Hal yang paling aku takutkan saat kau makin besar adalah kau tidak lagi punya waktu bersamaku. Demikian tulis seorang ayah.
***
Seperti cuplikan drama Korea ndak sih? Orang tua sejati, pasti menikmati waktu bersama anak--tak soal sesibuk apa pun.
Golden age adalah masa paling krusial bagi anak. Jika orang tua bisa mengisinya dengan kasih dan perhatian, anak sehat jiwa dan raganya. Sebaliknya, jika orang tua melewatkannya demi karir, perkembangan anak bakal terganggu. Masa kecil kurang bahagia.
Masa kecil bahagia tak harus diisi dengan mainan mahal, baju-baju mewah, liburan ke luar negeri maupun memberi gadget terbaru. Bukan.
Anak butuh kehadiran kita, orang tua, bukan barang-barang mewah. Lebih baik mainan plastik seharga Rp30.000 namun anak ditemani bermain dibanding mainan Rp 5 juta namun membiarkannya bermain sendiri atau bersama orang lain (helper, misalnya).
Uang bisa dicari, waktu tak bisa diulangi. Meski pada praktiknya kita berdarah-darah buat mengepulkan belanga. Mau bagaimana, harga sembako kian meroket. Gas LPG 3 kg sulit dicari karena kebijakan menteri yang sembrono. Kalau tak banting tulang, bagaimana mau membahagiakan keluarga?
Tapi, mengejar uang bukanlah alibi untuk membahagiakan anak. Sebab terlalu sibuk mengejar uang, ujungnya tidak jadi membahagiakan anak. Tahu-tahu, anak sudah besar. Itulah pentingnya memiliki pasangan hidup yang sepadan. Yang bisa diajak kerja sama, saling menopang untuk mengarungi samudera kehidupan yang ganas.
Baca juga: Buat Kriteria Dulu, Menikah Kemudian
Anakku berusia tiga tahun. Hari demi hari terlewat, tak terasa sudah mau masuk TK. Seiring berjalan waktu, banyak progres yang dicapai anak. Tak hanya melihat, mendengar dan meniru. Anak sudah bisa memanipulasi kata-kata dan pemikirannya untuk mewujudkan keinginannya. Nonton di HP, makan es krim, permen, dll yang kami tidak sembarangan berikan.
Kalau anak bisa berkembang dengan baik, orang tua tentu senang! Salah satu faktornya karena anak mendapat dukungan dan simulasi yang tepat. Tapi, semakin anak berkembang, dia kian mandiri. Artinya, dia tidak lagi membutuhkan bantuan orang tua. Malah dia melarang orang tua untuk membantu. Momen-momen kecil bersamanya makin berkurang sampai kelak dia asyik dengan teman-teman bermainnya.