Jika hobi menulis bisa menghidupi aku dan keluarga, aku rela meninggalkan pekerjaanku saat ini.
Tapi, di era digital ini boro-boro bisa menghidupi, pekerjaan menulis berada di ambang kebuntuan. Banyak masyarakat lebih suka membaca berita elektronik atau artikel di blog dibanding membeli buku cetak. Di e-commerce juga banyak diperjualbelikan buku bajakan. Ngenes kali nasib penulis.
Meski begitu, menulis adalah pekerjaan keabadian. Mau dicetak atau diunggah di blog, buah pikiran dari seseorang bisa mendobrak segala zaman. Maka, mereka yang hobi menulis, meski tak mendapat bayaran, akan terus menulis.
Aku menjadi penulis di Kompasiana sejak Maret 2016, tetap bertahan hingga kini. Aku juga punya blog sampingan untuk menumpahkan buah pikiranku di dewantoro8id.wordpress.com/. Sila, mampir. Di Kompasiana mending-mending ada feedback dari sesama penulis, dan kadang mendapat K-Reward. Di blog pribadiku itu, sepi, tidak ada bayaran sepeserpun. Tak apa, namanya juga hobi.
Aku bersyukur, hampir satu dekade berkutat di Kompasiana membuatku mengalami banyak progres. Sudah di level "Penjelajah", tergabung dalam program Infinix (ditayangkan di kompas.com), beberapa kali mendapat K-Reward.
Omong-omong, tentang K-Reward, bulan ini aku mendapat saldo Gopay sebanyak "dua digit", yakni Rp35.125. Lumayan kan...?
Tapi, lumayan apanya. Nominal segitu zaman sekarang bisa dapat apa? Parkir motor saja dua ribu. Buat beli kuota juga kurang. Sabar, harus menulis 10.000 artikel dulu kali ya, biar dapat saldo jutaan rupiah seperti para senior di Kompasiana.
Perbanyak bersyukur, kurangi mengeluh
Meski dibilang receh, nominal yang masuk ke akun Gopay-ku hampir setiap bulan (6 bulan terakhir) ini lumayan. Lumayan kurang, hehehe... Meski sedikit, harus selalu bersyukur dong. Kalau tidak menulis di Kompasiana, mana mungkin dapat fee.
Rasa syukur atas K-Reward itu makin terasa saat aku bepergian, khususnya ke gereja. Suatu hari Minggu, istriku ada pertemuan kelompok kecil di taman kota. Ia pergi sejak siang, dan sore harinya kami harus pergi ibadah sore. Biasanya, kalau pertemuan emak-emak akan betah dan lupa waktu. Istriku takkan sempat jika menjemputku di rumah.