"Anak saya kalau di sekolah bagaimana, Mister? Apa dia bisa bersosialisasi dengan baik?" Demikian tanya salah satu orang tua saat mengambil rapor.
***
Minggu lalu adalah penerimaan rapor di sekolahku. Sudah enam tahun aku menjadi wali kelas. Kesannya nano-nano. Capek saat mendapat protes dan keluhan dari orang tua. Senang bisa membimbing dan mengarahkan anak. Senang juga di akhir tahun ajaran, mereka bisa naik kelas (level up).
Di sekolahku, rapornya istimewa. Bukan rapor mainstream berbentuk buku seperti di sekolah negeri. Melainkan dicetak warna dalam lembaran HVS. Orang tua diberi salinan hitam putih, sedang yang warna diarsipkan di sekolah dan akan dibagi saat kelulusan.
Rapor diberikan 2x tiap semester (rapor tengah semester dan akhir semester). Maka, dalam setahun orang tua menerima 4 lembar rapor.
Khusus akhir semester rapor angka, General Observation (GO)--berbentuk deskripsi (tidak hanya berisi komentar motivasi), dan ceklis ekstrakurikuler. Lengkap, detail, eksklusif, istimewa.
Rapor diartikan sebagai laporan hasil belajar dalam periode waktu tertentu, yakni tengah dan akhir semester. Apa yang diobrolkan saat penerimaan rapor? Tentu saja perkembangan murid selama di sekolah.
Namun, ternyata tidak semua orang tua punya atensi yang sama saat penerimaan rapor. Berikut 3 tipe orang tua saat mengambil rapor.
1) Apa adanya