"Dari naik bus sampai kereta berdiri terus. Menyebalkan!" gerutuku dalam hati.
***
Akhir semester ini guru-staf di tempatku cuma libur satu minggu. Cuma seminggu. Biasanya sampai dua minggu. Liburan semester ini memberi kesenangan sekaligus kemalangan. Senang, banyak waktu bisa dilewati bareng keluarga, sejenak bebas dari beban pekerjaan. Malang, sebab murid sudah libur, tidak ada pemasukan dari ngelesi.
Dua hari pertama, aku cuma pindah kerja, yakni nukang di tempat Mbah yang sedang membuat satu bangunan kecil di belakang rumah. Satu hari untuk beberes rumah. Tak terasa sudah di tengah pekan. Jika tak diusahakan (baca: dipaksa), aku takkan liburan.
Liburan kok mesti dipaksa...?
Seminggu begitu cepat berlalu. Bisa langsung habis hanya untuk bekerja. Kedua, keuangan yang minim. Meski begitu, ya harus dipaksa agar mendapat kesempatan liburan. Uangnya dari mana...?
Dengan segala keterbatasan, kami berencana akan ke Kulonprogo, Jogja. Perjalanan ini lebih menantang dibanding sebelumnya. Selain minim budget dan mengajak anak, kami mengajak Mbah naik kendaraan umum. Anak kami sudah pernah naik semua jenis transportasi dari bus, kapal, sampai pesawat.
Mbah juga pernah naik pesawat, saat pernikahanku di Medan. Kali ini, untuk pertama kalinya Mbah akan naik kereta. Rutenya cukup panjang, harus oper angkutan beberapa kali.
Lama menunggu bus
Jika bukan tantangan, perjalanan ini penuh rintangan. Rintangan #1, kami kesiangan. Target jam 6 dari rumah. Realita: jam 7. Alhasil, hampir sejam kami harus menunggu bus datang. Anak sudah senewen, minta jalan-jalan, sampai mau menyeberang jalan.Â