Sudah begitu, motivasi belajarnya kurang. Ditandai dengan tulisan yang tidak rapi, kalimat tidak lengkap saat menjawab soal. Dan yang tidak kalah, attitude-nya itu lho. Ia suka berbuat sesukanya seperti anak kelas 1 SD.
Suatu kali Andri memindahkan botol minum temannya. Di kali lain, temannya ganti memindahkan botol minum Andri. Sontak Andri sakit hari dan protes. "Jika tidak ingin diganggu teman, ya jangan mengganggu temanmu," ujarku pada Andri dan murid di kelas.
Masih tentang botol minum. Andri suka membawa botol minum kemasan sekali pakai ke sekolah. Itu lho, yang ada manis-manisnya. Saking pintarnya, Andri melepas label botol minuman itu lalu berkreasi dengannya. Ada yang ditempel di kaki meja, dimasukkan ke dalam laci meja, sampai digeletakkan di bawah meja.
Jika ada label tersebut di bawah meja, aku yakin 99% itu milik Andri. Sebab, semua temannya di kelas membawa botol minum yang bisa diisi ulang.
Kemarin, saat pembelajaran berlangsung aku menegur Andri agar membuang label botol minuman itu ke tempat sampah. (Ia duduk di bangku belakang, tempat sampah di depan.) Andri mengambilnya dari lantai tapi tidak beranjak dari kursi untuk ke tempat sampah. Ia justru menaruh labelnya di dalam tas. "Apakah tasmu adalah tempat sampah?" Aku bersikeras meminta Andri membuang label itu ke tempat sampah, tempat yang seharusnya.
Jika aku biarkan, Andri akan mengulangi kesalahannya. Tidak sadar sampah. Ia bisa menarus label itu sesukanya. Butuh hampir tiga menit aku berkonfrontasi dengan Andri. Responsnya hanya melihatku sepintas sambil geleng-geleng dan mengangkat bahu.
Sudahlah. Aku sudah menegurnya, dan ia tidak bisa merespons. Mungkin belum sampai akalnya. Aku yang akhirnya membuang label itu ke tempat sampah. Aku melanjutkan pelajaran.
Hari ini, terjadi hal yang mencengangkan. Di sela kegiatan pembelajaran, Andri tetiba menyodorkan padaku sebungkus snack keju. Hanya disodorkan, tidak memberi tahu apa pun. Enggan GR, aku menanyakan buat apa itu? Aku berusaha menolak.
Di saat istirahat, ia kembali memberiku sebungkus cokelat. Kenapa? "Aku punya lebih," ujar Andri. Wow. Apa motivasi asli Andri melakukan hal itu? Dua kali ia menawarkan snack padaku.
Bagi beberapa murid, aku dikenal sebagai guru yang galak (sebenarnya tegas). Aku tidak segan menegur murid yang tidak disiplin. Mau kelas 6, atau kelas 1 SD, kalau tidak disiplin ya ditegur. Kepada guru yang galak itu, murid yang tidak disiplin memberikan sebungkus cokelat. Terima kasih, Nak! --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H