Besok Minggu kerja bakti. Anda, sebagai bagian dari masyarakat, akan datang penuh antusias atau alpa dengan tegas?
Tidak semua orang bersedia kerja bakti. Sibuk bekerja. Ada urusan lain. Tidak suka bersosialisasi. Lebih parah, merasa tidak perlu. Betulkah tidak perlu kerja bakti...?
Mari tengok 96 tahun ke belakang. Sekelompok pemuda dari beragam daerah, berbeda adat, budaya, dan bahasa menyatakan sumpah menyatukan tekad demi meraih kemerdekaan. Sumpah Pemuda.
Semangat persatuan itu terwujud karena ada gotong royong dengan mengesampingkan segala perbedaan. Kerja bakti itu penting.
Sebab kita sudah merdeka, tak berarti tak perlu bekerja bakti. Kerja bakti tetap perlu untuk mengisi kemerdekaan. Demi melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa.
Kodrat sebagai Makhluk Sosial
Jika bisa hidup sendirian, manusia tak perlu gelar "makhluk sosial". Kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Kita butuh bantuan dari orang lain, sebagaimana mereka butuh bantuan kita. Saling membutuhkan.
Di masyarakat Indonesia, interaksi sosial diwujudkan salah satunya melalui kerja bakti. Kerja bersama tanpa dibayar uang. Bayarannya diganti dengan waktu mengobrol, bercanda dengan para tetangga. Rehat sambil melumat mendoan dan kacang rebus ditemani kopi atau teh, menyedot sebatang rokok, dan tertawa.
Entah mengobrol tentang politik, tahi kucing yang berceceran di teras rumah, atau isi dompet yang jumlahnya tetap, sedang kebutuhan terus menggelembung.
Bekerja, Berkumpul, Hidup!