Mohon tunggu...
Wardah Hamidah
Wardah Hamidah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda dan Cinta

17 Oktober 2021   12:00 Diperbarui: 17 Oktober 2021   12:15 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelum membahas apa itu cinta, akan lebih baik untuk mengerti tentang apa itu seks dan seksualitas terlebih dahulu. Seks adalah suatu perbedaan badani atau biologis pada manusia, atau sering disebut juga sebagai jenis kelamin. Jenis kelamin terbagi menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan serta ditentukan secara biologis (seperti organ reproduksi) dan memiliki sifat-sifat permanen yang tidak dapat berubah dan ditukarkan antara keduanya. Sedangkan seksualitas menyangkut pada berbagai dimensi yang sangat luas, seperti dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural.

  • Seksualitas dalam dimensi biologis, berkaitan dengan organ reproduksi dan kelamin, seperti menjaga kesehatan atau bagaimana memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
  • Seksualitas dalam dimensi sosial, dilihat pada bagaimana seksualitas itu muncul di dalam hubungan antar manusia. Seperti bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual.
  • Seksualitas dalam dimensi psikologis, erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk sosial, identitas peran atau jenis, serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, termasuk orientasi seksual.
  • Sedangkan seksualitas dalam dimensi kultural, menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Pemuda terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan cinta itu bisa timbul karena memang sifat alamiah manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan pasti selalu membutuhkan manusia lainnya, bahkan itu dalam urusan menjalin asmara. Cinta juga bisa muncul karena kebutuhan seksualitas suatu individu, yang bisa dipengaruhi oleh dimensi biologis, sosial, psikologis, ataupun kultural. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan cinta?

Cinta merupakan sebuah istilah yang di dalamnya mengandung banyak makna, tergantung pada bagaimana orang memahaminya. Cinta juga merupakan sebuah kehidupan sosial dimana ketika seseorang memiliki perasaan sayang kepada orang lain, dan dengan otomatis ia akan menjadi subjek yang mengupayakan hasrat untuk memiliki cinta itu bisa tercapai. Menurut Erich Fromm (2005), cinta merupakan kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain, cinta membuat dirinya mengatasi perasaan isolasi dan keterpisahan, namun tetap memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri, dan mempertahankan integritasnya. Bagaimana cinta itu bekerja dapat tergambarkan melalui pengertian cinta menurut Erich Fromm tersebut, cinta bekerja dengan menyatukan dua orang namun tetap menjadi dirinya sendiri. Hal ini berarti di dalam suatu hubungan percintaan yang terjalin tidak ada kepemilikan yang mutlak di antara kedua individu namun kemudian menjadi legitimasi untuk memaksakan kehendak ataupun melakukan dominasi. Cinta sebagai dasar dari suatu hubungan atau relasi yang menggunakan perasaan sebagai pasangan tetap memberikan kesempatan kepada individu untuk menjadi dirinya sendiri, atau menjadi individu yang otonom.

Erich Fromm (2005:28) berpendapat bahwa cinta merupakan suatu tindakan dan bukan suatu kekuatan yang pasif. Cinta juga berarti “bertahan di dalam” (standing in), bukan jatuh (falling for). Dan karakter dari cinta itu sendiri adalah memberi, bukan menerima. Maksud dari memberi dalam pendapat Fromm mengenai cinta bukan berarti memberikan segalanya termasuk hidupnya kepada orang lain. Namun memberi disini sebagai sebuah perwujudan nyata dari potensi diri. Karena dari setiap tindakan memberi, di dalamnya terdapat kekuatan, kekayaan serta kekuasaan. Seperti memberikan apa yang hidup di dalam dirinya, memberi kebahagiaan, minat, pemahaman, pengetahuan, kejenakaan atau kesedihannya (Fromm, 2005: 31). Menurut Fromm, cinta yang benar bukan dengan membenci atau mengorbankan orang lain. Sedangkan bagi Sigmund Freud, cinta dimaknai sebagai suatu yang naif dan egois serta untuk meraihnya harus dengan cara membenci orang lain. Dalam buku The Art of Loving, Fromm menjelaskan ada empat dimensi cinta, yaitu Care (perhatian), Responsibility (tanggung jawab), Respect (rasa hormat), dan Knowledge (Ilmu Pengetahuan). Bagi Fromm, cinta harus menghadirkan keempat dimensi tersebut. Ia juga menegaskan bahwa hakekatnya cinta adalah sumber utama dari ilmu pengetahuan.

Cinta, bisa tumbuh di hati siapa saja. Tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, semuanya pasti pernah merasakan cinta. Cinta dapat dikategorikan sebagai afeksi atau perasaan kasih sayang, dan hal tersebut termasuk dalam konsep asosiatif dalam menjalin suatu hubungan. Namun, cinta tidak bisa dikatakan sebagai kasih sayang karena ucapan cinta tidak selalu membuat senang dan bahagia, terkadang bisa membuat sakit hati dan benci. Dalam artian normatif, cinta dapat diartikan sebagai suatu ungkapan kasih sayang dari seseorang yang diwujudkan dalam bentuk afeksi dan proteksi. Dalam wujud afeksi, cinta berbentuk kasih sayang. Sedangkan dalam wujud proteksi, cinta berbentuk perlindungan yang terkadang disalahlakukan sebagai koersif atau pemaksaan dalam menuruti segala hal yang diinginkan pasangan. Secara umum, cinta diketahui sebagai kasih sayang dan cinta juga sebagai permulaan dalam membentuk kelompok sosial terkecil seperti keluarga. Karena cinta merupakan ikatan penyatu antara dua individu.

Cinta juga erat kaitannya dengan pemuda. Saat sudah mencapai tahap kedewasaan dan mulai melakukan interaksi dengan lawan jenis dan simbol-simbol yang memiliki arti tertentu serta dikarenakan oleh suatu kertertarikan, berarti ia sudah mulai mengenal apa itu cinta. Sebagai contoh, di saat seorang laki-laki memperlakukan teman perempuannya secara khusus dan teman perempuannya itu memaknai perlakukan khusus tersebut dengan suatu arti bahwa laki-laki ini memiliki ketertarikan kepadanya. Mulai dari lirikan matanya saat memandang ke arahnya, atau obrolan di antara keduanya yang semakin intensif sehingga menimbulkan rasa sayang ingin saling memiliki. Karena adanya bentuk simbolik dari interaksi sosial di antara keduanya, pesan cinta pun tersampaikan. Interaksi tersebut dapat dikatakan sebagai interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh Herbert Mead, dimana adanya penggunaan simbol-simbol tertentu di dalam melakukan interaksi. Dan interaksionisme simbolik dari kedua individu tadi mengarah pada hubungan timbal balik. Sebagai penganut pemikiran Mead, Herbert Blumer menjabarkan pemikiran interaksionisme simbolik dengan tiga pokok pemikiran, yaitu bahwa seorang individu bertindak (act) terhadapat sesuatu (thing) atas makna (meaning) yang dipunyai sesuatu baginya. Jadi, tindakan seseorang terhadap suatu barang atau benda pada seseorang dapat dimaknai oleh kedua orang tersebut, atau istilah yang umum didengar oleh kalangan muda adalah love language atau bahasa cinta. Bahasa cinta ini sangat beragam, tergantung bagaimana seseorang mengekspresikan rasa cintanya terhadap pasangannya atau orang yang ia sukai. Bisa saja seperti memberikan barang atau melalui kata-kata.

Masih dengan pembahasan pemuda dan cinta, di kalangan pemuda saat ini ada istilah bucin yang memiliki arti budak cinta atau sebenarnya sama saja seperti bagaimana seseorang mengekspresikan cintanya. Bucin ini bisa muncul karena faktor biologis yang dimiliki setiap individu yaitu hormon. Hormon ini yang kemudian menstimulus perasaan dan juga pikiran yang kemudian menumbuhkan ekspresi cinta dalam wujud bucin, baik dalam perlakuan ataupun kata yang diucapkan. Dan bucin ini merupakan hal yang wajar bagi manusia, asal tidak sampai membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Bucin atau ekspresi cinta juga dapat dikategorikan menjadi enam kategori, yaitu transindental, eros, pragmatis, fanatik, realistik, dan idelistik.

  • Transidental, selalu dikaitkan dengan cinta yang tidak terlepas dari nilai dan norma agama.
  • Eros, selalu dikaitkan dengan perasaan emosi sesaat.
  • Pragmatis, selalu dikaitkan dengan berbagai pertimbangan.
  • Fanatik, selalu dikaitkan dengan hal yang fanatik mengenai pasangan seperti ingin menguasai sepenuhnya hidup si pasangannya tersebut dan cenderung psikopat (over protective).
  • Realistik, selalu dikaitkan dengan sesuatu yang sewajarnya saja atau sesuai tuntutan nilai dan norma yang ada.
  • Idealistik, selalu dikaitkan dengan segala hal yang menjadi prinsip hidup saat membangun relasi percintaan.

Jadi, cinta erat kaitannya dengan pemuda dan pemuda juga tidak akan jauh dari yang namanya cinta. Cinta memiliki banyak arti, tergantung bagaimana seorang individu itu mengerti arti cinta itu sendiri. Namun pada umumnya, cinta selalu dikaitkan dengan kasih sayang. Cinta juga dapat diekspresikan dengan berbagai cara, bisa melalui perbuatan ataupun perkataan terhadap orang yang disukai. Ada istilah love languange dan juga bucin sebagai bentuk dari bagaimana seseorang mengekspresikan cintanya tersebut.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun