Awal pencalonan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden (Capres) 2019-2024 menjadi rebutan para partai pendukung yang sangat ambisius adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang sempat mengancam pecah kongsi jika calon wakil Presiden (Cawapres) bukan salah satu kader dari sembilan nama yang disiapkannya dan ditambah dukungan pilihan ijtima GNPF yang memasukkan dua nama Cawapres Prabowo salah satu adalah kader PKS Salim Segaf Al-Jufri. Sumber 1, Sumber 2
Ancaman PKS terhadap Prabowo yang sangat brutal akhirnya dibungkam dengan kehadiran Sandiaga Uno sebagai Cawapres Prabowo, PKS melempeng seperti macan asia yang kehilangan gigi alias macan ompong.
Melempengnya PKS diduga ada deal politik yang diungkap kader Partai Demokrat Andi Arief soal mahar politik Rp 500 miliar kepada PAN dan PKS. (Sumber)
Ancaman PKS dianggap berhasil jika mendapatkan Rp 500 miliar, seandainya kader PKS loloskan kadernya sebagai Cawapres Prabowo maka peluang untuk menang sangat sulit karena elektabilitas kader PKS kecil sekali sehingga tidak akan mampu mendongkrak suara untuk Prabowo.
Daripada dapat Cawapres belum tentu menang dan harus mengeluarkan biaya politik lebih baik dapat Rp 500 miliar untuk membiayai partai.
Bagaimana kursi wakil gubernur yang ditinggal Sandi? Gerindra dan PKS sebagai pengusung ibarat suami-istri yang sedang melihat anaknya yang berumur 1 tahun melepas pakaian untuk digantikan pakaian yang baru dicuci.
Artinya, disaat Gerindra dan PKS berkumpul bahas Cawapres Prabowo yang meloloskan Sandi maka secara otomatis dan kasat mata kursi Wakil Gubernur yang ditinggal akan dibahas bersama-sama siapa penggantinya.
Tentu PKS tidak akan merasa puas hanya mendapat Rp 500 miliar yang harganya setara PAN yang tidak punya andil di DKI, tidak hanya soal uang Rp 500 miliar, tentu ingin lebih daripada PAN yaitu melakukan deal politik berupa tukar guling wakil Gubernur DKI yang kebetulan PKS dan Gerindra sebagai pengusung Anies-Sandi sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Jadi, tidak hanya Rp 500 miliar tetapi wakil Gubernur dari PKS adalah deal politik yang sangat wajar jika Sandi menginginkan Cawapres Prabowo.
Kemudian akhirnya wakil Gubernur memang benar milik PKS, namun disisi lain ada kisruh antara ketua DPD Gerindra DKI Jakarta M Taufiq dengan PKS Â soal calon pengganti masing-masing partai pengusung. (Sumber)
M Taufiq ngotot ingin partai pengusung mengirim masing-masing satu calon wakil Gubernur ke DPRD DKI Jakarta untuk dipilih, sementara elite Gerindra tidak bereaksi keras atas sikap M Taufiq yang ambisius justru memunculkan kader lain untuk dicalonkan seperti muncul nama Sara keponakan Prabowo.