Hasil penyelidikan Polri "Bahwa benar Ratna Sarumpaet dirawat pada 21-24 September 2018 di RS Khusus Bedah Bina Estetika," ujar Dirkrimum Polda Metro Jaya Nico Afinta di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/10/2018). (Sumber)
Sementara beredar kabar heboh Ratna Sarumpaet dianiaya antara tanggal 02-03 Oktober 2018, ada jeda waktu sekitar 12 hari.
Ketika Ratna Sarumpaet melakukan kegiatan sehari-hari bersama keluarga atau teman sejawat kemudian mendadak menghilang, tentu keluarga atau teman sejawat akan bertanya-tanya "Kemana, ada dimana dan apa yang terjadi?" adalah hal wajar sebagai bentuk perhatian apalagi jeda waktu hampir dua minggu, waktu yang cukup lama akan menambah cemas dan khawatir orang-orang disekitarnya.
Apalagi kesibukan yang dijalankan Ratna Sarumpaet sebagai aktivis dan Juru Kampanye Capres Oposisi tidak luput dari kebersamaannya dengan Tim Kampanyenya. Apakah mungkin jeda waktu dua minggu tidak ada satu sejawatpun mencari dan menulusuri keberadaan Ratna Sarumpaet?
Ada dugaan dari tim sukses (Timses) oposisi mengetahui keberadaan Ratna Sarumpaet RS Khusus Bedah Bina Estetika melakukan operasi plastik, namun ditutupi keberadaannya agar tidak terekspos ke publik dan dibuktikan dengan fakta selama dua belas hari publik tidak tahu.
Kemudian publik akhirnya tahu dan heboh informasi penganiayaan Ratna Sarumpaet tersebut datang dari Timses Oposisi. Artinya, jauh sebelum heboh Timses Oposisi sudah mengetahui dan ada dugaan punya skenario Ratna Sarumpaet dijadikan "Korban Konspirasi" Oposisi.
PERTAMA, Timses Oposisi terutama teman sejawat yang telah mempublikasikan Ratna Sarumpaet dianiaya, siapapun termasuk teman sejawat yang mengetahui terjadi penganiayaan akan berusaha ingin tahu apa penyebab dianiaya, seperti apa bentuk penganiayaan, sejauh mana cedera yang dialami akan dicari dan ditelusuri.
Artinya, teman sejawat akan berusaha mencari tahu penyebab wajah lebam Ratna Sarumpaet yang diperkirakan lebih besar dari wajah lebam Setya Novanto yang sebesar bakpao.
Apakah teman sejawat Ratna Sarumpaet bisa membedakan wajah lebam karena dianiaya atau dioplas? Kemungkinan besar tahu, apalagi teman sejawatnya adalah aktivis dan orang-orang politik yang sangat paham ilmu intrik politik.
KEDUA, Mulai hebonya pemberitaan Ratna Sarumpaet dianiaya memancing para tokoh politik terkenal mulai berdatangan menjenguk Ratna Sarumpaet, pertama kali yang hadir adalah Fadli Zon, politisi senior yang sangat berpengalaman memainkan politik intrik, lihai membolak-balikkan kata-kata "Ngeles campur nyinyir".
Kedatangan Fadli Zon menjenguk Ratna Sarumpaet secara langsung tentu mempermudah menganalisa penyebab wajah lebam tersebut. Tidak mungkin seorang Fadli Zon tidak bisa membedakan wajah lebam akibat dianiaya atau dioplas.