Selain jalan-jalan ke Jogja, dalam liburan bulan Desember ini Kris dan Yanti bisa menikmati waktu mengobrol di beberapa tempat di Salatiga.
Kami nongkrong di kedai kopi sambil mendiskusikan buku dan makan di restoran. Lalu makan duren (pemberian teman) di taman Kota. Pas, kami berdua pecinta duren. Lalu kami juga berkesempatan menikmati indahnya malam di Salatiga.
Liburan Yanti di Salatiga menjadi kesempatan bagi kami bersama-sama mengakhiri 2018 dengan penuh syukur. Kehadiran Yanti sebagai pasangan hidup membuat Kris lebih percaya diri dan optimis menyongsong hari depan. Ada sosok yang bisa diajak bertukar pikiran, berbagi pergumulan dan berdoa bersama.
Kris bersyukur bisa menikmati akhir tahun 2018 dengan bapak-ibu, sedangkan Yanti belum. Diceritakan oleh Yanti, setiap momen pergantian tahun, semua keluarga besarnya akan berkumpul.
Tidak ada budaya demikian dalam keluarga Kris. Mau hari Natal, malam pergantian tahun, ulang tahun atau hari biasa; tetap sama. Berlalu begitu saja.
Kota Salatiga yang dingin menjadi saksi kebersamaan kami. Selesai mengikuti ibadah tutup tahun di gereja Kris, aku mengajak Yanti nongkrong di salah satu sudut kota. Susu segar yang hangat menemani sharing kami malam itu.
Ingin rasanya aku berlama-lama dengan Yanti di malam itu. Tapi tidak bisa, sebab aku harus mengantarkannya ke rumah temannya, Christina, di daerah Ungaran. Ia akan menginap di sana. Beberapa waktu sebelumnya, kami pernah membantu temannya angkat-angkat barang. Temannya itu baru pindahan. Sehingga di malam pergantian tahun, rumah baru mereka sudah bisa ditempati.
Niatnya Kris hanya mengantar Yanti, lalu bergegas pulang. Tapi ternyata Kris 'terjebak' dalam keluarga orang Batak. Semua keluarga dan teman-teman Christina berkumpul. Mereka semua adalah orang Batak, hanya Kris yang Jawa.
Setiap malam pergantian tahun, orang Batak menyelenggarakan ibadah keluarga, lalu sharing dan saling mendoakan. Kris menjadi kikuk, karena mereka semua berbicara dalam Bahasa Batak. Ingin rasanya Kris melompat ke dimensi semesta yang lain saat itu juga.
Syukurnya, Yanti yang duduk di samping Kris sesekali menerjemahkan, meski Kris terlambat merespons. Misal mereka membicarakan hal lucu, Kris baru tertawa saat semua sudah diam dan berganti cerita.