Mohon tunggu...
Wa Ode Alyana Putri Amsya
Wa Ode Alyana Putri Amsya Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Menulis adalah salah satu hobi saya. Genre tulisan bisa berupa ekonomi, sejarah, pendidikan, dan resep masakan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Uang dan Waktu Luang Menentukan Akademik Seseorang

26 Juni 2024   09:25 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:42 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Ideogram

"Sekolah", apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris akan membentuk kata "School" yang mana penyebutan ini tidak jauh berbeda jika diterjemahkan ke dalam bahasa yunani yang kemudian dikenal dengan istilah "skole". Antara sekolah, school, maupun skole ketiga-tiganya tidak jauh berbeda saat diucapkan dengan lisan, begitu pula dengan maknanya. Namun di samping itu terdapat makna etimologis yang belum diketahui oleh banyak orang.

Berdasarkan beberapa terjemahan di atas dari kata "sekolah" kali ini kita fokuskan kata yang satu ini dengan terjemahannya dalam bahasa yunani "skole". Kata "Skole" dalam bahasa yunani diartikan free time dalam bahasa inggris atau disebut juga dengan waktu senggang (bahasa Indonesia) artinya dengan cara apa seseorang memanfaatkan waktu luangnya. 

Sebagaimana jika kita melihat kembali sejarah pada zaman yunani kuno, yaitu orang-orang yang punya waktu luang kerap memanfaarkan momen luangnya untuk belajar di rumah para filsuf. 

Jadi asal-usul sekolah dan istilahnya dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kala itu para laki-laki Yunani mengisi waktu luang mereka dengan berkunjung ke tempat-tempat yang di tempat itu terdapat orang yang dianggap bijaksana sehingga dirasa perlu untuk mengambil pengetahuan dari orang tersebut. Kegiatan ini disebut dengan istilah scola, skhole, atau schola yang semuanya memiliki arti sama yakni waktu luang.

Dari sejarah singkat ini setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu luang belajar memiliki keterkaitan yang kuat. Orang yang merasakan manisnya belajar adalah mereka yang memiliki waktu luang. Selain itu antara luang dan belajar ada keterkaitan lain yang tidak kalah mendukung, yaitu uang. 

Jadi uang berperan sebagai komponen utama bagi seseorang dalam belajar. Orang yang punya waktu luang namun tidak punya uang terasa kurang efisien untuk mengecup manisnya belajar. Misalnya pendidikan sekarang yahg cenderung bersifat komersial, artinya dengan adanya sekolah sebagian orang akan mengambil keuntungan di sana. Entah dari segi pembayaran per semester, per bulan, buku, dan lain sebagainya.

Berbicara tentang sekolah, sepintas mengingatkan dengan kegiatan belajar mengajar, sekolah dikenal sebagai tempat yang mempertemukan antara guru yang ahli dalam bidang ilmu tertentu dengan murid yang menginginkan asupan ilmu sebagai tambahan pengetahuan. 

Belajar memiliki urgensi yang tidak bisa dinomor duakan dari dulu sampai sekarang, hanya saja yang menjadi masalahnya adalah tidak semua orang punya waktu luang dan uang yang cukup untuk menunjang kebutuhan dalam belajar. Selanjutnya menjadi idealisme tersendiri khususnya bagi orang-orang yang sadar terhadap urgensi intelektual bahwa betapa pentingnya uang sekaligus waktu luang dalam mendukung kualitas pengetahuan.

Waktu luang dan uang hanya bisa didapatkan bagi mereka yang memiliki surplus value (lihat teori ekonomi sosialis karl marx). Untuk memperoleh surplus value dibutuhkan keterampilan kerja yang cerdas di samping kerja keras, selain itu menumbuhkan semangat kewirausahaan serta sikap kepemimpinan yang tinggi juga turut dibutuhkan, ketika semua komponen tersebut telah terpenuhi maka akan tiba masa di mana seseorang yang hanya diam saja uang tetap mengalir untuknya, di samping menguntungkan untuk diri sendiri tentu juga menguntungkan bagi orang lain. 

Selanjutnya inilah yang disebut dengan kerja cerdas yakni mampu mempersiapkan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Selanjutnya ia tidak perlu lagi berfikir terlalu dalam mengenai besok mau makan apa dan bagaimana kehidupan besok jika dilihat dari sisi kebutuhan keuangan harian, dalam tahap inilah seseorang dapat dikatakan telah punya uang dan waktu luang, kemungkinan akan ada surplus dan value yang akan didapatkan tergantung bagaimana kemampuan memutar uang.

Wallahu A'lam Bisshowab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun