[caption id="attachment_376326" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi harga BBM. (AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA)"][/caption]
Kenaikan BBM resmi sudah diputuskan oleh Pemerintah. Harga BBM diputuskan di kisaran Rp 8.500 satu liter untuk bensin dan 7.500 satu liter untuk solar. Kontan kenaikan BBM ini memicu keresahan di masyarakat. Apa pasal, kenaikan harga BBM memicu kenaikan harga kebutuhan pokok. Pada masa SBY menjadi presiden, beliau sempat menaikkan harga BBM di kisaran 1.000 rupiah satu liter. Indonesia pun bergolak, PDIP menolak keras, SBY dihujat kiri dan kanan sebagai presiden tidak prorakyat. Pengamat minyak pun tak kalah keras, SBY dinilai tidak punya alasan kuat untuk menaikkan BBM, salah satunya adalah Kurtubi adalah orang yang paling vokal menolak kenaikan harga BBM. Dan seperti sudah diprediksi harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Beras yang tadinya berharga 5.000 rupiah naik, menjadi 6.500 dan 7.000 rupiah satu liter. Itu baru beras, belum lagi kebutuhan pokok yang lain yang juga merangkak naik tanpa bisa diintervensi pemerintah.
Kenaikan 2.000, kenyataan pahit yang tidak bisa dielakkan. Beras yang 7.000 akan ada di kisaran 9.000, ongkos transport di Sultra yang tadi-tadinya di kisaran 4.000 untuk penumpang umum diperkirakan akan naik menjadi 7.ooo dan mahasiwa menjadi 5.000 satu kali jalan. Pertayaan yang kemudian menyusul, apakah semua masyarakat Indonesia mampu menghadapi semua kenaikan harga bahan kebutuhan pokok? Alasan pemerintah yang mau menggunakan dan menyelamatkan anggaran 300 triliun itu nampaknya terlalu tergesa-gesa. Masyarakat tidak siap menghadapi efek kenaikan BBM ini. Semua kartu dan jaminan sosial yang disiapkan oleh Jokowi-JK bahkan belum masuk di tempat kami di Sultra. Mari berhitung dan membuka mata. Penduduk Sultra yang mempunyai kemampuan ekonomi yang tinggi hanya sekitar 50%. Bahkan kebanyakan masyarakat di kampung saya berpenghasilan 500 ribu satu bulan bahkan di bawah itu.
Dengan apa mereka hendak bertahan? Mengapa pemerintah tidak memastikan dulu bahwa mereka-mereka yang rentan dirugikan dengan kebijakan ini dipastikan dulu memperoleh kompensasi untuk menghadapi gelombang kenaikan harga-harga kebutuhan pokok? Mengapa pemerintah hanya berani menaikkan harga BBM dan tidak mau pasang badan untuk  menjamin harga kebutuhan pokok stabil? Mengapa pemerintah tidak mau meniru pemerintah Malaysia yang bisa mengontrol harga sembako?
Alasan pemerintah yang mengatakan bahwa harga BBM kita murah dibanding Malaysia, bukan cuma gombal namun mengabaikan aspek pendapatan rakyat Malysia dan Singapura? Berapa pengahasilan masyarakat Malaysia? Satu bulan jika dirata-ratakan, gaji pegawai di Malaysia untuk pemula adalah di atas lima juta dan penghasilan masyarakat Malaysia yang berkategori miskin adalah tiga jutaan. Jadi kalaupun harga bensin sampai sepuluh ribu satu liter bukan masalah yang berarti. Bagaimana pendapatan masyarakat kita? Apakah rata-rata tiga juta satu bulan? Mengapa ini tidak ditimbang? Apakah seperti ini pemikiran pemerintah yang prorakyat? Bagaimana Singapura? Berapa penghasilan masyarakat Singapura satu bulan? Apakah lima ratus ribu? Tidak, bahkan penghasilan masyarakat Singapura di atas sepuluh juta satu bulan.
Adilkah alasan menaikkan BBM karena harga BBM kita sangat murah dibandingkan BBM di negara ASEAN lain? pemerintah harusnya  malu dan berutang penjelasan kepada rakyat miskin yang kini bisa mencapai di atas 100 juta orang akibat daya beli turun dan ketidakmampuan membeli bahan kebutuhan pokok. Mengutip pemberitaan Kompas, maka BBM di Indonesia saat ini lebih mahal dari Malaysia yang rakyatnya lebih makmur dari kita. Mengapa tidak memastikan dulu seluruh rakyat yang rentan bahkan tidak mampu membeli kebutuhan pokok aman dari imbas kenaikan harga BBM baru menaikkan harga BBM?
Banyak yang mulai bertanya-tanya mengapa kenaikan harga BBM tidak dikisaran seribu rupiah dulu? Harusnya disesuikan dengan kemampuan kita, bukannya melihat dan berkaca pada negara tetangga makmur di seberang sana. Ketika antri di SPBU tadi malam, banyak yang bertanya-tanya, betulkah pemerintah ini prorakyat? Banyak yang menyesal karena telah salah pilih pemimpin. Mengapa membandingkan harga BBM kita dengan negara tetangga makmur? Dan mengapa menaikkan BBM di saat harga bahan minyak mentah dunia turun? Kenaikan harga BBM yang efeknya begitu dashyat, mengingatkan saya pada lagu dangdut nostalgia, yang dinyanyikan oleh Megy Z.....sungguh teganya dirimu, teganya, teganya, ohhhhhhhh pada semua....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H