Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Akhirnya Anakku Main HP Juga, Orang Tua Gagal (?)

26 September 2024   11:01 Diperbarui: 26 September 2024   11:03 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menonton di HP | foto: alodokter.com

Di sinilah kami dilematis. Mau diberi HP, melanggar kesepakatan kami. Tidak diberi HP, jadi berisik dan mengganggu jemaat saat renungan disampaikan. Demi kenyamanan seluruh rakyat Indonesia, kami izinkan anak menonton HP. Terpaksa.

Boleh lelah, menyerah jangan

Dalam kurun waktu satu minggu, anak bisa minta nonton setiap hari. Akalnya juga makin bertambah, ia bisa meniru dan memanipulasi perkataan kami. Terinspirasi dari pola kami memberi makan sambil menonton sebentar. "Mama, kita nonton sebentar, sambil makan." 

Agar adil, aku dan istri izinkan anak menonton film dari laptop. Dari banyak opsi, yang dipilihnya Kungfu Panda dan Bumblebee. Mungkin karena banyak adegan bertarung. (Dampak: ia jadi suka pukul-pukul dan menembak sambil berteriak-teriak). See? Hanya nonton seminggu sekali pun, terus diingatnya. Bayangkan jika setiap hari pegang HP! Namun, ada kalanya "Hari ini tidak nonton sama sekali," lapor istriku.

Mengasuh batita tanpa HP memang membuat lelah, tapi menyerah jangan.

Sering melibatkan anak

Belajar dari masa kecilku yang kurang membahagiakan, aku ingin anakku berkembang secara holistik. Caranya dengan melibatkannya dalam keseharian. Misalnya, saat istri berbelanja anak diajak. Di jalan, ia bisa mengabsen nama-nama kendaraan yang berpapasan. Ia juga atraktif pada suara mesin parut kelapa. Biasanya, ia akan minta berhenti melihat ekskavator dan buldozer di proyek dekat rumah.

Ia sudah bisa membuka dan menutup gerbang rumah. Padahal usianya belum tiga tahun, dan gerbang besi itu tak kurang dari 100 kg. Kami yang dewasa pun kadang payah membukanya. Saat istri memasak, ia ikut meracik adonan. Saat aku menukang, ia ikut memegang palu, gergaji dan meteran.

Anak generasi now lebih tinggi rasa ingin tahunya, dan kreatif pikirannya. Kami tidak ingin membatasinya dengan banyak larangan ini-itu. Kami izinkan dia menyentuh barang-barang sambil mengasawinya. Untuk benda tajam, tentu kami jauhkan. Ini lebih baik untuk perkembangannya, daripada memberikan HP untuk menonton. --KRAISWAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun