Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tengah melaksanakan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Gelombang 1, Kelompok 92 turut ikut serta dalam proses pembuatan Krupuk Puli yang sudah diizinkan oleh Bapak Saiful Bahri sebagai Kepala Desa Sebani dan tentu saja dalam ikut serta proses pembuatan harus menggunakan Protokol Kesahatan 3M seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak demi menjaga kesehatan kita bersama yang seiring berjalannya di tengah pandemic Covid-19. Sehingga Mahasiswa yang melaksanakan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Gelombang 1, Kelompok 92 dapat mengetahahui bagaimana proses pembuatan kerupuk puli dari awal pembuatan sampai siap untuk dijual.
Bapak Yasin, seperangkat desa menjelaskan "Sekitar 10 tahun yang lalu, di Desa Sebani banyak UMKM yang memproduksi Kerupuk Puli, tetapi sekarang hanya tersisa 2 UMKM saja yang masih memproduksi dan sisanya sebagai petani dan pekerja pabrik".
Memulai dan mempertahankan sebuah bisnis bukanlah hal yang sangat mudah, terutama untuk bisnis offline. Sebab, Sebagian banyaknya masyarakat cenderung lebih memilih belanja secara online. Tak sedikit bisnis offline yang harus rela untuk menutup lapak karena kesulitan mendapatkan pelanggan. Salah satunya ialah dari Bapak Fadhli dan Bapak Hamit sebagai pemilik UMKM dalam bidang Makanan.
Krupuk Puli yang dimana UMKM tersebut masih menggunakan tenaga tradisional dan kita menanyakan alasan kenapa masih menggunakan tenaga tradisional ? pemilik UMKM Â mengatakan "Pembuatan tradisonal lebih memiliki ciri khas rasa dalam pembuatan Kerupuk Puli dan warga di Desa Sebani masih banyak yang kurang dalam pekerjaan, jadi dengan membuka lapangan kerja yang tidak terlalu besar tetapi bisa membantu warga di sekitar Desa Sebani Khususnya di Dusun Clumprit".(11/3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H