa pukul 18.30.

Badan makin meminta-minta pijat karena pegal tak karuan. Hari selasa pun tiba kali ini saya enggak mau telat, tiba di spa 30 menit lebih cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun