Pandemi Covid-19 yang mengganas membuat proses belajar dilakukan jarak jauh, termasuk tesnya. Masa orangtua harus mengambil berkas ke sekolah, dikerjakan di rumah, lalu dikumpulkan ke sekolah lagi? (Entah di sekolah lain, di sekolahku tidak begitu).
Salah satu layanan di Google adalah Google Form/formulir Google (berikutnya disebut GForm). Fitur ini dipakai untuk mengonversi soal ujian yang biasa dicetak menjadi bentuk digital (untuk mengakses fitur ini harus terdaftar pada Google Workspace, dikelola operator IT sekolah.) Wujud soal ini lebih canggih. Bisa dilampirkan kop sekolah, soal-soal berikut kunci jawaban serta poin yang diinginkan guru.
Bentuk soalnya lebih beragam, bukan hanya soal perintah "Sebutkanlah... Jelaskanlah... Tuliskanlah..." Variasi bentuk soal yang lain yakni mencocokkan, kotak centang, drop-down, skala linier, kisi pilihan ganda dan petak kotak centang. Bisa dilampirkan gambar berwarna, lebih jelas, menarik dan murah.
GForm yang sudah diisi oleh murid bisa dikoreksi otomatis oleh Google, dan bisa diatur mau langsung rilis skor atau nanti setelah ditinjau guru. Ketelitian koreksi oleh Google sangat akurat dan tanpa toleransi, apalagi untuk soal selain Pilihan Ganda.
Akibatnya skor perolehan murid sangat rendah. Kalau GForm diatur langsung merilis skor, bisa jadi semua murid remidi karena skornya di bawah KKM. Menurut standar Google, jawaban murid harus sama persis dengan kunci jawabannya. Beda satu karakter, meski hanya tanda baca akan dianggap salah.
Di sekolahku bentuk soal ujian harus dibuat beragam. Tidak hanya pilihan ganda, tapi mencoba tipe-tipe lain yang disediakan Google. Untuk soal isian dan uraian, tidak mungkin jawaban murid sama dengan pikiran/kunci yang dibuat oleh guru. Oleh sebab itu harus ditinjau manual oleh guru.
Berarti tidak ada bedanya dengan mengoreksi lembar cetak? Ada, untuk beralih ke murid berikut tinggal klik tombol, tidak harus membolak-balik lembaran kertas. Google juga mengakumulasi skor total yang diperoleh.
Kelemahan penggunaan Google Form, murid mengerjakan dari rumah (jarak jauh) tidak bisa dipantau guru. Murid mengerjakan dengan siapa, dengan cara apa tidak ada yang tahu. Pihak sekolah hanya berpegang pada asas kepercayaan.
Jika murid mendapat nilai hampir sempurna, tidak mengherankan. Guru perlu mengomparasi performa murid saat proses belajar. Di sekolahku "haram" membuat soal hafalan yang jawabannya ada di Google. Meski guru sudah mengingatkan agar tidak mencontek, namun selalu ada godaan, apalagi jika terdesak. Soal yang dibuat harus menggiring daya nalar murid.
Media soal ujian ditentukan pandemi Covid-19