Bukan yang terkuat, melainkan yang paling adaptif yang akan bertahan.
Konon, dinosaurus---kalau betulan ada---hewan purba yang terkuat di bumi pun punah karena tidak bisa bertahan dari serangan hujan meteor.
Para pedagang di Pasar Tanah Abang---'surga'-nya grosir bermacam barang---mengaku 'berdarah-darah' setelah dihantam pandemi Covid-19, lalu digencet toko digital (e-commerce).
Di lantai dasar Blok A, para pedagang lantang menjajakan dagangan kepada segelintir orang yang lewat. "Boleh bunda, silakan... ada ukuran, bahan impor... silakan dilihat-lihat dulu bunda..." pekikan pedagang lebih mendominasi dibanding proses tawar-menawar.
Di lorong-lorong pasar juga sepi dari porter yang biasanya mondar-mandir memanggul karung dagangan grosir. Mereka mangkal di dekat pintu masuk, menunggu dipanggil pemilik toko.
Pedagang di lantai atas lebih miris. Mereka hanya duduk sambil mainan HP karena nyaris tak ada orang lewat, sebagian besar kios bahkan telah tutup. Di blok A, dalam rentang 2019-2023 kiosnya berkurang hingga 1.000 unit, dan jumlah pengunjung turun hingga 5.000 orang.
Disaksikan oleh Sukmamalingga, salah satu pedagang, Pasar Tanah Abang mulai sepi sejak 2021 karena Pemprov DKI Jakarta menerapkan PSBB dan menutup pasar hampir empat bulan. Penjualan merosot 30%.
Tahun 2022 pemerintah mengakhiri PSBB, pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ini mulai ramai. Masyarakat yang telah bosan terkurung mendatangi pasar. Meski tak laris, penjualan stabil. Kini, setelah Covid-19 menjadi endemi penjualannya justru merosot hingga 70%.
Para pelanggan dari berbagai daerah tidak ada lagi yang berbelanja ke Tanah Abang, padahal Lingga selalu meng-update foto-foto baju model terbaru. Sebelum pandemi, mereka berani pesan 100 potong, baru berapa hari sudah pesan lagi.
Tahun ini, hal itu tak terjadi. Pembeli yang dari Jakarta pun tak ada. Dalam sebulan, pembeli yang datang hanya 10 orang. Padahal letak kiosnya di Blok B lantai bawah, sangat strategis. Â "Malah habis lebaran Idul Adha, pasar masih sepi." keluh Lingga.
Nasib serupa dialami Syamsul, pemilik kios di lantai lima. Dari pagi sampai jam 13.00 belum ada yang beli. Penjualannya turun 95%. Baju sudah diobral pun orang enggan membeli. Pernah sebulan tak ada pemasukan satu rupiah pun waktu lebaran.