Mohon tunggu...
NUR MUHAEMIN NGKAAPO.
NUR MUHAEMIN NGKAAPO. Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS PARUH WAKTU

PENULIS PARUH WAKTU

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Silent Treatment

27 Juni 2022   19:00 Diperbarui: 27 Juni 2022   19:31 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dunia makin canggih, secanggih hubungan antar manusia yang makin rumit. Dulu waktu kita di era 2.0 dimana HP yang beredar hanyalah HP Nokia sejuta umat yang hanya bisa dipakai sms, hubungan kita dengan kerabat, teman, begitu akrab dan penuh kehangatan melalui face to face . 

Ketika kita masuk era metaverse, maka sebagian besar diantara kita menjadi manusia rebahan yang lebih banyak menjadikan sosmed sebagai tempat kongkow dan hangout. Bahkan pertemuan-pertemuan keluarga pun tangan kita tidak lepas dari HP yang sudah berfungsi menggantikan  menjadi tasbih.

Jika kita di dunia nyata mengalami diskomunikasi sama seseorang bisa kita selesaikan dengan baik, tidak demikian adanya didunia maya. Tiba-tiba saja kita mengalami hal-hal yang tidak bisa dijelaskan. 

Saya banyak menerima keluhan tentang etika orang dalam membalass chat. Sebagai penulis, beberapa orang sering sekali minta pendapat tentang masalah yang mereka hadapi misal, ada orang yang sudah baca chat kita ga langsung dibalasnya. Kadang di  balas setelah berhari-hari   bahkan tidak dibaca , dan balasanya pun hanya " ya, ok,io, dll.

Sebagai orang yang juga sangat sibuk, saya mengganggapnya aneh, karena saya jika ada yang menjapri saya   dan jika saya sudah baca pasti saya balas, kecuali saya dalam kondisi pingsan. Saya melakukan itu bukan karena kurang kerjaan tapi saya tau rasanya bagaimana dijapri dan tidak direspon. Sakit hati tentu saja. Saya cuma menyarankan  hanya menjapri orang-orang yang memang perlu dijapri dan  pastikan mau menjawab chat yang kita kirim.

Saat ini saya lagi mengurangi penggunaan medsos. Bahkan FB sudah dua tahun saya tidak buka. . Adapun saya banyak melihat you tube, karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan saya mempelajari kurikulum baru secara otodidak dan saya bukan guru,  akan tetapi harus mengajar guru, saya harus gigih mencari sumber informasi yang betul tentang kurikulum baru tersebut.Satu-satunya medsos yang saya pakai hanya WA karena semua urusan pekerjaan melalui  dimedia itu. Terlalu banyak bermedsos hanya buang waktu. 

Ada lagi yang mengadu tentang"Silent treatment" saya pun cuma bisa menyarankan untuk belajar menerima apa yang tidak bisa kita ubah, yang diluar kontrol kita, seperti cuaca, sikap orang, pendapat orang dam semua yang diluar diri kita. Katanya"silent treatment" yang dilakukan rekannya menghancurkan harga diri dan perasaannya. Saya juga pernah mengalami  demikian. Dan saya sangat marah ke orang itu.  

Namun,  saya bukan marah ke "silent treatment" orang itu terhadap saya. Saya marah terhadap sikapnya yang miskin empati. Secara psikologi,   Silent treatmen adalah mendiamkan orang dekat kita sebagai bentuk hukuman yang menyakitkan.  Tujuanya agar  orang tersebut tersiksa dan yang melakukan "silent treatment " merasa memegang kendali begitu menurut para ahli. Jika kamu mengalami silent treatment, segeralah bertanya dan melihat kedalam diri. Apa orang itu betul-betul penting dalam hidupmu? ketika kamu memerlukan bantuan apa dia pernah hadir? apa kamu yang terus-terusan berusaha melakukan komunikasi selama ini? kalau jawabanya iya semua, segeralah berubah. Hubungan yang sehat dalam relasi sosial adalah hubungan dua arah. Jangan menjadikan manusia spesial karena manusia bukan nasi goreng. Biasa-biasalah dalam hidup, kalau kata pak Harto, ojo kagetan. Jangan mudah kagum, jangan mudah terpukau

Untuk mereka yang sibuk dan bertipe cuek sih biasanya ga ngaruh dengan silent treatment yang dilancaarkan seseorang, tapi untuk orang yang lebay bin romantis itu bisa sangat  menganggu hidupnya. Kuncinya hanya satu, segera sadari serta bisa membedakan yang bisa dikontrol dengan yang tidak itu penting. 

Semua orang itu pasti berubah, sadari itu. Dan jangan pernah merasa penting dalam hidup seseorang. Ini hari penting, besok kamu tidak lebih dari sampah. Terimalah itu sebagai bagian dari hidup. Namanya saja hidup sama manusia, siap dengan resiko sakit hati, kita semua adalah luka bagi orang lain.  

Kedepankan logika.  Untuk apa sakit hati sama prilaku orang?  Kamu yang rugi. Disaat kamu terpuruk, bersedih, berlinang airmata, orang tersebut lagi happy -happy liburan di Lombok, Bandung, Pulau Komodo, dan  kamu menangis dalam gelap? mata sembab, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak? masa bodohlah terhadap apa yang harus dimasa bodohkan. Kalau masalah-masalah kecil kamu besar-besarkan jangan sampai kamu terdampar di RSJ  atau sakit berkepanjangan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun