Senada dengan Toto, ahli dan basis data Nutrisi Nasional Departemen Pertanian Amerika Serikat menyatakan ikan kaleng dan ikan segar punya nilai gizi yang hampir sama, dikutip dari The New York Times. Namun, jika disuruh memilih apakah ikan kaleng atau ikan segar, menurut Toto akan lebih banyak yang memilih ikan segar yang terasa manis, enak, dan tidak mengandung banyak natrium seperti ikan kaleng. Menurut Budi, pihak KKP memberikan informasi katalog dulu kepada Badan Gizi Nasional, mereka yang akan menentukan.
Mengandung bakteri mematikan
Mengonsumsi ikan kaleng berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Dilansir dari Healthline, ikan kaleng mengandung beberapa bisphenol-AÂ (BPA) yaitu bahan kimia yang sering digunakan dalam kemasan makanan, termasuk kaleng. Sebuah studi menunjukkan, BPA dalam makanan kaleng dapat berpindah dari lapisan kaleng ke makanan. Dari 78 makanan kaleng, ditemukan kandungan BPA sebesar 90%. Penelitian lain juga memperjelas bahwa makanan kaleng adalah penyebab paparan utama BPA.
Ikan kaleng juga mengandung bakteri mematikan Clostridium botulinum. Orang yang mengonsumsi makanan kaleng berisiko menderita botulisme, penyakit serius penyebab kelumpuhan dan kematian jika tidak segera diobati. Banyak kasus botulisme berasal dari makanan yang pengemasannya tidak benar sehingga mengembung, penyok, retak, atau bocor.
Laporan detikhealth, pada Maret 2018, ditemukan jenis cacing Anisakis sp. pada tiga merek ikan kaleng. Cacing tersebut dalam kondisi sudah mati di dalam kemasan kaleng, bukan akibat kerusakan kemasan atau kedaluwarsa. Nah loh...
Kerusakan kemasan kaleng selama proses distribusi membuat siswa udara di dalam mempercepat reaksi oksidasi besi sehingga konsentrasi logam makanan makin tinggi. Logam ini bercampur dengan makanan dan menyebabkan efek toksik bagi kesehatan manusia. Makanan kaleng yang terkontaminasi logam berat dalam konsentrasi tinggi jika dimakan manusia bisa menyebabkan gangguan sistem syaraf, pertumbuhan terhambat, gangguan reproduksi, mudah infeksi, kelumpuhan, menurunkan tingkat kecerdasan hingga kematian.
Penutup
Sebelum benar-benar disahkan, semoga BGN dan pemerintah bisa mengkaji lebih tuntas program MBG ini. Lagi pula, di tengah ketidakstabilan ekonomi seperti sekarang, yang lebih dibutuhkan masyarakat adalah jaminan pekerjaan, tidak banyak potongan gaji yang tidak jelas, melebihi dari ikan kaleng. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H