Mohon tunggu...
wara katumba
wara katumba Mohon Tunggu... pengusaha -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tik-Tak ala Jonan "Larangan Ojek Online"

19 Desember 2015   15:01 Diperbarui: 19 Desember 2015   16:09 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yg tidak kenal jonan menteri perhubungan yg sebelumnya sukses mengolah PT.KAI,dgn pengalaman yg byk soal transportasi, pintar, cerdas, jenius yg membawa dia menjadi seorang menteri, namun apa yg terjadi kemarin melarang ojek online dan sejenisnya beroperasi dgn alasan regulasi ato tidak sesuai uu transportasi umum...apakah jonan melakukan blunder??jawaban warakatumba : tidak..! Kenapa...? Mari kita telaah bro.....

Tentu seorang jonan menetapkn suatu kebijakan apalagi larang malarang sudah pasti melalui pertimbangan yg matang tidak asal2...

Pertama, jonan melihat perkembangan ojek online begitu pesat hingga merambah ke daerah lain sampai membuat resah dan gelisah ojek pangkalan terjadilah gesekan2 ibarat sdr kembar yg saling bermusuhan, bahkan sudah memakan korban jiwa, ini yg mukin di baca jonan agar tidak terjadi gesekan2 ato komplain dari transportasi lain di lain hari, maka harus ada payung hukum uu transportasi buat ojek online...kenapa jonan langsung melarang? Mukin manajemen ojek online sdh ditegur agar ikuti peraturan uu transportasi, regulasinya sperti apa dll..!!! Ato sdh di tegur tapi tidak diindahkn kali...? Akhirnya dgn tik-tak tes water ala jonan langsung heboh...kehebohan ini sudah di prediksi jonan sebelumnya dari sisi positif maupun negatif..

Dampak positifnya tentu bagi ojek pangkalan dll, mereka histeris menyambutnya dgn suka cita, mlmnya ngumpul2 pesta pora bikin acara bakar2 ikan sampai larut mlm(kado akhir thn bro...), keesokan hari malapetaka kembali terjadi larangan ojek online dicabut jonan..ha..ha..ha....!!!!

Dampak negatifnya jgn ditanya lg dimana2 para ojek online marah kesal emosi pokoknya apa yg di muntahkn dari mulut ga ada yg baik selama 1 hari, bahkn para pejabat jg ikut komentar...klu si kembarMa)fahri fadli zong mamak ratna sarumpaet komentar ga usah ditanya pasti benar salahnya ato pasti salah benarnya...lewat 1 hari para ojek online kembali hepi lg krn larangan dicabut jonan, begitulah manusia saat dirugikn menggrutu, disaat untung hepi2,,,,,,dasar manusia ha..ha..ha....

Kedua, pertimbangan jonan kenapa tidak koordinasi dulu dgn presiden sblm melarang, seandainya jonan lapor/koordinasi dulu ke presiden pasti akan di tolak krna dari awal presiden mendukung, sampai2 ceo gojek aj di ajak ke use...dgn tidak melapor ke presiden kesempatan jonan melempar isu larangqn ke publik agar publik tau apa alasannya melarang ojek online dari menhub, maka jonan sudah mewanti-wanti klu isunya heboh dia pasti akan dipanggil presiden,,,,(benar ga p.menteri?)... Akhirnya menteri jonan dipanggil, kesempatan itulah jonan menjelaskn permasalahannya,trmsuk payung hukum, per uu transportasi dll...kemudian hsil akhirnya larangan dicabut,klu urusan payung hukum uu transportasi diaturlh spy legal.(benar ga coi?)

Jd coi klu ga gitu alat transportasi yg msuk uu transportasi akan protes terus ke jonan "kok ojek online ga di atur uu transportasi"?apalagi seandainya warakatumba ikut2an buka taxi prostitu online ga mau ikut payung hukum alasannya mirip gojek online, kan tmbah puyeng si jonan,jd ini tik-tak ala jonan menodong ojek online ikut peraturan hei wahai ojek online...ya kan?

Dan pada akhirnya si jonan dapat kado impas dari ojek pangkalan&ojek online....presiden dapat kado akhir tahun terima ksh dari gojek dgn dicabutnya larangan ojek online+ setnov berhenti dari ketua dpr+tahun dpn tersangka.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun